19.WORK SO HARD

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Raina dan Cika bagi tugas dengan tim lain. Setelah meeting ada beberapa rencana yang akan di-eksekusi. Kali ini ide datang murni dari Raina. Dia melihat apa yang sedang booming di masyarakat. Apalagi akhir tahun ada dua momen yang tidak boleh dilewatkan. 

Momen Natal dan liburan akhir tahun. Dua momen ini akan menaikkan konsumsi masyarakat untuk merayakan. Selama ini lebih sering promosi akhir tahun hanya produk fashion . Kali ini si bawah tanggungjawabnya dia akan membuat semua produk naik penjualannya. Promosi untuk event di toko dan bazar akan diberlakukan semua produk. 

Di antaranya produk fashion Men's World, Ladys, Children, Home, buku dan alat tulis juga akan diikutsertakan. Buku dan alat tulis tidak hanya laku di momen tahun ajaran baru. Raina ingin produk itu masuk di tiap momen event. Bisa saja promosi buku fiksi, non fiksi, peralatan gambar dan lukis, pasti akan menarik minat customer yang memiliki hobby di ranah itu. 

Presentasi Raina di meeting kali pertama mengundang decak kagum semua peserta. Terutama Harris, dia makin tertarik dan bangga. Raina benar-benar punya kemampuan menjadi leader. 

"Bagus banget, Rain. Saya suka semua ide kamu. Sangat brilian, dan saya nggak pernah sejauh itu berpikir." 

"Jangan terlalu memuji saya, Pak. Semua hal pasti ada resikonya. Mungkin saja produk yang baru saya ikutkan nggak laku." 

"Dih, kok jadi pesimis, gitu? Sepertinya kamu butuh makan yang enak-enak hari ini. Ayo, saya traktir!" 

Raina menghentikan langkahnya. Dia tidak bisa makan hanya berdua dengan Harris. Bisa jadi gosip baru nanti. 

"Ajak Cika juga. Dia pasti kelaparan juga sekarang," lanjut Harris tanpa melihat Raina lagi. Dia yakin gadis itu tidak nyaman kalau hanya makan berdua. Dengan mengajak Cika, dia tidak akan menolak. Benar saja Raina segera menelepon sahabatnya. 

Oke, tidak masalah bagi Harris. Dijalani saja dan buat Raina senyaman mungkin menjalankan tanggung jawabnya. 

Pesanan mereka datang. Aroma ayam bakar Kalasan, ikan bakar, lalapan, sambal berbagai jenis, terhidang di meja. Cika menelan ludah beberapa kali. 

"Makanannya ntar ngambek kalo nggak dimakan. Ayo, makan! Kita butuh tenaga untuk bekerja setelah ini. Selamat makan!" Harris mengambil nasi lebih dulu, disusul Cika yang langsung mengambil segunung nasi. 

Raina menyusul dengan porsi sewajarnya. Dia tidak bisa langsung makan sebanyak Cika. Semua makanan habis tak bersisa, dalam waktu kurang dari dua puluh menit, mereka makan tanpa bicara. Raina senang ternyata Harris sama dengannya. Menghabiskan makanan lebih dulu baru bicara.

"Ada yang mau nambah? Silakan aja, loh!" tawar Harris dan dibalas gelengan dari Cika. 

"Pak Harris memang belum kenyang? Porsi laki-laki beda sama kita, Rain." 

Harris tertawa. Raina sempat menyenggol lengan Cika, karena bicaranya terkesan kurang sopan sama atasan. Mana ditraktir lagi. 

"Nggak apa-apa, Raina. Saya malah suka di antara kita nggak ada sekat sama sekali. Saya sama seperti kalian. Kerja buat SDS pusat. Santai, aja!" 

***

"Makasih tumpangannya ya, Pak Harris."

"Sama-sama, Cika. Kami langsung pulang, ya." Mobil meluncur menuju rumah Raina. 

Malam itu banyak hal yang dikerjakan. Waktu event semakin dekat, promosi secara online juga baru saja dibuat. Raina memutuskan melihat dulu sebelum diposting di sosial media SDS. Selama ini manajemen bagian promosi selalu meng-update event yang tengah berlangsung. 

"Jadi video promosi sudah jadi? Rencana kapan launching?" Setelah Cika turun suasana hening karena Raina lebih banyak diam. Harris tidak ingin Raina canggung padanya. Jadi dia coba cari tahu tentang video promo. 

"Video sudah jadi, Pak. Rencananya besok pagi kita launching."

Harris mengangguk, sesekali di menengok Raina yang tampak lelah. Gadis itu menghabiskan waktunya untuk bekerja. Tak lama mereka sampai di depan gang menuju rumah Raina. Mobil tidak bisa masuk, tetapi rumahnya tidak jauh dari sana. 

"Makasih ya, Pak. Hati-hati di jalan." Raina melepas sabuk pengaman. 

"Rain." Harris menahan lengan Raina. 

"Ya, Pak?"

Harris langsung melepas lengan Raina, tapi matanya tak berhenti menatap. 

"Makasih atas kerja kerasmu hari ini. Terus semangat, ya! Saya pulang." 

Raina mengangguk sambil tersenyum tipis. Setelah mobil Harris menghilang baru Raina memasuki rumahnya. Orang rumah sudah tidur semua. Mungkin warung hari ini ramai jadi mereka sudah capek. Pintu warung sudah terkunci, aman. Tapi justru hatinya tak tenang mengingat semua perlakuan terlewat manis dari Harris. 

Beberapa hari terakhir Harris sering mengantarnya pulang. Yaa, tidak bisa dibilang spesial karena ujung-ujungnya Cika ikut bersama mereka. Harris seperti bisa membaca keengganan Raina kalau hanya berdua dengannya. Dan hal itu membuat Raina lega. 

Tak lama setelah selesai membersihkan diri, rasa kantuk datang. Baru berasa lelahnya tubuh setelah seharian bolak-balik demi memastikan semua produk siap. Baik masih proses pemesanan atau sudah siap di area masing-masing. 

Baru beberapa detik merebahkan badan, ponselnya bergetar. Ada chat masuk. 

SM:
Istirahat ya, Rain. Jangan begadang. Besok masih banyak yang harus dikerjakan. 

RAINA:
Makasih, Pak. Siap 86. Ini sudah mau tidur, ngantuk juga. Selamat malam, Pak. 

SM:
Good. Itu baru anak pinter. 

Apaan sih, ini? Raina tidak lagi membalas. Dia matikan ponsel dan mengisi daya baterainya. Dia sudah terlelap sebelum sempat mematikan lampu. 

Raina tidak tahu ada pesan masuk dari Shaka. Entah, bagaimana reaksinya nanti, hal itu jadi urusan nanti. Yang penting dia harus melakukannya sebelum menyesal. 

Bersambung
Kira-kira Shaka info apa, nih?

Thank you for reading my story. See you in the next part.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro