Siapa Dia?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ollie

Hari pertamaku untuk melangkah di sekolah yang baru. Pasti akan bagus, 'kan? Aku selalu meyakinkan diri sendiri bahwa keputusan yang kuambil adalah jalan terbaik bagiku.

Setelah semua masalah yang kuhadapi, akhirnya aku hidup di sini, di tengah kota yang sangat hangat dengan sinar matahari di mana-mana, sedikit rumah produksi yang mengeluarkan polusi, serta pertanian mengelilingi tempat ini.

Aku pasti akan betah untuk tinggal di sini, baiklah malam ini akan menjadi awal yang baru. Aku beranjak ke kasur dan merebahkan diriku di atasnya.

Setelah menarik selimutku serta menyamankan diriku, napasku mulai kutarik panjang dan berembus pelan. Lalu perlahan kesadaranku mulai pergi melayang ke tempat yang disebut mimpi.

***

Pov 3

Hari Minggu adalah hari yang dinantikan setiap anak kecil di seluruh dunia! Namun, tidak dengan Oliver. Dia terlihat murung di sana, di tengah-tengah anak kecil yang sebaya dengannya sedang bermain.

Oliver menyapu matanya dari kanan ke kiri, menyelidik tiap anak yang sedang bergembira di tempat bermain itu. Ia juga ingin bersenang-senang seperti yang lainnya, namun ada rasa takut mengekangnya dan tidak membiarkan ia pergi.

"Hey, lihat anak itu. Pakaiannya aneh sekali! Dia itu cewek atau cowok, ya?" salah satu anak yang lewat tepat depan Oliver tiba-tiba mengucapkan kalimat yang cukup menyentuh hatinya.

"Haha, dia terlihat seperti ban**, kau tahu yang kumaksud, 'kan?" Anak di sebelahnya menyenggol serta tertawa terbahak dan dibalas serupa dengan temannya. Oliver hanya bisa menatap mereka berdua tanpa membalas, ia sadar bahwa dirinya sedang diejek.

Tanpa sadar air mata Oliver keluar, sementara kedua anak yang mengejeknya tambah menertawakannya. "Hey, kalian! Carilah lawan yang seukuran dengan kalian," suara gadis kecil mengalihkan perhatian mereka.

Gadis itu mendekat pada Oliver dan menghalanginya, ia tak membiarkan kedua anak kecil itu untuk berhadapan langsung dengan Oliver. "Apa yang kamu bicarakan, pirang?" sahut si pria kecil tidak terima.

"Seharusnya kamu yang lihat, akan berlawanan dengan siapa! Dasar gadis kecil," hardik yang satunya, sedangkan gadis kecil itu mendekat dengan napas yang tersenggal lalu ia memukulnya.

Oliver berhenti terisak, ia menatap gadis kecil itu dengan beraninya melawan kedua orang yang sedang mengejeknya hingga mereka pergi membawa tangisan.

"Kamu tidak apa-apa Ollie? Maaf aku telat." Gadis itu mendekat pada Oliver dan memeluknya erat, membiarkan pria kecilnya itu kembali menangis.

***

Ollie

"Apa yang kumimpikan?" aku bergumam, setelahnya kutatap jam weker di nakas yang menunjukan pukul 06.30 AM. Lalu, kuputuskan untuk mempersiapkan diri pada hari pertama di sekolah yang baru.

Setelah bersiap-siap aku berjalan di trotoar kota, menikmati hangatnya sinar matahari dan suasana kota yang cukup ramai. Saat sampai di depan sebuah gerbang aku melihat ke atas.

Ku tatap sebuah tulisan besar yang menunjukkan nama sekolah, "Aku pasti bisa!" Saat kulangkahkan kaki masuk, tiba-tiba sebuah lengan yang cukup besar merangkulku dan dapat kulihat ia adalah seorang pria dengan kulit berwarna cokelat.

"Hey, bukankah kau si anak baru itu? Kau cukup tinggi dan tampan, kujamin jika kau ikut grup basketku kau akan menjadi terkenal ...." Ia berbicara cukup banyak, sungguh aku pusing mendengarnya.

Ya, walau sebetulnya aku juga tidak terlalu memedulikannya. Lagi pula siapa dia? Berkenalan juga tidak, dasar pria aneh.

"Halo, selamat pagi semua. Perkenalkan aku Oliver dan aku suka cokelat hangat, mohon bantuannya di semester ini dan selanjutnya," ucapku memperkenalkan diri di depan teman sekelasku yang kuhitung berjumlah dua puluh.

Sesaat aku menduduki bangku yang kosong di pojok kanan, aku langsung mendapati bahwa bangku itu sungguh kotor dengan banyak coretan. Hal ini sangat menggangguku dengan cukup, "Hai, Oliver! Salam kenal, aku Owen yang akan menjadi teman pertamamu di sini." Pria di depanku terlihat sangat menyilaukan, tapi aku cukup terbantu olehnya.

Setelah kelas selesai ia mengajakku berkeliling dan berkenalan dengan beberapa orang yang cukup penting di sekolah ini, kurasa dia bisa menjadi teman baikku untuk ke depannya.

"Hey, Oliver. Apakah kau nyaman denganku? Maksudku, kau terlihat diam saja disaat aku mengoceh." Owen sedikit memiringkan kepalanya, ia terlihat lucu saat rambut lurusnya ikut terjatuh.

"Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin mengganggumu. Terlihat kau sangat menikmatinya, apakah kau ikut OPS?"

"Yash! Kamu benar, aku menyukai berbicara dan menerangkan sesuatu kepada seseorang. Oh, ya! Apakah kau sudah memutuskan ingin masuk ke organisasi?"

"Jujur aku tidak tertarik, namun akan kupikirkan lagi."

.
.
.

Seusai sekolah aku kembali pulang dengan rute yang berbeda saat berangkat. Saat ini aku sedang melewati sungai yang sangat sepi, serta angin yang berembus dapat saja membuatku flu.

Tidak banyak yang kulakukan disekolah tadi, namun semuanya terasa menyenangkan. Mengenal teman baru, suasana baru, dan hal-hal lain yang membuatku bahagia.

Meong!

Aku mendengar suara itu, saat kucoba abaikan suara itu kembali menyapa telingaku. Karena penasaran aku mengikuti suara itu hingga aku menuruni tangga yang langsung sejajar dengan permukaan sungai.

Di sana dapat kulihat seorang gadis dengan seragam yang sama sepertiku sedang mengelus kepala anak kucing. Aku mendekatinya dan ia menyadari kehadiranku.

"Hey, kau si anak baru?" Aku mengangguk, ia kembali mengelus anak kucing itu. "Apa kau suka anak kucing?" Ia kembali bertanya dan aku bingung harus menjawab apa.

Tanganku yang entah mengapa juga menggaruk tengkuk, padahal tidak gatal juga. "Yah, bisa dibilang seperti itu," aku menjawab sekenanya dan dapat dilihat bahwa ada tatapan yang bersinar akibat itu.

"Apa kau bersedia merawat anak kucing ini?!" tanyanya dengan antusias seraya menyodorkan anak kucing berbulu putih dengan sedikit oranye padaku. Sontak aku langsung berkata Hah dan dia menertawakanku.

"Maafkan aku, ya! Tapi kau sangat-sangat lucu ...."

Dia memang cantik, namun sangat menyebalkan. Apalagi gaya tertawanya yang terbahak-bahak, apa-apaan itu? Terlihat sangat mengejekku. Dapat kurasakan wajahku sangat panas karena menahan kesal.

Aku berbalik untuk mengabaikan dia yang masih tertawa, namun ia menahanku saat langkahku ingin menjauh. "Hey, maafkan aku sungguh! Tapi, bisakah kau menjaga kucing ini?" Aku menghela napas dan berbalik.

"Kenapa tidak kau saja yang memeliharanya?" tanyaku dengan nada yang cukup jutek, mempertahankan segala harga diri yang ada.

"Aku tidak bisa. Ibu, ayah, dan kakak alergi dengan kucing ...."

Ia tak menjelaskannya lebih jauh dan malah menatapku yang sedang melihatnya dengan tatapan butuh alasan lebih, "Ya-yah! Jadi, aku ingin kau menjaga Jam untukku. Maka dari itu kita dapat berteman!" Apa-apaan dengan senyuman yang sangat menyilaukan itu? Ia sangat menjengkelkan. Selain itu, Jam? Nama yang sangat unik untuk sebuah kucing.

"Siapa juga yang ingin berteman denganmu?" jawabku, ia langsung menurunkan senyumnya yang berganti dengan wajah sedih dengan tatapan memohon. Terlihat sangat menjijikan dan dapat membuatku muntah!

"Baiklah-baiklah, aku akan menjaga Jam. Tapi, bukan untukmu! Lagipula, apa-apaan wajah menjijikan itu?" Aku mengambil Jam dan mengangkatnya. Kulihat kucing itu dari dekat, ia sangat menggemaskan dan jika aaja gadis ini tidak ada di depanku maka aku akan menggigit Jam sekarang juga.

"Yes, Terima kasih Oliver!" aku terkejut, aku merendahkan Jam dan menatapnya penuh selidik, namun ia tertawa kecil dan kembali menatapku. "Papan namamu, itu terlihat sangat jelas tau. Sudahlah, aku pergi dulu. Tolong jaga Jam baik-baik, ya! Lain kali aku akan berkunjung ke Flat-mu."

Ia pun pergi menaiki tangga, aku terdiam karena senyumnya tad– apa yang kupikirkan? Sadarlah Ollie!

"Hey, siapa namamu?"

"Swan, Alexien Swan."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro