5. NEKAT BANGET, SIH!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Berusaha melepaskan diri, jadi hal sulit bagi Raina. Shaka belum berniat mengendurkan dekapannya.

"Saya harus makan dan minum obat, Pak. Jadi, tolong lepasin saya," jawab Raina tanpa menatap mata bosnya.

Shaka menepati janjinya. Lengannya mengendur dan melepaskan Raina. Obat yang terjatuh tadi dia ambil sebelum Raina melakukannya.

"Pastikan semua kamu lakuin. Saya nggak mau ...."

"Iya, Pak! Saya bisa pergi sekarang?" Raina memotong kalimat bosnya dan segera pergi.

Shaka ternganga dengan respon tak terduga dari Raina. Gadis itu terkadang tidak menganggapnya sebagai atasan. Tetapi tak masalah sama sekali baginya. Justru hal itu yang membuatnya nyaman tiap kali mereka dekat.

Raina tidak bisa menikmati makanan di depannya. Karena bukan waktunya istirahat, dia tidak keluar gedung. Raina memilih yang praktis dan cepat, membeli roti, obat, berikut air mineral di supermarket. Roti isi dia beli dua bungkus, sangat cukup untuk mengganjal perutnya hingga jam makan siang.

Kejadian tadi membuat Raina hilang fokus. Shaka ini membingungkan sikapnya. Perhatian seperti tadi tentu saja membuat Raina baper. Dia sudah lama suka dan menunggu saat seperti ini. Tetapi semuanya jadi berbeda karena status mereka sekarang. Shaka atasannya dan Raina hanya SPG biasa.

Niatnya untuk meraih hati Shaka sempat menggebu tadi. Apalagi mengingat Wawan yang mungkin akan bertindak gila lagi dengan menjodohkannya. Namun, keraguan menyergapnya, karena perasaan Shaka saja, Raina tidak tahu.

Raina segera menelan obat dari dokter klinik tadi. Berharap pusingnya akan berkurang dan bisa kembali bekerja. Sungguh, mending tetap di toko daripada pulang dan berhadapan dengan Wawan.

Shaka mengamati Raina dari jauh. Dia berpura-pura mengecek beberapa mesin 'finger print' yang letaknya tidak jauh dari posisi Raina duduk sekarang. Dia lega gadis itu melakukan saran dari dokter. Andai dia tahu masalah yang dihadapi, dengan sukarela dia akan membantu.

Perhatian Shaka terpecah saat ponselnya bergetar. Dia mendesah tidak suka saat melihat siapa yng menelepon.

"Aku lagi kerja dan sebentar lagi meeting. Nanti saja telepon lagi." Tanpa menunggu respon dari sana, Shaka memutus sambungan.

Saat matanya ke tempat Raina, yang ditunggu sudah tidak ada di tempat. Shaka yakin Rain sudah kembali ke area. Langkahnya segera menuju kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tak lama ponselnya bergetar lagi. Kali ini pesan masuk secara beruntun.

Lisa : Jangan menghindar dari tanggungjawab, Shaka! Ingat, papi kamu!!

Tangan Shaka mengepal, bibirnya merapat menahan amarah. Dia tidak bisa mencampur masalah pribadi dengan pekerjaan. Harusnya Lisa paham itu.

***

Saat perpindahan counter dimulai. Raina dan partner disarankan lembur untuk mengurus bersama supaya cepat selesai. Fixture¹ yang sudah lama itu tampak rapuh saat harus digeser beberapa kali. Apa mau dikata, semua tukang angkut harus ekstra hati-hati. Kalau sampai ada yang patah atau rusak, gaji mereka terancam tidak dibayar penuh.

Raina lega melihat semuanya berjalan lancar. Tinggal menata display barang yang bisa mereka tata ulang.

"Gimana, semua lancar? Posisi kamu memang agak bergeser, tapi malah lebih bagus dan mudah terlihat customer." Shaka datang tiba-tiba dan langsung berkomentar tanpa diminta.

Raina melihat beberapa hari terakhir, tepatnya setelah hari itu sikap Shaka selalu dingin dan datar. Tidak terkecuali pada siapa pun dia berhadapan.

"Rain, ditanya Pak Shaka, tuh!" Lamunan Raina buyar seketika.

"Oh, kenapa, Pak? Maaf, saya lagi mikir display barang, banyak barang baru datang juga hari ini. Jadi ...."

"Udah, lupain. Nggak penting lagi jawaban kamu." Shaka beranjak pergi, tapi dia tampak puas dengan hasil nyata dari idenya. Dia berharap toko akan makin ramai dan penjualan naik.

Cika mendekati Raina setelah situasi aman. Peraturan toko melarang SPG saling ngobrol alias ngerumpi. Tetapi namanya aturan kan buat dilanggar, ya. Itu sih, menurut Cika. Selama tidak ketahuan langgar terus.

"Kenapa?" Raina tahu sahabatnya itu ingin tahu perkembangan sarannya, ditindaklanjuti atau tidak.

"Aku heran sikapnya Pak Shaka jadi aneh. Katamu ...."

"Stop! Ka, jangan sekarang deh, bahasnya. Ntar aja, pas makan siang." Raina memberi isyarat kalau masih ada partner-nya di sana. Jangan sampai dia dengar terus jadi gosip tidak jelas. Raina tidak bisa percaya sembarang orang tentang hal pribadinya.

"Oh, oke. Aku balik ke counter aja, deh!"

Cika beringsut ke tempatnya. Dan diberi acungan jempol oleh Raina.

Partner Raina yang biasa dipanggil Atik, sebenarnya baik. Tetapi hanya untuk urusan pekerjaan, bukan hal pribadi. Raina khawatir kalau soal Shaka ini sampai didengar banyak orang. Tidak bisa dibayangkan akibatnya kalau atasannya itu tidak terima dan memecatnya. Iiih, amit-amit! Raina masih butuh pekerjaan.

"Akhirnya selesai juga. Tik, kamu duluan yang makan, deh. Ntar aku bareng sama Cika."

Atik mengangguk tanpa protes. Dia segera pergi, karena waktunya tidak banyak mereka harus bergantian.

Cika langsung menghampiri Raina begitu Atik terlihat sudah balik ke counter.

"Aku mau mundur aja, Ka. Nggak jadi deketin Shaka. Sekarang serem melulu mukanya." Raina meneguk es jeruknya setelah makanannya tandas.

"Terus apa kabar Om Wawan? Kamu mau dijodohin sama orang nggak jelas lagi?"

Raina menggeleng. "Ya, nggak mau lah! Gila apa, jadi istri kedua, amit-amit."

Cika prihatin dengan masalah Raina. Jelas-jelas Raina ini sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri. Yaah, meskipun tidak banyak. Tetapi kalau untuk dirinya sendiri, jumlahnya cukup.

"Aku nggak habis pikir Om Wawan maunya apa, sih? Apa alasannya sampai kamu harus banget cepet-cepet nikah?"

"Karena dia ini beban di keluarganya."

Sahutan orang tak dikenal ini membuat keduanya tersentak. Terutama Raina. Pria itu adalah pria tak tahu malu yang ingin menikahinya, padahal sudah punya anak istri.

"Anda kalau nggak tahu, tutup mulut, bisa!?" Cika emosi. Firasatnya buruk melihat pria yang terlihat genit dan tidak sopan.

Tetapi dasar bebal, pria seumuran omnya ini, malah makin mendekati Raina dan mencolek dagunya.

1.fixture: rak yang didesain dengan berbagai bentuk, dipakai untuk display barang. Biasanya khusus produk baru dan tidak diskon.

***
Duh, makin panas saja nih, masalahnya. Apa yang terjadi setelah ini, ya? Pria itu akan lakuin apa lagi ke Raina?

Ketemu di part selanjutnya, ya. Tetap semangat dan sehat selalu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro