17.GIVE ME SOME TIME

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Serius Pak Harris PDKT-in kamu?" 

Cika nyaris menjatuhkan sendok yang dipegang. Baru saja pesanan mie ayam mereka datang dan dia sedang mengaduknya. 

"Aku nggak tahu musti terima atau tolak tawarannya." 

"Terima lah!" jawab Cika cepat. 

"Gercep banget. Tapi ntar kalo dia makin ngedeketin gimana?" 

"Kita habisin dulu makanan kita, ntar nggak enak kalo dingin." 

"Bilang aja kelaparan." 

"Itu tahu." Cika langsung melahap mie ayamnya. 

Tanpa bicara, disusul Raina juga akhirnya juga menikmati bagiannya. Campuran mie ayam dan baso di belakang gedung Sunny Departemen Store memang juara. Kuramg dari lima belas menit makanan tandas tak bersisa. Bahkan kuah pun tak berbekas. 

"Kita lanjutin bahasnya. Menurutku kamu terima aja tuh, tawarannya Pak Harris. Realistis tuh, paling pas sekarang. Masalah utang keluarga kamu sudah beres, sekarang kamu ditekan lagi disuruh nikah. Meskipun nggak ada ancaman, bikin gerah juga. Kesempatan ini bagus jadi manfaatin. Karir naik, kamu bisa tinggal sendiri. Toh, ortu sudah aman, kan?"

"Iya, aku butuh pemasukan lebih besar supaya bisa mandiri. Sekolah Lola juga mulai ditanggung ortu meski separo. Lumayanlah, aku bisa nambah jumlah tabungan." 

Cika mengangguk beberapa kali. Dia jadi iri dengan sahabatnya, banyak masalah, hampir mati disandera, ditolak pula sama gebetan sejak SMA. Tetapi lihat sekarang, dia dilirik orang nomor satu di SDS, dan dipromosikan naik jabatan. Keterlaluan sekali kalau Raina sampai melewatkan kesempatan ini. 

Raina memperlambat langkah saat Shaka ada di bangku depan mushola umum. 

"Raina. Saya mau bicara sebentar." 

"Ya udah, aku ke area duluan, ya." Cika menepuk bahu Raina lalu melangkah pergi. 

"Ya, Pak. Ada apa?" Raina masih sakit hati karena ditolak Shaka dua kali. Ya yang SMA dulu belum sempat ngomong. Tetapi Shaka seharusnya tahu. Apa gunanya dilihat lagi, semua sudah berubah. Sekarang cuma hubungan profesional di sini. 

"Aku mau minta kesempatan kedua sama kamu. Please, kasih aku satu kali kesempatan. Kamu sudah tahu soal Lisa. Dan sekarang tinggal masalah Papa, setelah itu kita bisa mulai hubungan serius." 

Raina menatap Shaka dengan seksama. Senyum sinisnya muncul. 
"Maaf, Pak! Mending hubungan kita profesional, aja. Lagian ini tempat kerja, nggak etis ngomongin hal pribadi di sini." 

Shaka terhenyak, Raina menolaknya. Padahal jelas sekali gadis itu masih mencintainya. 

"Kamu jangan bohong sama diri sendiri, Na. Kamu masih cinta sama aku, kan?" Shaka memberanikan diri lebih mendekat. 

Raina mundur, karyawan mulai sepi tapi bukannya tidak ada. Hampir semua sudah turun ke area karena batas waktu istirahat sudah habis. Raina tercekat melihat Shaka nekat berlutut di depannya. 

"Kamu memang nggak teraih, Nal. Uluran tanganku dua kali tak bersambut. Kamu bisa pergi sekarang." 

Raina sudah menahan air matanya sejak lama. Perasaannya tidak berbalas bahkan hingga dia nyaris kehilangan nyawanya. Waktu itu nyawanya sudah di ujung pisau. 

"Rain, ijinin saya perbaiki semuanya. Maafin juga saya yang kemarin-kemarin. Kasih kesempatan untuk buktiin cinta ini ke kamu. Please!" 

Raina tidak menggubris semua perkataan pria yang berlutut di depannya. Setelah semua hancur, sekarang dia datang dan ingin memperbaiki semuanya. 

"Na! Please! Apa penolakan kamu karena Harris?" 

Langkah Raina terhenti. "Pak Harris nggak ada hubungannya sama masalah ini, Nal."

"Dia suka kamu." 

"Dan itu bukan urusanku. Kamu tahu pasti mustahil ngendaliin hati orang," sambar Raina kesal. 

Waktu sudah tak ada toleransi lagu. Raina berbalik dan meninggalkan Shaka. Raina tak menyangka sesakit ini melihat Shaka memohon dan berlutut. Iya, dia masih mencintainya. Tetapi persoalan internal Shaka dan papanya belum selesai. Tidak ada yang bisa jamin kalau semua akan baik-baik saja. 

Orang tua Shaka kaya, pasti ada masalah yang sudah terjadi sampai cowok itu pergi dari rumah. Kemungkinan besar restu mereka tidak berpihak padanya. Lebih baik begini sakit di awal, daripada sudah berharap besar ujung-ujungnya kecewa lagi. Raina tidak yakin masih sanggup mengatasi kalau sampai terjadi untuk kali ketiga. 

***

"Hai, Raina, ada perlu apa? Mau kasih jawaban soal tawaran saya?" Harris semringah sekali. Raina yang datang lebih dulu ke ruangannya. Dia berharap hal positif yang akan didengarnya. 

"Iya, Pak. Saya mau terima tawaran untuk jadi penanggungjawab event akhir tahun. Tapi apa saya boleh minta satu hal?" Sebenarnya Raina tak enak hati menyampaikan hal ini. 

"Boleh, dong! Kamu mau apa?" Harris bangkit dari kursi dan berdiri di depan Raina. Tidak terlalu dekat karena dia bersandar di mejanya. 

"Apa boleh saya minta Cika untuk bergabung dalam tim, Pak? Selama ini dia sering bantu saya di urusan kerjaan." 

"Cika, cewek yang bareng kamu waktu itu. Benar?" Harris memastikan dan dijawab Raina dengan anggukan. 

"Saya pikir kamu akan minta Atik gabung. Secara dia yang selama ini kerja bareng kamu." 

Raina mengutarakan keberatannya kalau Atik bergabung. Kinerjanya, oke, tapi dia bukan tipe orang yang mau diperintah. Apalagi sama dia yang baru di tunjuk. Atik susah-susah gampang cara kerjanya. Selama ini semua berjalan lancar karena Raina lebih banyak mengalah kalau Atik lagi bad mood

"Oke, saya setuju. Seneng banget akhirnya kamu mau terima tawaran saya. Pastikan semua berjalan lancar, kadena jadi tidaknya kamu naik jabatan, tergantung dari keberhasilan event ini." 

Raina yakin Harris profesional saat menawarkan posisi ini. Kalau dia mau bisa saja Raina langsung diangkat. Tetapi ini tidak, semua harus melewati ujian dulu baru mendapatkan hasilnya. Orang-orang manajemen pusat akan mempermudah proses selanjutnya, kalau calon yang akan dipromosikan punya prestasi yang bagus. 

"Terimaa kasih atas kesempatan besar ini, Pak. Saya akan lakukan yang terbaik yang saya bisa. Semaksimal mungkin." 

"Ya, saya yakin kamu bisa, Raina." 

Sepeninggal Raina dari ruangannya, Harris tersenyum. Dia bahagia akhirnya bisa membantu gadis itu dengan cara halus. Bisa saja waktu itu dia tawarkan uang untuk membantu, tapi Raina pasti menolak. 

Tangan Harris mengepal saat kejadian Raina disandera oleh anak buah Dodi, berkelebat kembali di otaknya. 

Bersambung

Loh, loh, loh, kok dia tahu kejadian itu?

Thak you for reading. See you on the next part.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro