Pesta yang Berdarah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis itu tersenyum riang, ia menatap dengan binar yang penuh pada kue yang ditujukan untuknya. Bahkan dapat dirasakan bahwa ia mengatakan "Aku hari ini berulang tahun," dengan teriak ke seluruh atmosfer di ruangan ini.

Ia tampak tak peduli, sungguh egois. Dibalik senyum cantiknya itu, sudah berapa orang yang kau buat menangis dalam satu tahun? Apakah kau tidak pernah merasa bersalah?

Bahkan teman-temannya juga begitu, mereka merayakan hari membahagiakan itu dengan suka cita. Mereka berpesta seolah tak akan ada esok hari, meminum alkohol, saling berciuman, dan membuang makanan yang menurut mereka tidak enak.

Beberapa kata foya-foya juga terucap, membuat siapa saja yang waras mendengar pasti akan jijik. Kenapa ada anak muda seperti ini? Mereka benar-benar tidak tahu malu, bukan?

Maka dari itu hari ini akan jadi malam terakhir untuk kalian. Nikmatilah selagi bisa, sisa-sisa hidup ini akan sangat bermakna untuk di ceritakan kembali jika kalian masih bisa bertahan hidup.

Luka di wajahku sudah mengering, akan tetapi rasa sakit karena dipermalukan tanpa ditolong ini tak kunjung sembuh juga. Aku masih bertanya-tanya, apakah kau tidak merasa bersalah padaku?

Amarahku kembali memuncak, bahkan aku merasakan debaran yang begitu dahsyat diikuti dengan tanganku yang bergetar. Aku tak tahan lagi, ingin saja kuhancurkan pesta yang begitu meriah ini!

Bisa-bisanya mereka mengadakan pesta tanpa mengundangku, setelah mereka menghancurkan wajahku ini!

Aku mematikan sumber listrik dari rumah ini dan mulai menjalankan aksiku, bergerak dalak kegalapan tanpa bersuara. Menikam satu demi satu agar darah yang bau amis itu mengalur dengan deras.

Apa yang aku takutkan? Tidak ada. Ketakutanku sudah direnggut bersamaan dengan hilangnya kewarasanku disaat dia membakar sebagian wajahku.

Mereka semua sangat lucu ketika ketakutan dan bingung seperti ini, siapa sangka mereka bisa selugu ini? Bukankah mereka anak-anak yang nakal dan kasar?

Harusnya mereka bisa melawan ... atau setidaknya mereka pintar sedikit untuk seukuran anak yang populer di sekolah.

Hah, itu dia. Walaupun dalam kegelapan aku dapat melihat rambut pirang itu menyala cukup terang, si pelaku yang tak tahu malu.

"Happy fuckin' birthday, Clarissa!" Lalu kutancapkan pisauku ke ulu hatinya dan kugoreskan hingga pangkal lehernya tepat dengan netraku yang menatap matanya.

"Ka-kau, sialan!" rintihannya itu membuatku tertawa terbahak-bahak di tengah belasan calon mayat yang saling merintih dan meraung satu sama lain, hendak mencari pertolongan.

Mereka terlalu berisik, harus kuapakan pula mereka ini? Ah, aku tahu hadiah panas yang dapat membakar semngatku ini.

"Apa boleh buat? Aku bakar saja rumah ini sekalian."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro