20.TAK ADA FIRASAT

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini Raina menyerahkan semua tanggung jawab counter pada Atik. Dia tidak bisa lagi membagi persiapan event dan mengurus penjualan counter. Harris sudah resmi mendelegasikan salah satu SPG dari area Lady's World, menggantikan Raina. 

"Rain hari ini kita hunting orang untuk buat parcel dan buket. Jaman sekarang kreativitas anak-anak muda makin beragam. Salah satu karyawan SDS pasti ada." 

Raina tidak bereaksi. Pikirannya terganggu sejak pagi-pagi buta. Pesan dari Shaka yang sudah lama tidak mampir, semalam terkirim saat dia sudah tertidur. Dia ingin bertemu Raina dan menyelesaikan semua yang masih mengganjal di antara mereka. Raina tidak tahu apa yang dimaksud belum selesai. Baginya semua sudah kelar hari itu. Hari di mana Raina memutuskan untuk merelakan cinta pertamanya pergi. 

Cika menyenggol lengan sahabatnya. Penasaran juga ada apa lagi sama Raina, belum buka toko dia sudah melamun. 

"Mikirin apa, sih?" 

"Enggak ada." 

"Bohong banget. Males, ah, masih pagi, loh! Kenapa lagi, Rain?" Cika meletakkan produk diskon bulan ini. Dia belum bisa melepaskan counter-nya, karena belum ada pengganti. Harris menyerahkan supervisor area untuk mencari. 

"Nanti aja kita bahas ini. Tadi kamu bilang apa?" 

Cika terpaksa mengulang. Tim kreatif SDS kebanyakan laki-laki, sebenarnya bukan masalah. Tapi perlu sentuhan pendapat perempuan untuk beberapa hal. Terutama parcel dan buket. Raina setuju dengan Cika. 

Shaka bergegas ke ruangan Harris untuk minta persetujuan idenya. 

"Ide lo kan udah gue acc semua, Bro. Yang mana lagi?" Harris menutup laptop dan fokus ke pembahasan Shaka. 

"Gue mau gandeng bagian foodcourt buat ikutan bazar." 

Harris menimbang beberapa saat. Selama ini fashion dan kuliner tidak bisa digabung. Resiko kecelakaan besar, maksudnya fashion akan aman saat kondisi area bersih. Sedangkan kuliner resiko untuk bersih masih dipertanyakan. Apalagi peraturan SDS berlaku aturan, customer dilarang membawa makanan atau minuman saat akan memasuki area fashion. 

"Lo tahu ide itu susah direalisasikan. Terlalu beresiko." 

"Gue yakin, Ris. Soal penataan tempat bakal gue pisah. Ya, kali gue gabung, bisa rusak produk fashion kita." 

"Coba lo bikin denahnya, deh. Atau kita ke  lokasi aja, lebih gampang paham, gue." 

Harris mengambil jas dan ponselnya. Shaka memberi jalan Harris untuk lebih dulu jalan menuju lantai dasar. Keduanya berpapasan dengan Raina dan Cika yang akan menuju ruang tim kreatif SDS. 

"Hai, mau ke mana?" Harris menyapa dengan senyum manisnya. 

"Mau ke ruang kreatif, Pak. Bapak sendiri mau ke mana?" Cika merespon lebih dulu. Dia tampak terpukau dengan kegantengan Harris. Apalagi dengan senyum ramah yang superduper manis. 

"Mau ke lantai dasar, cek lokasi bazar. Dia mau share idenya. Sama kayak kamu Rain. Saya harap idenya brilian, ya. Awas aja, kalo enggak." 

Raina menanggapi dengan senyum tipis. Shaka juga mendedikasikan waktunya untuk bazar. Tetapi sejak meeting terakhir belum ada konfirmasi apa-apa dari dia. Padahal bazar akan bersinergi dengan event di toko. 

Sebenarnya bisa dia tanyakan sekarang, tapi mereka terlihat sibuk. Lebih baik menunda saja. Masih banyak waktu untuk menanyakan rancangan ide bazarnya secara detail. 

Mereka berpisah dengan karena Harris sudah ditunggu jadwal selanjutnya. 

"Ah, Raina wait." 

"Ya, Pak? Video promo yang mau launching ada berapa?" 

"Rencananya ada lima, tapi saya nunggu rancangan bazar. Jadi yang sudah jadi dan siap ada dua." 

"Good. Nggak sabar mau lihat hasilnya. Oke, good luck." 

Shaka memperhatikan bagaimana Harris menatap Raina saat berbicara. Shaka tersentil hatinya, Harris benar-benar menyukai Raina. Haruskah dia menyerah? Tetapi Raina biasa saja menanggapi tatapan Harris. Malah beberapa kali dia mengalihkan pandangan matanya. Sungguh, Shaka ingin tahu apa yang gadis itu pikirkan sekarang. 

***

"Rain, masalah kamu sama Shaka belum selesai? Buruan dikelarin, daripada tiap kali ketemu suasananya canggung mulu." Koridor menuju ruangan kreatif sepi. Jadi Cika leluasa menanyakan hal pribadi. 

"Shaka ngajak ketemuan, Ka." 

"Oya? Kapan?" 

Raina menggeleng. Shaka tidak bilang mau ketemu kapan. Raina juga belum membalas pesannya sampai sekarang. Mungkin Shaka menunggu balasan baru nentuin waktunya. Shaka tidak akan memutuskan sendiri. Apalagi menyangkut masalah berdua. 

"Kita balik ke area, masih banyak yang harus dikerjain. Oiya, kamu nanti urus update soal buket sama parcel, ya?" 

"Ya, ntar aku laporin kalo udah beres." 

Soal Shaka tidak bisa diurus sekarang. Banyak printilan yang harus dia pastikan sudah sesuai dengan rencana. Termasuk mengirim pesan ke Shaka. 

Raina:
Pak Shaka maaf, saya mau konfirmasi soal rencana detail bazar. Kalau Bapak berkenan tolong kirim ke saya.

Makasih.

Shakanala: 
Hmm. Tunggu, aja! 

"Bener-bener ngeselin. Informasinya dibutuhin segera, Bapak Shaka yang terhormat," desis Raina kesal. 

"Mbak kok, ngomong sendiri? Hiii!" 

Wajah Raina pasti merah karena teguran customer. Dia ngomong sendiri gara-gara Shaka. 

"Enggak kok, Mbak. Aman. Silakan lanjut belanjanya. Mumpung banyak promo diskon." Raina langsung manuver ke  hal yang mungkin menarik buat mbaknya. Semoga saja dia mudah lupa, dan kejadian tadi juga cepat menghilang dari otak. 

Setengah jam lagi waktunya tutup toko. Tetapi malam ini customer seperti tak ada habisnya. Raina melihat Atik tengah merapikan wagon¹ yang isinya  berantakan. Dia langsung menghampiri dan membantu. 

"Sepertinya barusan ada badai, Tik. Rame, ya?" tanya Raina sambil merapikan dari ujung lain. 

"Ngapain lo? Gue bisa sendiri, kali." Atik menjawab ketus tanpa menatap Raina. 

Raina  mendongak, matanya memicing curiga. Situasi jadi buruk dan lepas dari perkiraan Raina. Berbagai dugaan datang, tapi bukan sekarang waktunya untuk minta konfirmasi. 

Bersambung
WAGON adalah sebuah kotak beroda yang mudah dipindah tempat, biasanya untuk tempat produk yang dapat potongan harga khusus.

Banyak ditemukan di mall besar dan supermarket.

Wah, Atik kenapa ya? Hidupnya punya masalah apa sih?

Thank you for reading. See you on the next chapter, Guys.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro