14. CEMBURU

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cemburu. Itu yang menyiksa Shaka saat melihat Raina digoda oleh Harris. Dia sendiri tak menduga Harris bisa melakukan hal semanis itu. Padahal Harris baru putus dari kekasihnya yang memilih ikut keluarganya pindah ke Prancis. 

Sebenarnya tidak yakin cewek seperti Raina bisa menarik perhatian Harris. Pacar sebelumnya jauh lebih cantik dan modis karena seorang model. Sedangkan Raina, dia mungil,  tinggi badannya sekitar 158 sentimeter. 

"Ris, gue mau ngomong," sela Shaka begitu Harris baru memasuki ruangan kantornya. Mereka sudah dekat saat kuliah dengan jurusan yang sama. Jabatan tidak membuat sekat dalam berkomunikasi. 

Sekian lama berteman, masalah cewek bukan hal penting yang bisa membuat keduanya ribut. Tetapi hari ini Shaka pun ragu dirinya bisa menahan diri kalau sampai Harris serius ingin mendapatkan Raina. 

"Ada apa, sih? Sepenting itu harus sekarang, ya? Gue harus meeting di luar soalnya. Oiya, gue mau kasih Raina naik jabatan. Menurut lo?" 

Shaka terhenyak. Dia baru sadar Harris adalah atasannya dan mampu melakukan apa pun. Dengan promosi jabatan untuk Raina mungkin bisa membantu cewek itu untuk moving dari rumahnya. Paling tidak sampai masalah keluarganya benar-benar selesai. 

Namun, jadi ganjalan baginya, apa dia sanggup menyaksikan Harris dan Raina makin dekat? Terus gimana perasaan Raina sebenarnya? Usaha Harris tidak main-main, dan Raina bisa saja luluh nanti. 

"Hoy, gue ajak omong malah melamun. Kenapa, sih?" 

"Hmm gue cuma mau tanya soal event buat akhir tahun. Lo udah periksa proposalnya belum?" Shaka merutuk dirinya. Oke, sementara waktu dirinya mundur dan fokus menyelesaikan persoalannya dengan papanya dan Lisa. 

"Sudah gue baca. Menarik. Dan karena itu juga gue mau tarik Raina jadi penanggungjawab event ini. Dia sangat kompeten dalam hal ini." 

"Lo sedetail itu paham soal Raina. Ada kabar apa, nih? Kayaknya gue ketinggalan sesuatu." 

Shaka menggali kuburnya sendiri. Sudah tahu dia akan sakit hati kalau jawaban Harris tidak sesuai dengan ekspektasinya. Rasa penasarannya tidak punya etika, sehingga meluncur bebas pertanyaan itu. 

Mata Harris memicing. Shaka bertanya soal Raina dengan nada tak biasa. Ada sesuatu di antara mereka atau sahabatnya ini cuma kepo. Secara dirinya baru saja putus dan sekarang langsung mendekati cewek lain. 

"Tunggu! Nada lo nggak enak banget. Cemburu sama gue, lo? Makanya cari cewek juga sono. Eh, Lisa juga oke, menurut gue." 

Shaka menunjuk wajah Harris dengan kesal. "Sialan! Lo kan, tahu gue antipati sama tuh, cewek aneh. Mending gue jomlo seumur hidup daripada sama dia." 

Harris terbahak. "Awas lo, ntar Tuhan nganggep serius candaan lo." 

Lisa bukanlah perempuan yang bisa dijadikan pasangan. Dia egois dan selalu bertindak semaunya sendiri. Manjanya sudah level akut, sampai-sampai orang tuanya kewalahan menuruti mau anaknya. 

"Soal pertanyaan lo soal Raina, gue tertarik sama dia. Honestly, baru pengen kenal lebih jauh." 

Deg! Punggung Shaka menegang. Nyeri hati muncul dan membuat Shaka meremas botol air mineral yang baru saja diambilnya dari meja di tengah ruangan. Untung Harris tidak melihat karena posisi Shaka membelakanginya. Telinga Shaka  menolak dengar kalimat Harris berikutnya. 

"Gua akan obral hati gue, kalau itu perlu. Raina nggak mudah ditaklukin. Cara mendekati dia nggak bisa disamain dengan mendekati pacar-pacar gue dulu. Dia… berbeda." 

Shaka menenggak air mineralnya hingga tandas. Apa ini akhir perjuangannya? Seharusnya setelah urusannya selesai, Shaka juga bisa selesaikan masalah Raina. Tetapi semua jadi kacau dengan masuknya Harris di antara mereka. 

Selesai membahas soal event akhir tahun, Shaka pamit balik ke ruangannya. Saat membuka pintu dia bertemu Raina. Sejenak keduanya saling menatap. Shaka menurunkan pandangan ke arah lehernya. Dia lega bekas luka itu sudah mulai memudar. Selama ini Raina memakai syal untuk menutupi lukanya. Hari ini syal itu tak terpakai. 

"Syal kamu mana?" tanya Shaka dengan tatapan dingin. 

"Nggak saya pake, Pak. Lukanya sudah kering jadi disarankan untuk dibuka." 

Raina ingin menangis rasanya. Dia masih berharap besar untuk bisa bersama Shaka. Setelah penolakan hari itu, Shaka berubah lebih dingin. Perhatiannya ini sebenarnya membuat Raina senang. Tetapi melihat sorot mata Shaka yang dingin seperti membencinya. Benci? 

***

"Gimana pendapat kamu? Saya yakin kamu mampu nangani event akhir tahun ini. Masih ada waktu tiga bulan buat kamu pertimbangin, tapi jangan terlalu lama mikirnya." 

Raina terkejut dengan hal yang baru didengarnya. Harris bilang kalau dirinya ditunjuk sebagai penanggungjawab event akhir tahun, setelah itu Raina akan dipromosikan untuk naik jabatan. Tentu saja dengan syarat event-nya berhasil penuhi target penjualan yang diberikan. 

"Saya akan kasih jawaban secepatnya, Pak!" 

Jujur Raina suka tantangan baru. Apalagi dia akan dipromosikan naik jabatan. Jadi penanggungjawab event adalah hal baru, tentu tidak mudah. Bagaimana kalau dia tidak berhasil? Bagaimana kalau malah terjadi kekacauan nanti? 

Semua resiko paling buruk menyerang kepalanya. Keraguan muncul apa dirinya mampu. Terlintas juga kemungkinan kalau Harris sengaja melakukan ini supaya bisa lebih dekat dengannya. Hell no! Tidak mungkin. 

Orang nomor satu itu beberapa waktu terakhir gencar sekali mendekati Raina. Sudah ditolak secara halus hingga frontal, Harris tidak patah arang. Bahkan gosip mulai gencar juga menyebar. Kalau Raina keganjenan sama SM toko. 

"Aku musti gimana?" Raina mengusap mukanya kasar. Rambut panjangnya langsung terurai begitu harnet¹ dilepas. 

"Jadi pacar saya. Itu solusinya." 

***
harnet : jepit rambut dengan semacam jaring gunanya untuk membungkus rambut supaya lebih rapi.

Cemburu Shaka, euy! Gimana-gimana, kalian timnya siapa, nih?

Makasih buat yang sudah mampir.

Jumpa lagi di part berikutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro