21.DEG-DEGAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Raina, tunggu!" Atik tergopoh menghampiri. 

"Kenapa, Tik? Sampe lari-larian?" 

Aneh, Atik ini. Kemarin dia ketus sama Raina, sekarang mendadak begini. 

"Mau minta maaf soal kemarin. Gue nggak bermaksud bikin lo tersinggung." 

Raina menghela napas, sebenarnya masih kesal. Niat mau bantuin malah disemprot duluan. Mana capek banget urusin banyak hal, eh, malah diketusin. 

"Ya udah, sih. Gue nggak anggap serius kemarin. Baikan?" 

Mereka bersalaman. Atik bercerita banyak hal, termasuk pengakuan rasa iri yang dia rasakan selama ini. Rasa negatif itu makin menjadi saat Raina diberi tanggung jawab baru dan akan dipromosikan naik jabatan. Dia juga tidak diikutsertakan dalam tim, hanya Cika yang diajak gabung. 

"Maaf, gue terlalu naif, Rain. Seharusnya gue dukung lo dan urus counter kita dengan baik. Sekali lagi maaf ya," pungkasnya lalu menunduk. 

Raina adalah atasannya sekarang. Seperti apa pun hubungan keduanya, Atik rasa harus tetap jaga komunikasi  dengan baik. 

Selama ini Raina merasa mereka tidak bisa dekat, karena Raina membuat batas. Dia terlanjur nyaman membagi rahasia pada Cika. Ternyata menjaga jarak sama rekan sendiri menyakiti Atik. Dan Raina akan memperbaiki semuanya. Dia ingin fokus bekerja tanpa diganggu masalah pribadi. 

"Raina, meeting dimulai sebentar lagi. Jangan telat." Shaka menghampiri setelah Atik pergi. Sekarang Shaka yang sepertinya membuat jarak. Lalu, apa maksud pesannya mau ngajak ketemu. 

"Ya, Pak. Makasih." Raina tersenyum, tapi tak sedikitpun Shaka membalas sapaan ramahnya. Dingin sekali, Shaka berubah sebegini drastis. Apa karena dirinya? Raina tertawa, tepatnya menertawai dugaannya yang tak masuk akal. Siapa dia sampai Shaka gagal move on

Hari ini meeting lagi untuk membahas detail bazar. Tata letak counter dan semua detailnya akan ditunjukkan Shaka nanti. 

"Tuh, kan, apa saya bilang, Shaka selalu punya ide maksimal kayak kamu," bisik Harris begitu Shaka selesai presentasi. 

Sekilas Shaka menatap kedekatan Raina dan Harris yang duduk bersebelahan. Ya, dia ngaku sekarang, kalau cemburunya makin menjadi. 

"Pak Shaka lebih hebat dari saya, Pak. Jangan dibandingin sama dia, dong!" 

Interaksi SM dan Raina cukup dekat, yang membuat siapa pun akan satu suara. Mereka makin hari makin dekat. 

"Saya yakin event tahun ini akan sukses besar. Karena SDS punya tim yang solid. Saya akan selalu dukung apa pun ide kalian. Semangat semuanya, siap-siap untuk menerima bonus besar." Harris begitu semringah dan bersemangat. Tatapannya tak lepas dari sosok Raina. Kalimat penyemangatnya jadi penutup rapat terakhir sebelum hari eksekusi seminggu lagi. 

Meeting selesai dengan baik. Rancangan bazar sepenuhnya sudah dipahami semua tim. 

"Kamu lelah, Rain? Mau makan enak?" Lagi-lagi Harris berusaha membuat mood Raina membaik. 

"Ya? Saya  …." Raina tidak siap dengan ajakan Harris yang selalu spontanitas. Serba mendadak dan tidak ada penolakan. 

"Ajak Cika dan Atik kalau kamu mau." Lihat, kan, Harris tidak menerima penolakan. Dia sudah keluar ruangan tanpa menunggu jawaban dari Raina. 

Atik tidak bisa ikut karena sudah terlanjur janji makan bareng karyawan lain. Jadi cuma mereka bertiga seperti sebelumnya. 

"Masih cukup nggak kalo saya ikut?" Shaka yang tadi sudah keluar lebih dulu, berbalik dan ingin bergabung. 

Raina duduk di backseat, sedangkan Shaka di samping driver. Mereka punya obrolan sendiri-sendiri hingga mobil sampai di sebuah restoran. 

Pesanan datang, hidangan disantap tanpa ada yang mulai bicara. Shaka beberapa kali menunjukkan perhatian pada Raina. Semua tak luput dari tatapan tajam Harris. 

"Nasi gorengnya tukar saja, Rain. Kamu nggak doyan ati ayam, kan? Sini." Shaka menukar makanan mereka, tanpa persetujuan dari Raina. Dan adegan itu membuat mood Harris diuji. 

"Ternyata saya belum mengenal dengan baik kamu, Rain. Kamu nggak menutup akses buat saya, kan?" 

Cika memalingkan muka sambil menahan senyum. Di depannya kini dua orang palling dihormati di SDS sedang berebut satu cewek. Raina sampai harus menyikut lengannya supaya bisa menahan diri. 

"Daebak! Kamu direbutin, Raina Sayang. Aku bangga jadi sahabat kamu," bisik Cika tepat di telinganya. 

Sial! Cika malah bahagia di atas kebingungannya. 

"Kita bisa makan dulu? Oiya, saya nggak pilih-pilih makanan lagi, Pak Shaka. Jadi, nggak perlu ditukar." 

Shaka terkejut, segitu inginnya Raina menjauh. Atau, memang sudah banyak perubahan yang terjadi dan dia tidak tahu. 

Raina menikmati nasi gorengnya tanpa ada masalah. Untung dia mulai biasa dengan jenis jeroan ayam satu itu. Kalau tidak dia harus berapa jam menahan mual. Cika pun menyusul melahap makanannya. 

"Ayo, masuk! Seperti biasa saya antar kalian pulang."

"Saya sudah pesan taksi online, Pak. Makasih." Shaka menolak. Padahal dia belum memesan apa pun. 

Raina dan Cika saling berpandangan. Yaa, mungkin lebih baik begitu. Suasana akan canggung bagi mereka bertiga, skip Cika. 

"Saya duluan, taksi saya sudah datang." 

"Oke, ati-ati lo. Kabari gue kalo udah sampe rumah." 

"Lo bukan nyokap gue, Harris." 

Harris tertawa, dia membukakan pintu belakang supaya Cika masuk. Setelahnya baru membukakan pintu depan untuk Raina. 

Musik diputar, dan mengalunlah lagu Afgan-Jodoh Pasti Bertemu membuat suasana mobil jadi sendu. Wah, selera Harris ini musik ballads ternyata. Obrolan jadi seru dengan bahasan Afgan VS Rossa. Bukan berarti mereka berantem, ya. Tetapi soal hubungan yang teman tapi mesra mereka mengundang banyak dugaan dari netizen. 

"Nggak nyangka saya, ternyata Pak Harris suka gosip artis juga." Cika sih, senang ada teman ngerumpi baru. 

"Nggak semuanya saya ikutin. Tahu sendiri jadwal saya dan beban harus naikin terus penjualan. Beberapa saja artis penyanyi yang saya dengar lagunya dan ikut perjalanan karirnya." 

"Salah satunya Afgan?" Raina juga suka penyanyi berlesung pipi itu. 

"Yups. Dia cukup tahu diri kalau pendidikan itu penting baru karir." 

"Bener banget. Saya juga nge-fans hampir semua lagunya. Dulu pengen banget nerusin kuliah ke luar negeri, karena lihat dia. Sayang, saya mentok." 

Harris tersenyum. Dia senang hari ini Raina tidak banyak diam. Gadis gebetannya ini banyak bicara dan tertawa. Hatinya makin dalam memupuk rasa, dia tak bisa menunda lagi untuk menyatakan perasaan. Apalagi melihat kemungkinan kalau Shaka juga menginginkannya. 

Maka setelah Cika turun dan tinggal mereka berdua, Harris memutuskan untuk mengajak Raina ke suatu tempat. 

"Tapi sudah malam, Pak. Besok persiapan terakhir untuk event toko." Sebenarnya Raina belum siap dengan apa yang akan terjadi. Dia perempuan dewasa, bisa menangkap maksud dan tanda-tanda yang diberikan Harris. 

"Hanya sebentar, saya janji. Oke, sekarang saja." 

Bersambung

Duh, Harris maju selangkah, nih.

Thank you for reading. See you again, Guys.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro