Mungkin Saja Dia pun Sudah Mati

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang pria gila sedang tersenyum ketika ia memandangi gelas ukur yang berisi darah itu berubah warna dari yang sebelumnya merah pekat perlahan menjadi bening. Ia tak menyangka penelitiannya bertahun-tahun akan berkembang pesat saat ini.

Kala itu pula Felia tak akan berpikir dirinya akan semangat, namun hal itu terbantahkan ketika ia menyadari tangannya hanya digenggam oleh seorang bawahan pria gila. Felia–gadis dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa menarik tangannya sendiri dan menendang wajah pria yang menahannya.

Ia juga mengambil gunting yang berada di depannya lalu keluar dari ruangan yang sangat menusuk hidungnya, "Aku tak pernah menyukai ini!" Felia berdecak kesal, lampu darurat telah menyala diiringi dengan suara yang memekakan telinga ia pun turut dikejar oleh beberapa orang di belakang.

Felia tak kehabisan akal, ia mengambil ranjang di sana dan mendorongnya, membuat para pengejarnya jatuh akan tetapi pengejar lain ikut datang. "Sialan, aku hanya ingin sekolah dengan tenang brengsek!" Felia melemparkan guntingnya dengan keras, membuat salah dari tiga pengejarnya tumbang.

Dua dari yang lain pun menjadi semakin gencar untuk mengejar Felia yang dekat dengan pintu keluar, gadis berambut hijau itu pun mengambil rantai di gagang pintu keluar dan mulai menelisik, mencari jalan keluar dari tembok besar yang mengelilinginya.

"Berhenti kau di sana, kau tidak akan bisa kabur kelinci kecilku!" Suara itu menggema, keluar dari pembesar suara yang dipandangi jijik oleh Felia. Di tengah-tengah itu ia melihat tambalan tembok yang berlubang dengan kayu terpasang di sana, ia mendekat dan menghancurkannya dengan sekali tendang.

Sebelum keluar dari sana ia melihat ke belakang dan masih dapat dilihat, para pengejarnya tak lelah untuk mendapatkannya. Maka dengan pecahan kayu ia melemparkannya ke salah satu pengejarnya dan menumbangkannya.

Felia keluar dari bangunan terkutuk itu dan bersembunyi di balik pohon hutan dan gelapnya malam, membiarkan sisa dari pengejarnya mencarinya dengan penuh kehati-hatian.

Felia tak membiarkannya hidup, ia melompat dari atas pohon dan langsung menjerat lehernya dengan rantai yang ia ambil hingga sang pengejar itu mati karena kehabisan napas. "Mati kau penguntit!"

Gadis itu langsung melanjutkan jalannya hingga dapat ia lihat bangunan yang menjadi tempat tinggalnya selama enam bulan terakhir, rasa lelah pun menghampirinya akan tetapi ia belum bisa menerima itu.

Ia sadar harus cepat masuk ke dalam sana, akan tetapi kakinya terpeleset karena tebing yang cukup  curam dan kepalanya menghantam batu besar serta badan dan beberapa bagian tubuhnya terluka akibat tergores karena ia terguling sebelumnya.

"Ku-kuharap aku belum mati dan masih dapat menikmati permen buatan ibuku ...." rintihnya masih dengan mempertahankan kesadaran yang ada, Felia merangkak dari sana mencoba mendekati pagar-pagar sekolahnya.

Jejak darahnya juga ikut tertinggal di sana dengan bekas  yang cukup memilukan jika dilihat, Felia masih berusaha setengah mati untuk meminta pertolongan tanpa ada siapapun yang mendengarnya. "A-aku belum i-ingin mati, tolong aku ... si-siapapun itu." Penglihatannya mulai menggelap, napasnya melemah dan beberapa saat kemudian ia tak dapat merasakan apapun.

Semuanya melayang begitu saja, Felia merasa ringan dan gelap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro