22.SHAKA MUNDUR?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Saya nggak bisa menahan lagi, Rain. Kamu harus tahu kalau saya punya perasaan sama kamu. Saya nggak suka, cemburu saat beberapa kali lihat kamu sama Shaka. Dan kejadian di restoran tadi memupus kesabaran saya." 

Rain tertunduk. Kedua tangannya saling meremas, sunguh dirinya gugup dan tidak tahu harus jawab apa. 

"Raina lihat saya." Nada bicara Harris lembut dan tegas. Membuat Raina makin gugup. Jantungnya juga deg-degan melewati batas kewajaran. 

Harris menggenggam jemari Raina lembut. Tangan kanannya meraih pipi kiri Raina supaya mau menatapnya. 

"Kamu spesial bagi saya, Rain. Sejak awal kamu masuk ke SDS, kamu ingat kita hampir bersamaan masuk." 

Raina mengangguk. Tentu saja dia ingat. Hanya saja, area tempat Raina bertugas berpindah terus dan mereka hampir tidak pernah berkomunikasi. 

"Kasih saya kesempatan untuk jaga kamu, sayangi kamu, membahagiakan kamu." 

"Kenapa saya, Pak?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja, dan Raina rasa tidak salah. 

"Karena kamu mengubah jalan hidup saya sejak kejadian kamu dilabrak pria hidung belang bernama Dodi." 

Harris mengenal Raina sejak lama. Dia ingin mendekati Raina yang suka sekali bekerja, hangat, dan ramah dengan siapa pun. Jadwal dan berbarengan dengan jabatannya yang terus naik, membuat Harris seperti melupakan kehadiran Raina. Dan, saat kejadian Raina nyaris dipermalukan di foodcourt waktu itu, hidup Harris langsung berubah. 

"Oiya, saya tahu soal masalah Dodi, ayahmu, dan Lisa." 

Raina hendak menarik tangannya, tetapi Harris menahannya. 

"Kenapa? Jangan berprasangka dulu. Saya nggak akan pernah menyalahkan kamu atau keluargamu. Itu takdir." 

"Kalau Pak Harris …." 

"Harris saja." 

"Apa?" 

"Saya berasa tua banget kalo dipanggil itu. Saya masih lajang dan belum tua, kan?" Harris menaikkan alisnya. 

Raina tertawa. Bosnya ini bisa narsis juga ternyata. 

"Kalau Mas Harris tahu semua masalah itu, berarti juga tahu tentang masa lalu saya dan Shaka." 

Harris mengangguk. Entah, dia kesal, marah, atau sedih mengetahui fakta itu benar adanya. 

"Apa kamu masih mencintai Shaka?" 

"Masih." 

Harris memalingkan mukanya, tangannya melepas jemari Raina. 

"Oke, saya …." 

"Tapi orang tua Shaka tidak merestui saya dekat dengan puteranya." 

Sedalam itu perasaan Raina, mungkin Shaka adalah cinta pertamanya. Dia  harus terima kenyataan kalau Raina belum siap. 

"Saya akan menunggu Rain, kalau kamu sudah siap menerima cinta baru, saya harap jadi orang pertama yang tahu." 

"Terima kasih, Mas sudah mengerti keadaan saya." 

Sebenarnya Raina ingin meminta Harris supaya mau membuka hati untuk perempuan lain. Tetapi apa haknya bucara seperti itu. Hal itu murni menjadi hak Harris, mau move on atau tetap sabar menunggunya. 

Rupanya ada kesamaan pada mereka bertiga. Sama-sama mengobral hati demi orang yang dicintai. Tetapi hasilnya belum tentu laku dan laris manis. Bisa saja sudah diobral murah tapi tak ada satu pun yang melirik. 

Malam itu hubungan Harris dan Raina tidak ada perubahan. Tetap jadi rekan kerja demi suksesnya event toko. 

***

Wagon-wagon baru dari pusat sudah datang dan berada di gudang penyimpanan lantai 5. Malam hari setelah tutup toko, tim berbagi tugas untuk menata dan mengisi dengan produk yang sudah direncanakan. 

Raina tak berhenti berkeliling dan sesekali membantu proses penataan supaya lebih cepat selesai. Pemesanan parcel dan buket juga sudah dibuka. Semua orang sibuk di bagian masing-masing. 

"Mbak Raina, untuk alat tulis dan buku novel kira-kira kita taruh di wagon atau rak saja?" 

"Tugas lo menata mainan anak sudah beres?" 

"Sudah, Mbak!" 

"Oke, kita kesana. Gue cek sekalian cari fixture yang cocok buat novel sama alat tulis." 

Raina puas sekali dengan hasil dari tim children. Tugas mereka sudah selesai dengan cepat. 

"Ada usul nggak buat naruh paket novel dan alat tulis?" Raina tidak mau memutuskan sendiri. Namanya tim semua harus didengar juga idenya. 

"Mbak, kalau kita gabung aja, gimana?" 

"Maksudnya?" 

"Kita pakai rak untuk pajang alat tulis dan menggambar. Lalu apa kecil kita isi dengan novel." 

"Kamu yakin akan menarik minat customer?" 

"Nanti kita pakai cara seperti di toko besar, Mbak. Bagian judul kita perlihatkan di bagian atas. Dan di rak juga kita pajang novel dan buku yang sedang banyak dicari." 

Benar juga. Raina setuju, tim yang lain juga tidak ada yang keberatan. 

"Perlu bantuan?" Shaka tiba-tiba datang. 

"Bazar gimana, Pak? Memangnya sudah beres?" 

"Kalau nggak mau dibantu bilang, aja." 

Dih, Shaka ini benar-benar labil. Raina benar, dong! Dia tanya bazarnya sudah selesai atau belum. Raina  menghela napas dalam. Biarkan saja, tugasnya lebih penting. 

"Pak Harris mana, ya. Kayaknya tadi ikutan lembur." 

Lah, Raina mulai cari-cari Harris. Ada apa gerangan? 

Tepat pukul 11 malam, semua selesai. Kerja sama tim memang keren. Raina merasa tidak bekerja sendirian. Semua ikut berpikir dan menyumbang ide. Pesanan parcel dan buket berbagai li juga membludak. Tim bazar dikabarkan juga mengerjakan tugas dengan baik. 

Sungguh di luar dugaan semua orang. Raina sebagai penanggung jawab sangat open dengan kritik yang diberikan siapa pun itu. Hal ini juga jadi mereka seperti kerja bareng aja tanpa ada istilah bos dan anak buah. 

"Guys, tolong nanti pas keluar, ambil paket makan malam di pos security. Saya sudah pesan dan semoga semua suka dengan menu makanannya." 

Tiba-tiba, lagi dan lagi Harris datang dengan memesan makanan untuk. Semua tim tanpa terkecuali. Ooh, kecuali dirinya. 

"Hari ini kamu kuantar pulang. Jangan nolak dan ingat sebagai teman saya bisa lakukan ini." 

Raina menatap Harris yang tersenyum manis padanya. 

"Jangan tatap saya kayak gitu. Kita pulang sekarang." 

Shaka mundur perlahan, dia keduluan Harris lagi. Perlahan Raina juga terlihat nyaman bersamanya. 

"Pak Shaka, semua sudah selesai. Kami ijin balik ya, Pak." 

"Ya, masuk !" 

Shaka tak bisa diam terus. Dia harus mengajak ketemuan Raina  dan memastikan apa yang ingin dia ketahui. Kalau realita mengatakan dia tak ada lagi kesempatan, tawaran papanya akan dia terima. 

Bersambung

Thank you for reading.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro