18.FORGIVENESS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rumah besar dengan pagar tinggi menjulang menyambut dingin kedatangan Shakanala. Mobil berhenti tepat di depan pagar. Melihat ada tamu, satpam rumah bergegas untuk membuka.

"Mas Shaka!! Masha Allah, kemana saja, Mas? Ibu sampe nyariin terus, loh!"

Rupanya semua tidak banyak berubah. Bahkan Shaka merindukan ocehan penjaga rumah yang logat jawanya masih kental. Medok, kata orang.

"Saya sekolah, Pak. Dan sibuk kerja. Papa-Mama ada?"

"Ada, Mas! Biar mobilnya saya yang masukin."

Shaka menyerahkan kunci mobilnya. Tak bisa dipungkiri hari ini akan jadi penentu dia masih dianggap anak atau tidak. Bertahun-tahun dia pergi demi ego ingin membuktikan eksistensi diri, dan sekarang papanya harus mau terima fakta yang dia bawa.

Shaka akan mengetuk, saat tiba-tiba pintu kokoh di depannya terbuka perlahan. Tampak seorang perempuan paruh baya duduk di kursi roda.

"Ma!" Seketika rasa rindu yang tertahan jauh di dalam hati, membuncah keluar bersama air mata yang meluncur begitu saja.

"Shaka, putera Mama, kamu pulang, Nak?"

Susah payah Devi ingin bangkit dari kursi roda, melangkah perlahan ke arah Shaka. Tetapi kakinya masih terlalu lemah sehingga baru beberapa langkah dia limbung.

Dengan sigap Shaka meraih tubuh Devi.

"Jangan dipaksa, Ma!" Devi didudukkan kembali ke kursi roda.

"Pulang juga kamu!" Suara berat itu terdengar bersamaan dengan munculnya pria berbaju koko dan sarung.

Shaka menegang di tempatnya. Seharusnya dia bisa langsung berargumen, mematahkan perkataan Tama dulu. Tetapi melihat aura rumah yang berubah, membuatnya urung berdebat. Alih-alih ingin menyombongkan apa yang dia punya, Shaka malah mendekati Tama dan mencium punggung tangannya.

"Maafin Shaka, Pa. Shaka ...."

"Kamu semarah itu sama Papa? Sampe nggak kasih kabar sama sekali." Tama memeluk erat puteranya. Semarah-marahnya dia sebagai ayah, tak akan tega mengabaikan darah dagingnya.

Dia akui didikannya terlalu keras, apalagi setelah Lisa mengaku hamil anaknya Shaka. Padahal keduanya baru lulus sekolah. Menyusul kemudian anaknya kabur karena ingin membuktikan dirinya tidak bersalah. Sungguh semua membuatnya harus tutup telinga dan tahan diri jadi bahan empuk gunjingan orang.

"Sudahlah, kita lupain aja semua. Papa bangga kamu bisa mandiri dengan usaha sendiri. Papa akan investasi supaya usaha kamu bisa berkembang."

Shaka belum cerita apa pun tentang pekerjaan dan usaha kecil yang dia punya. Selama ini Shaka ikut tanam modal ke bengkel temannya. Selama ini berjalan baik bahkan membuka cabang. Shaka tidak pernah mau dijadikan sebagai pemilik karena murni kerjasama, dan dia masih sembunyi waktu itu.

Lalu profesi sebagai ASM di Sunny Departemen Store karena ingin mendekati Raina lagi. Beruntung dia bertemu Harris sebagai Store Manager. Makin muluslah jalannya masuk ke SDS. Tetapi semua usaha dan proses kerja keras terpatahkan karena Raina menutup hatinya.

"Jangan kaget, Papa nggak sengaja servis mobil ke bengkel kamu. Waktu itu kamu nggak lihat Papa. Terlalu sibuk sepertinya karena kamu langsung pergi lagi setelah bertemu dengan perwakilan orang bengkel."

Rupanya Tama jadi salah satu pelanggan bengkelnya. Kalau nama beliau tidak tercantum di berkas nota, mungkin Papa pakai nama orang lain. Tama tidak pernah mengabaikan putera semata wayangnya. Itu fakta yang membuat hatinya kembali menghangat

Devi senang keluarganya berkumpul lagi. Suaminya lebih sering di rumah dan mengurus bisnis dari rumah. Sesekali saja dia ke kantor untuk memastikan semua berjalan dengan semestinya.

"Papa tahu kamu harus balik lagi. Berapa hari kamu ambil cuti?" Mereka ngobrol di balkon samping rumah. Dua cangkir kopi hitam dan cemilan tersedia di meja kecil.

Shaka tersenyum, sudah tidak ada rahasia lagi. Lisa dan semua kebohongannya sudah terbongkar. Tama menganggap itu pelajaran berharga buat Shaka juga dirinya sebagai orang tua.

"Shaka cuti dua hari, Pa. Ada event yang harus Shaka urus di SDS."

Tama mengangguk paham. "Jangan khawatir tentang kami. Mama sudah bersedia terapi mulai minggu depan. Dokter bilang Mama ada harapan bisa jalan lagi."

Shaka lega, mamanya terkena stroke karena pengakuan Lisa dan pertengkarannya dengan Tama dulu. Sekarang kondisinya harus lebih baik. Ada harapan dan tujuan hidup baru bagi Shaka. Kebahagiaan orang tuanya.

***

"Selamat pagi, Pak Shaka." Cika menyapa saat mereka bertemu di lift.

"Pagi." Shaka kembali pada dirinya yang dulu. Dingin dan tak banyak bicara.

Cika menangkap ada yang berbeda dari atasannya setelah cuti. Wajahnya lebih segar, rambutnya ... dipotong? Makin ganteng ASM satu ini.

"Kenapa senyum-senyum? Ada yang lucu?"

Senyum Cika langsung hilang. "Enggak, Pak! Saya cuma inget kucing di ...."

"Saya nggak peduli."

"Oke, Pak!" Cika langsung bungkam.

Shakanala kembali jadi dingin. Ah, bukan, malah lebih dingin dari sebelumnya. Cika ingat cerita yang baru dia baca. Salah satu karakter yang mirip Shaka dijuluki kulkas dua puluh pintu. Cocok juga buat bosnya.

"Woy, itu muka kenapa ditekuk? Ntar tambah kusut, loh!" Raina yang baru datang langsung menghampiri sahabatnya yang lagi manyun.

"Aku baru ketemu kulkas dua puluh pintu."

Sontak kalimat Cika membuat Raina terbahak. "Pagi-pagi udah ngelucu. Siapa, sih, kamu diabaikan lagi?"

"Kamu mending beneran move on dari Pak Shaka. Dia nggak cocok buat kamu."

Muka Raina berubah mendung tetapi disembunyikan. Dia sedang berusaha untuk itu. Tetapi perasaan yang bertahan selama bertahun-tahun tidak semudah itu dihilangkan.

Keduanya sempat berpapasan dengan Shaka. Raina yang menyapa lebih dulu, dan Shaka hanya mengangguk singkat sebagai balasan sapaan mereka.

"Kulkas dua puluh pintu," bisik Cika.

"Apa? Jadi dia ini yang kamu kasih label ... kamu ini suka ngawur. Kalo dia denger ntar jadi masalah baru." Raina geleng-geleng mendengar istilah absurd sahabatnya.

"Iya, Ibu Penanggungjawab."

"Iidih, males banget istilahnya."

Di area sudah banyak kesibukan. Bagian informasi memberikan pengumunan untuk berkumpul. Ada meeting berkenaan dengan event akhir tahun dan bazaar. Sekaligus siapa saja yang akan terlibat nanti, baik sebagai tim dan ketua tim.

Bersambung

Masalah selesai. Itu bagiannya Shaka.

Terus masalah Raina? Sabar, ya. Kita beresin pelan-pelan.

Thank you for reading. See you, Guys.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro