6. Your Name

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Come back and tell me why I'm feeling like I've missed you all this time?

.

Penerbangannya menuju Hamburg cukup begitu melelahkan. Maka sebelum ia memulai sesi pemotretannya besok, Keiko hanya menghabiskan waktu di kamar hotelnya dengan meminum teh herbal ditemani satu album dari Ikimono Gakari. Ketika manik matanya mengarah pada jendela besar di kamarnya, ia melihat balon berwarna biru yang terbang bersama angin.

Keiko tertawa kecil. Anak itu pasti menangis karena tidak dapat menjaga balonnya.

Kemudian kotak bernama kenangan itu kembali terbuka.

"Kenapa balonnya tidak mau mengambang, Key?" Keiko cemberut memegangi tali, sementara balonnya tidak sanggup berdiri tegak sesuai keinginannya.

Key menatap Keiko dengan malas. "Bodoh, dia butuh gas udara."

"Aku sudah meniupnya dengan udara!" Keiko menghirup napas dalam-dalam lalu membuangnya.

"Dia butuh nitrogen bukan napas darimu."

Keiko menepuk jidatnya. "Oh iya!"

Key kembali mengabaikan teman sebayanya yang cerewet, tangannya sibuk merangkai sesuatu dari dahan tanaman. Meski cerewet, Key juga tidak pernah meninggalkan atau mengabaikannya. Alasannya sederhana, karena mereka adalah teman dan teman sudah seharusnya saling menemani.

Awal pertemuan mereka juga sesederhana goresan crayon pada sebuah buku gambar.

"Kau bisa bicara dengan ikan?"

Keiko yang kerap duduk di pinggiran kolam ikan mendongakkan kepala tanpa minat. Menatap bocah laki-laki dengan seragam agak kusut berdiri di sampingnya. Lalu Keiko hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Merasa diabaikan, bocah laki-laki itu akhirnya duduk di samping Keiko.

"Aku punya teka-teki, jika kau tidak bisa menjawabnya maka kau tidak boleh mengabaikanku."

Keiko menoleh dengan dahi berkerut samar.

"Siapa pencipta onigiri?" tanya bocah laki-laki itu.

Keiko berpikir keras untuk menjawab, namun rasanya itu pertanyaan yang tidak penting. "Teka-teki macam apa itu?"

"Nah, kau tidak bisa menjawabnya kan? Jadi siapa namamu?"

Meski sempat ragu, ia akhirnya menjawab, "Keiko."

Bocah laki-laki itu mengulurkan sebelah tangannya sambil menyengir lebar. "Panggil aku Key, omong-omong ada nama panggilanku dalam namamu."

Keiko mengerutkan dahinya sembari tertawa karena tingkah laku bocah bernama Key itu. Setelahnya ia tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa Key, sebagai teman perjalanan ke sekolah, teman berbagi bekal, dan teman bermain.

***

"Kau sedang membuat apa?" tanya Keiko yang terheran dengan kegiatan yang Key lakukan sejak tadi.

Lama tidak menjawab, Key mengacungkan sebelah tangannya. "Tadah!" Lalu bangkit dari duduk, meletakkan flower crown itu dengan hati-hati di kepala Keiko. Ternyata itu yang sejak tadi dikerjakan oleh Key.

"Flower crown?" tanya Keiko sembari meraba benda yang bertengger di atas kepalanya.

"Karena hari ini kau berulang tahun, maka aku akan memenuhi semua keinginanmu, Yang Mulia," ucap Key seraya membungkukkan tubuh ala pengawal kerajaan.

Keiko bahkan tidak ingat tentang hari kelahirannya. Tiba-tiba sebuah tangan menutup kedua matanya. Namun rasa bahagia yang sederhana itu tetap membuncah dalam benaknya.

Keiko meraba tangan yang menutupi kedua matanya. "Onii-chan?" jerit Keiko.

"Tepat sekali!" seru Kenzo yang sejak tadi tidak tahu bersembunyi dimana.

Saat tangan Kenzo menyingkir dari wajahnya, ia melihat Key yang berdiri dengan lilin kecil di atas satu cupcake dan sebuah senyuman tulus di wajahnya. Sesederhana itu persahabatan mereka, sesederhana itu juga rasa lain diam-diam bersemayam.

"Jadi, kau masih mempermasalahkan balonmu?" tanya Key.

Keiko menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, hendak bergerak maju.

"Make a wish, Keiko-chan!" Kenzo menahannya untuk tidak langsung meniup lilin itu.

Aku ingin Onii-chan dan Key selalu di sisiku. "Aku ingin Key berlari di lapangan kasti dengan bando di kepalanya." Api di atas lilin itu pun menghilang bersama embusan napas dari bibir Keiko.

"Apa? Permintaan macam apa itu?!"

"Hari ini aku ratunya." Keiko tersenyum puas.

Ia biasanya hanya merayakannya berdua dengan Kenzo di rumah karena kesibukan kedua orang tuanya. Kemudian Key hadir sebagai sosok teman yang menyenangkan, ia pun merasa jauh lebih lengkap. Kekosongan yang tak pernah orang tuanya isi itu menjadi tempat Kenzo dan Key.

Gerimis tiba-tiba membasahi jendela besar di sana, sama halnya dengan titik-titik air yang bergulir di sudut matanya. Keiko mengembuskan napas panjang. Ia sadar akan cara kerja waktu. Bergulir tanpa mau menunggu.

***

"Menurutmu yang itu berbentuk apa?" Gadis yang berbaring tepat di sebelahnya menunjuk salah satu awan.

Mereka berbaring di atas hamparan rumput. Bersama semilir angin dan gumpalan awan yang berarak.

Key tertawa kecil. "Topi," jawabnya.

"Bukan! Itu tumpukan cangkir dan piring!" protes gadis itu.

"Iya, terserah."

"Menyebalkan."

Key tertawa lagi. "Menyenangkan."

Gadis itu memanggil namanya.

Key hanya menggumam tanpa menolehkan wajahnya.

"Jangan pernah pergi, aku benci sendiri."

"Iya," jawab Key tanpa ragu.

Key menggeleng setelah membasuh wajah. Tangannya menggeledah kotak obat, mencari aspirin yang dapat meredakan sakit kepalanya. Terkadang Key tidak mengerti dengan cuplikan-cuplikan mimpi aneh yang berujung pada sakit di kepalanya.

Siapa gadis itu? Dia bukan Cathrina.

Tentu saja, gadis berseragam Sekolah Menengah Atas itu bukan Cathrina. Karena Cathrina biasa hadir dalam sosok wanita dengan jas dokternya di mimpi Key.

Kecelakaan yang dialaminya saat berumur 18 tahun membuatnya harus hidup di rumah sakit selama dua bulan penuh. Tidak banyak yang Key ingat, hari itu hujan deras dan ia sedang melajukan sepeda motornya entah hendak pergi ke mana. Yang jelas saat itu sebuah mobil berkecepatan tinggi dari arah berlawanan tiba-tiba memakan jalurnya.

Kejadiaannya begitu cepat. Kebetulan saat itu ia sedang melintasi sebuah jembatan, dimana sungai bebatuan ada di bawah jembatan itu. Tubuhnya terpelanting melewati batas jembatan dan ia koma setelahnya.

Ketika membuka mata untuk pertama kalinya, ia melihat banyak orang yang menyambutnya. Orang-orang yang tidak ia kenal bahkan dirinya sendiri. Key merasa kosong, Key tidak dapat mengingat apa pun. Lantas kehidupan baru semasa kuliahnya pun dimulai sebagai Kim Emery Yaro yang baru.

Kim Emery Yaro yang mencintai Cathrina Tan.

Key selalu ingin mengetahui kepingan memorinya di masa lalu, tapi ia tidak memaksakan memorinya itu untuk kembali secepat mungkin. Ia hanya membiarkan sampai waktu yang akan mengembalikannya.

"Frappe gratis?" tanya Ryuga yang memecahkan lamunannya.

Serendipity dan membuat kopi di sana menjadi salah satu pengalihan dari kenangan-kenangan buruk, kecelakaannya dan kepergian Cathrina. Harum aroma kopi selalu membawa jejak-jejak kedamaian untuknya.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, Bung."

Ryuga mengangkat gelasnya. "Tapi frappe ini rasanya jauh dari ekspektasiku!"

Key menyentak kepalanya. "Alasan sampah." Lalu kembali menekuni mesin kopinya.

Siapa gadis berseragam sekolah yang kerap kali muncul di mimpinya? Wajahnya tidak pernah terlihat jelas, hanya suaranya saja.

***

"Keiko-chan ...." Nenek mengusap rambut gelombangnya. "Kau tidak perlu merasa sendiri ...."

"Aku ingin ikut onii-chan," tegasnya.

"Keiko di sini bersama nenek."

"Aku ingin ikut onii-chan." Ia mengatakan hal yang sama sekali lagi.

Kenzo pergi ke Amerika setelah orang tuanya resmi bercerai. Tanpa pamit. Tanpa pesan apa pun. Seakan-akan lenyap begitu saja ditelan bumi. Orang tuanya sibuk dengan hidupnya masing-masing sehingga lupa dengan buah hatinya sendiri.

Sokongan uang selalu mengalir deras dari kedua orang tuanya, terkecuali apa yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Contohnya, bertahan di sisi Keiko dan Kenzo.

Keiko menepis sekelebat ingatan yang menghampirinya di ujung sesi pemotretan.

"Okay, satu kali lagi." Blitz kamera kembali menerjang netranya. "Baik, terima kasih Keiko."

Keiko berjalan dengan gontai ke ruang make up setelah sesi pemotretannya selesai. Sebelah tangannya menuang cairan pembersih make up di atas kapas. Kemudian dengan lihai ia menghapus sisa make up di wajahnya.

"Mau langsung kupesankan tiket pulang?" tanya Himeka yang sudah muncul di belakangnya.

Keiko menggeleng sembari tersenyum. "Aku masih ingin menikmati kota ini."

Himeka menganggukkan kepalanya lamat-lamat. "Ide bagus! Kalau begitu kutemani."

Sebelum ini, yang Keiko tahu tentang Jerman adalah sejarah dari sang legendaris Adolf Hitler. Sisanya hanya tentang runtuhnya tembok Berlin yang menandakan kebebasan antara Jerman barat dan timur. Mungkin suatu hari nanti tembok antar dirinya dan Kenzo juga akan runtuh, mungkin. Keiko tidak tahu kapan, yang jelas ia masih dalam proses berdamai dengan fakta kehidupan.

***

Onii-chan : sebutan untuk kakak laki-laki

Jadi, Key sama Keiko ini macem lagunya Zigaz gitu cuy! Karena cinta tersirat bukan tersurat, sahabat jadi cinta. Eaak.

Terima kasih yang udah baca apalagi pencet bintang :D

See ya!

Aradi151

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro