Viana Si Gadis Hutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di sebuah negeri yang jauh, tersebutlah seorang gadis sebatang kara yang sangat menyukai daun. Tiap hari ia menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di hutan dan memetik daun yang dilihatnya.

Lalu ketika sampai di sebuah danau ia mulai menempelkan daun-daun yang telah dikumpulkannya pada buku sihir yang selalu ia bawa. Selain koleksi daun, seperti yang telah disebutkan buku itu juga memiliki banyak pengetahuan tentang sihir.

Seperti mantra, segel, dan lain sebagainya. Viana tak ingat ia dapat dari mana buku itu, yang ia ingat hanyalah bahwa dirinya tumbuh besar bersama buku itu. Tanpa mengetahui buku yang dipegangnya adalah sebuah kitab terlarang yang dapat memengaruhi pola pikir seseorang.

Angin menerpa wajahnya dan dari seberang danau ia dapat melihat seorang lelaki membawa tongkat sihir dengan pandangan yang sulit diartikan, "Hey kamu!" serunya sambil menghentakkan tongkatnya ke tanah.

Menyebabkan sedikit guncangan, lalu setelahnya sebuah sulur dan akar pohon tercipta, membuat sebuah jembatan untuk dilalui hingga sampai tepat di depan Viana yang masih dalam posisi terduduk memegangi buku sihirnya.

"Apakah kau gadis aneh yang selalu membawa buku sihir itu?" tanyanya dengan suara yang kencang, "Kenalkan, aku Kino dan hendak mengajakmu untuk berduel!" lanjutnya tanpa ada perasaan ragu sedikit pun

Viana yang tak mengerti pun, memilih untuk mengabaikannya. Selama ini ia tak mengerti arti dari kata aneh itu apa, yang ia tahu dirinya kerap kali dilabeli sebagai gadis aneh yang sering membawa buku dan terus berjalan ke sana dan kemari.

Akan tetapi sekarang, ia rasa ia tahu arti aneh itu apa. "Kau tidak menjawabku? Kau ini bisu atau bagaimana?" dengan lantang Kino menggunakn tongkatnya untuk memeriksa Viana hingga sedikit merobek kertas dari bukunya itu.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Viana kesal, ia langsung berdiri dan membuat Kino sedikit terkejut. Selanjutnya si lelaki tersenyum sambil memandangi wajah Viana yang memerah akibat kesal.

"Seperti yang kubilang, aku ingin mengajakmu berduel karena kamu selalu menjadi topik hangat di desaku," balas Kino tanpa merasa bersalah, sedangkan Viana ia masih tak habis pikir jika ada orang yang sangat mengganggu seperti ini di dunia.

"Aku tak tertarik," dengusnya sebal dan hendak pergi setelah memungut bukunya. Akan tetapi langkahnya berhenti ketika ia melihat pembata transparan yang mencegahnya untuk keluar dari area itu.

"Lawan aku atau aku hancurkan buku jelekmu itu!" Kino menyeringai, ia pikir pasti sangat mudah untuk melawan gadis seukuran Viana. Ia masih belia, polos, dan kekuatan sihirnya pasti masih belum besar.

Akan tetapi dugaannya langsung dipatahkan ketika Viana terlihat mengendalikan elemen air untuk membuat pembata itu pecah. "Usahamu sia-sia Viana, segel itu hanya bisa hilang jika pembuatnya menggagalkannya atau ia mati. Jadi, lawan aku untuk buku bodohmu itu." Viana cukup kesal mendengar hal itu dari lelaki tengil seperti Kino.

Maka dari itu ia akan memastikan ini menjadi hari terakhir dari si lelaki, seperti apa yang telah ia lakukan pada kedua orang tuanya.

"Bersiaplah daun-daunku yang cantik." Dengan kekuatan telekinesisnya ia membuka tiap lembaran bukunya dan menghadapi Kino yang siap dengan elemen tumbuhan.

Pertarungan sengit pun terjadi, Viana berkali-kali lebih unggul dari Kino yang hanya bisa bertahan dan menyerang Viana sekali. Itu pun dapat dengan mudahnya Viana hindari karena ia seakan memiliki hutan ini untuk melindunginya.

Tiap ia menyerang dedaunan di hutan akan membantunya untuk menambah kerusakan yang terjadi atau mengelabui sihirnya agar Kino lengah, selain itu ketika Viana diserang pasti akar dari pohon akan melindunginya tanpa ada usaha dari Viana.

Seakan ia adalah jantung dari hutan ini. "Gadis gila! Kau penyihir hutan?!" tanyanya dengan perasaan yang gelisah, jika benar apa adanya maka dapat dipastikan Kino akan kalah saat ini juga.

Bahkan hanya dengan bertahan tenaganya sudah terkuras habis, sedangkan Viana seakan tak peduli ia terus merapalkan mantra serta melukis segel kunci di udara dan melepaskannya pada si lelaki.

Di dalam hati ia merasakan kesenangan yang begitu penuh. Seakan ia menemui hal yang akan menjadi favoritnya, sama seperti halnya ketika ia mengumpulkan para dedaunan.

Kino yang terpojok akan serangan terus menerus itu langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya. Ia membentengi dirinya dengan punggungnya sendiri lalu membuat segel sembari menahan sakit yang luar biasa akibat sihir Viana.

Sebuah bola sihir berwarna coklat itu Kino angkat, bahkan membuat Viana takjub karena bentuknya yang begitu indah. Akar-akar yang menjulur dan sedikit warna hijau itu membuat matanya berbinar, seolah ia senang dengan serangan itu tanpa keberatan Viana si gadis menerima serangan Kino.

"Rasakan itu!" puas Kino tanpa mengetahui Kiana dari belakang sana sudah membuat kembali segel sihir airnya. "Kau juga rasakan ini, cowok pengganggu!" balas Viana tersenyum.

Lalu ia tertawa ketika Kino tersungkur jatuh dengan badannya yang basah kuyup dan sedikit berlumpur karena tanah. Duel yang semulanya dipenuhi hasrat permusuhan itu menjadi sangat menyenangkan.

Bahkan di akhir pertarungan mereka sempat bercengkrama di pinggir danau, "Viana, lain kali kita berduel lagi oke?!" ajak Kino dengan antusias, ia tak terima jika dirinya dikalahkan oleh gadis yang masih berumur empat belas tahun itu.

"Tentu, asal kau tak menyebut buku sihirku ini jelek!" balas Viana sembari menyipratkan air pada teman barunya itu. Menciptakan suasana hangat yang tak pernah Viana rasakan sebelumnya.

Buku sihir yang semulanya memiliki hawa gelap itu pun meredup, cahayanya kemudian menyala kembali. Mengikuti suasana hati si pemilik, Viana rasa buku itu tak mengendalikannya. Siapa yang bisa mengendalikannya? Ia adalah Viana, yang kali ini dan seterusnya akan dipanggil sebagai si Gadis Hutan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro