(END) Your Lullaby

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Just play the music box, the song is your lullaby that you never forget..
.

.

.

Seminggu tanpa terasa, percakapannya dengan Key yang menyisakan banyak kepanikan di keluarga Kim. Nathanael sendiri tidak menyalahkan Keiko yang membuat Key mengalami kesakitan akan mengingat masa lalu yang tenggelam karena amnesia parsialnya.

"Keiko, hati-hati ya di Jepang. Maaf meninggalkan memori buruk sebelum kau pergi," ucap Nael sembari memeluk Keiko.

"Aku baik-baik saja. Titip salam untuk Key, maaf sudah membuatnya kesakitan. Semoga dia lekas membaik secara fisik maupun psikis," tutur Keiko tulus.

Nael mengangguk, melepaskan pelukannya pada Keiko. Menghapus sedikit air mata yang tertahan di sudut matanya.

"Kau sudah tahu semuanya berbeda, maka sudah saatnya kau melangkah menuju kehidupan yang lebih baik." tutup Nael.

Keiko mengangguk paham, semuanya telah berubah. Semuanya telah berbeda, baik perasaan Key maupun Keiko. Panggilan untuk check in sebelum keberangkatan sudah berkumandang, dengan sisa tenaga Keiko tersenyum pamit pada Nael. Himeka memilih menghampiri ketika ia sudah akan beranjak.

"Jangan lupa bahagia Kei. Kau tahu, aku sangat beruntung mengenalmu. Ingat kami di dalam hatimu, sekalipun sekarang kita akan membuka lembaran baru."

Keiko mengangguk, air matanya tidak dapat dibendungnya. Tangisnya pecah dalam pelukan Himeka. Semua rasa yang berkumpul dalam hatinya menjadi satu. Bahagia dan sedihnya bercampur, ingin tertawa dalam tangisnya.

"Aku pamit. Terima kasih sudah melindungiku, terima kasih sudah menerimaku. Kau juga jangan lupa bahagia Himeka," ucap Keiko sembari mengusap bahu sahabatnya.

Keiko beranjak menuju gate check in, enggan menoleh. Cukup tujuh hari dirinya habiskan. Ia sudah menemui Cathrina berkat Himeka, meminta dengan tulus agar membantu Key menghadapi lukanya. Selama tujuh hari ia menghampiri Cathrina sembari melantunkan do'a-do'a indah. Berharap, sedikit meringankan langkah Cathrina menuju tempat-Nya.

***

Kim Emery Yaro harus kembali menikmati brankar rumah sakit setelah kejadian di rooftop cafe yang membuatnya kacau. Ia hanya diizinkan satu kali keluar dari rumah sakit untuk mengunjungi makan Cathrina. Setelah itu Key kembali melakukan perawatan medis, yang diharapkan oleh seluruh keluarga Kim dapat membuat Key kembali seutuhnya.

Himeka meletakkan sepucuk surat titipan Keiko di atas nakas setelah sebelumnya menaikkan converter sampai sebatas dada. Mengusap sayang wajah kakak sepupunya, Himeka pun berlalu bersama harapan yang ia pendam untuk dua orang itu.

Dua orang yang pernah sedekat nadi. Kemudian terpaksa jauh, karena takdir menciptakan samudra di antara kisah mereka yang harusnya sesempurna kanvas milik Tuhan. Sesempurna langit yang menaungi bumi.

Dear Kim Emery Yaro,

Ketika kamu membaca surat ini, bisa jadi aku sudah menempati rumah yang ku impikan bersama keluargaku. Atau bisa jadi aku sedang menatap bintang berharap mampu membawa segenap kumpulan rinduku yang tak tersampaikan.

Key, terima kasih atas semuanya. Aku sudah menemukan apa yang ku mau. Terima kasih sudah mengizinkanku mengungkapkan rasa yang berkembang ini tanpa bisa ku cegah.

Just play the music box, it's your lullaby that you never forget. Terdengar aneh, tapi kamu akan menemukan maksud dari untaian kalimat itu. Entah kapan, mungkin setelah kamu menemukan pelangi yang pernah sama-sama kita tunggu setelah hujan.

Suatu hari nanti jika air mata ini keluar tanpa alasan, mungkin kamu sedang mencariku.

Ingat aku di semua hari yang tlah berlalu, semakin banyak yang dihapus semakin jelas. Mungkin sakit, tetapi aku harus melepaskanmu.

Your lullaby,
Keiko.

***

"Apa lagi?" tanya Keiko usai mengangkat teleponnya.

Key terkekeh. "Marah?"

Terdengar helaan napas Keiko di ujung telepon. "Kita baru menyelesaikan percakapan via telepon lima menit yang lalu!"

"Keiko ... your voice is my lullaby. My favorite song in every single night. So please, don't be mad."

***

Setahun kemudian...

Keiko memilih duduk bersila di bawah pohon sakura yang tengah bermekaran. Sekembalinya ia ke Jepang, apa yang ia pikirkan tidak terwujud nyata. Keluarga baru dari pihak ibunya menerima Keiko dengan baik. Bahkan Keiko memiliki adik tiri perempuan yang sudah menginjak usia 12th. Sedang banyak ingin tahu sampai meniru gaya berpakaian Keiko.

Ia sering kali menemukan adiknya sedang mencoba jejeran stiletto dan wedges-nya. Anehnya ia tidak keberatan sama sekali, malah menawarkan Sachiko untuk mencoba sepatunya yang lain.

Meski ia telah masuk ke keluarga baru dari pihak ibunya, marga Minatozaki tetap melekat di hidupnya sampai ada yang mengubahnya nanti sesudah ia berdiri di depan altar. Keiko tidak ingin mengubah itu dan Okaa-san tidak keberatan sama sekali. Marga itu yang masih membuatnya dan Kenzo tetap menyatu. Dan tidak ada rasa benci yang benar-benar berakar untuk orang tuanya. Keiko menyadari itu.

"How about your day?" Laki-laki itu menyodorkan es krim dengan cone bentuk ikan kepadanya.

Keiko mengambil es krim itu, menggigitnya separuh. "Jauh lebih baik di setiap detiknya." Lalu tersenyum kecil melihat anak-anak yang tengah meniup gelembung sabun.

"Aku senang mendengarnya."

Ia menganggukkan kepalanya lantas bersandar di bahu laki-laki itu. "I love me, myself and I," katanya lagi.

Laki-laki itu terkekeh tanpa berniat menyingkirkan kepala Keiko. "Sounds like Keiko Minatozaki."

"Kapan terakhir kali kita duduk makan es krim seperti ini?" tanya Keiko kemudian kembali melahap es krim.

Kenzo menggumam cukup lama hanya untuk menjawab, "Kira-kira lima detik yang lalu."

Secara refleks Keiko mencubit perut laki-laki di sebelahnya tanpa ampun. "Masih menyebalkan, tidak pernah berubah sama sekali."

"Aku memang tidak pernah berubah. Hanya tinggi dan wajah yang makin tampan saja."

Keiko mendengus karena jawaban Kenzo yang menyebalkan, lantas kembali lagi melahap es krimnya. Dan begitulah hidup, kita tidak harus hidup selamanya dalam bayang-bayang masa lalu. Karena hidup ini pilihan, kita hanya perlu memilih berdiam diri membiarkan waktu berputar sia-sia atau menjalaninya dengan suka cita.

Bahagia itu bukan dicari tapi dirasakan, diciptakan. Bahagia itu tidak pernah ada jika kita tidak mencoba merasakannya dari hal-hal kecil di sekeliling kita. Itulah pilihan yang Keiko jalani saat ini.

Sebelah tangan Kenzo mengusap bahunya pelan. "Adik kecilku yang manja ... mungkin kau akan menikah lebih dulu, karena aku tidak punya pilihan selain melihatmu bersama orang yang tepat sebelum aku memilih perempuan yang akan menjadi teman hidupku."

Tawa kecilnya lolos begitu saja. "Aku tidak suka topik ini. Onii-chan bisa menjalani apapun yang kau mau."

Kenzo mendesah pelan. "Musim semi ini terlalu indah untuk dilewatkan sendirian."

"Terdengar seperti pria kesepian yang sangat menderita," celetuk Keiko.

Laki-laki itu melirik arlojinya lalu berdecak. "Yah, Tuan Putri. Waktuku untuk menemani anda sudah usai, saatnya aku kembali menjalankan perusahaan besar turun-temurun keluarga kita."

Begitulah kakak laki-lakinya, sering kali berlebihan dalam mengungkapkan sesuatu.

"Silakan pergi, upahmu akan dibayar lusa," kata Keiko yang mengangkat kepalanya dari bahu Kenzo.

"Terima kasih, Yang Mulia."

Kemudian mereka tertawa bersama. Sesederhana itu bahagianya memiliki Kenzo, yang masih selalu ada kapan saja ia harapkan. Bahkan menghabiskan waktu istirahat kantornya untuk Keiko. Seperginya Kenzo dan es krim yang tandas, ia pun merebahkan tubuhnya di atas rerumputan hijau.

Semenjak tinggal di Jepang ia hanya bekerja sebagai penyiar radio yang waktu siarannya tidak begitu panjang. Karena itu ia bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk dirinya sendiri. Seperti berkunjung ke taman, ke toko buku atau menjelajahi toko cemilan kuno.

Keiko menyukai awan-awan indah yang berarak di sana. Ya, kebiasaan itu masih melekat dalam jati dirinya. Lantas Keiko mulai menebak bentuk-bentuk awan yang ia lihat.

Could it be a possibility

I'm trying to see what's up

'Cause I'm made for you, and you for me

Maybe now is time for us

Trying to keep it all together, but enough is enough

They say we're too young for love, but I'm catching feelings

Keiko refleks menolehkan kepalanya, ketika ia mendengar salah satu lagu favorite-nya di masa Sekolah Menengah Pertama terputar dengan jelas. Sangat jelas, karena ponsel yang memutar lagu itu terletak di samping telinganya.

Sepasang mata hitam legam itu bersiborok dengan miliknya. "Hai," sapanya.

Keiko mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba untuk menyadarkan diri dari lamunannya.

"Apa kabar?"

Dipejamkannya mata erat-erat lalu menarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya perlahan.

Laki-laki itu terkekeh. "Aku bukan hantu, Keiko-chan."

"Kau ... Bagaimana bisa?"

Kim Emery Yaro melebarkan cengirannya. "I remember you."

Keiko terdiam, bahkan ia menahan napasnya sekian detik karena tiga kata itu. Sulit dipercaya bahwa sosok Kim Emery Yaro berbaring di sampingnya. Rasanya seperti terlempar ke masa lalu, di mana mereka kerap menghabiskan waktu berbaring di atas rerumputan untuk saling menebak bentuk awan. Bibirnya terkunci rapat-rapat sementara degup jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

Key yang ada di sampingnya bukan lamunan semata. Karena barusan laki-laki itu menyentil pelan dahinya. "Could it be a possibility, I'm trying to see what's up. Cause I'm made for you, and you for me. Maybe now is time for us.." Key menyanyikan kembali potongan lirik dari catching feelings. "Bahkan aku ingat lagu kesukaanmu saat umur 15th."

"Aku--" Kalimat Keiko menggantung di udara. Tidak ada satu pun kata yang terlintas di otaknya detik ini.

Sebelah tangan Key menyeka bulir yang mengalir di batang hidungnya tanpa ia sadari. "Itsumo anata no mikata desu," lanjutnya diiringi senyum yang tidak pernah berubah sejak dulu.


F i n

***

* Itsumo anata no mikata desu: I will always by your side

Finally, kami selesai membuat cerita ini. Menurut kalian, bagaimana ending cerita ini?

Terima kasih kepada para readers yang sudah mau berbaik hati memberikan bintang dan komennya kepada kami :)

Masih ada satu part special dari kami sebenarnya, jadi jangan dihapus dulu dari lib ya. Part tersebut di-up setelah view mencapai 500 dan vote mencapai 100 hehe :)

Best regards,
Bianne205 & Aradi151

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro