(2) Tugas MateMATIka - Akabane Karma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari KatsukiMinami

Fandom: Ansatsu Kyoushitsu

Karma x Yandere!Reader

Happy Reading!   

- Reader's pov -

Disinilah aku sekarang, duduk di kursiku sambil melihat Karma dikerumuni oleh siswi-siswi.

'Jauhi pacarku, dasar kalian perempuan jalang...' pikirku melihat mereka dengan 'akrabnya' memegang pundak, tangan ataupun lengan Karma.

Jika tatapan dapat membunuh, maka sekarang mereka semua sudah tercabik-cabik dan terkapar di lantai.

"Hee~? Karma-sama sudah punya pacar?? Bohong ah!" kaget salah satu dari mereka.

'Karma-sama?? Haha, jangan membuatku tertawa dan muntah disaat bersamaan."

"Siapa namanya?" tanya mereka.

"Rahasia~" jawab Karma meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya.

"Eeeh~!?"

Disaat mereka semua sedang sibuk pada teman mereka, aku melihat Karma melirik padaku lalu mengedipkan sebelah matanya.

(Deg!)

Dengan cepat aku menoleh ke arah lain, menyembunyikan sedikit pipi merahku dengan meletakkan sebelah tanganku di pipiku.

'Lama-lama wajahku bisa meledak...' pikirku berdiri lalu berjalan keluar kelas, untuk membeli minuman dingin.

Dan aku bisa menebak bahwa Karma sedang tersenyum khas miliknya, tau pasti apa yang akan kulakukan dan kupikirkan setelah dia melakukan itu padaku.

***

Setelah membeli minuman kesukaanku--yang dingin untuk menurunkan suhu pipiku--di mesin penjual, aku berjalan menuju atap sekolah tapi berhenti di depan toilet perempuan saat mendengar suara samar-samar.

"Serius, Yui-sama!? Kau mengajak Karma-sama ke apartemenmu!?"

"Tentu saja."

"Bagaimana Yui-sama akan membuat Karma-sama setuju?"

"Tentu saja dia akan setuju jika aku mengajaknya untuk mengerjakan tugas kelompok bersama--atau berdua."

"Oh, benar juga. Kau dan Karma-sama itu satu kelompok di pelajaran Matematika, kan?"

"Enaknya~"

"Aku yakin Karma-sama berkata bahwa dia memiliki pacar agar kita tidak mendekatinya. Jika dia punya pun, pacarnya bodoh tidak bisa menjaga Karma-sama dengan baik karena malam ini aku akan merebutnya karena orang tuaku sedang tidak berada di apartemen~"

"Sasuga, Yui-sama."

Aku yang tadi bersandar di dinding sebelah toilet perempuan itu lalu berjalan melanjutkan perjalanan menuju atap sekolah.

'Pacarnya bodoh, eh?'

Sesampainya di atap, aku melihat Karma sudah menunggu disana, duduk dengan bersandar pada pagar atap.

"(Name)-chan~ kemana saja kau? Aku menunggumu lho~" ucapnya langsung memelukku begitu aku berada di dekatnya, setelah menutup pintu atap sekolah pastinya.

"Aku membeli ini." jawabku menunjukkan minuman kesukaanku di hadapannya, lalu meminumnya.

Begitu aku hendak meminumnya, tiba-tiba Karma sudah mengambil minumanku.

"Karma-kun! A-apa yang kau lakukan!?" panikku mencoba mengambil minumanku dari Karma tapi sayang tinggi tubuhku tidak mendukungm, seperti biasa.

"Na'ah~ kau hanya perlu ini." lalu Karma menyuapkan sebuah permen lolipop ke mulutku.

Aku hanya memandang Karma yang meminum minumanku sambil memakan permen yang dia berikan padaku.

"Jangan cemburu saat melihat mereka semua mengelilingiku, ya~" ucap Karma memberikan senyum khas miliknya padaku, "Karena aku milik (Name)-chan dan begitu juga sebaliknya."

Pipiku sedikit merona saat mendengar ucapan Karma.

"D'awww~ kau imut sekali saat malu-malu, (Name)-chan~" ucap Karma meletakkan minuman di sebelahnya lalu menarik kedua pipiku dengan gemas.

Ya, aku adalah pacar Akabane Karma, seorang siswa yang sangat terkenal dan mempunyai banyak fans. Kami berdua sudah berpacaran selama 3 bulan, semenjak memasuki semester 2 kelas 1. Tidak ada yang tau bahwa kami berpacaran.

"Fans-ku itu tidak terduga, (Name)-chan~ aku juga tidak mau digilis oleh para fanboys-mu."

Itulah alasan Karma saat aku bertanya alasan merahasiakan hubungan kami. Dan benar, aku juga punya fans. Tidak tau alasannya, katanya sih karena aku cantik dan tidak seperti kebanyakan perempuan yang ada di sekolahku yang... ungh.

'Tapi tindakan pacar juga tidak terduga, Karma...'

Tidak seperti fans Karma, fans-ku lebih pengertian saat aku mengatakan bahwa aku sudah punya pacar walaupun mereka sempat bertanya siapa orangnya--yang kujawab rahasia demi kenyamanan kami. Mereka jadi sedikit menjauhiku. Aku ulangi 'sedikit' menjauhi, mereka jadi tidak meminta nomor handphone-ku takut jika pacarku marah tapi tetap dekat denganku walaupun tak sedekat dulu. Haah, seandainya fans Karma juga begitu.

Kenapa atap sekolah? Sebenarnya murid-murid dilarang menaiki atap dengan alasan keamanan walaupun sudah dipasang pagar. Pintu masuk dikunci dan hanya dimiliki oleh pihak sekolah. Tapi jangan remehkan Karma, dia langsung bisa membuka gembok pintu atap dengan jepit rambutku tepat 3 jam setelah kami berpacaran. Sebagai tempat pacaran di sekolah, katanya.

Dan permen lolipop? Ini adalah salah satu tindakan Karma untuk menenangkan rasa cemburuku saat melihat dirinya dikerumuni para fans. Aku juga melakukan itu pada Karma--jika hal yang sama terjadi padaku--tapi aku membelikannya susu kotak rasa strawberry.

"Oh, aku harus pergi sekarang." ucap Karma berdiri.

"Eh?"

"Ya, Shinmatani-san memintaku untuk menemuinya beberapa menit sebelum masuk kelas karena ada beberapa hal yang ingin dia bahas mengenai tugas matematika kami, kau juga harus mengerjakan tugasmu, (Name)." perintahnya lalu mencium singkat bibirku.

(Deg!)

Pipiku kembali merona dan Karma hanya tersenyum lalu berjalan turun dari atap sambil melambaikan tangannya.

(Krieeet...) (Blam!)

Aku menegerutkan alis lalu melihat minuman kesukaanku di sebelahku. Aku mengambil minuman itu lalu menyentuhkan bibirku pada bagian yang Karma minum sebelumnya.

'Karma itu milikku... dia yang mengatakannya sendiri...'

'...dan gara-gara perempuan sialan itu kami jadi tidak bisa berduaan lebih lama dari biasanya...'

Tanpa kusadari aku sudah meremas minuman itu dan aku menyadari sesuatu...

"BAKArma!! Kau menghabiskan minumanku!!"

- Karma's pov -

"Jadi, bagaimana Karma-sama~?" tanya Shinmatani padaku.

Ingin rasanya aku memutar bola mataku atau palm face saat mendengar nada bicaranya. Dari semua fans yang mengejarku, hanya Shinmatani yang tidak berubah saat mendengar kalau aku sudah punya pacar, sedangkan yang lain tampak sedikit ragu saat hendak mendekatiku.

"Baiklah." ucapku datar, tidak senang karena waktu berduaanku dengan (Name) terganggu hanya karena tugas kelompok.

Aku bisa menyelesaikannya sendiri, tapi Shinmatani tidak mau dan bersikeras untuk mengerjakannya bersama-sama--

--Pulang sekolah.

--Di apartemennya.

--Sampai selesai, yang kuyakin memakan waktu sampai malam hari.

Awalnya aku menolak, mengatakan bahwa tugasnya dikumpulkan minggu depan yang bearti masih bisa dikerjakan lain waktu. Tapi karena dia memaksa, aku akhirnya setuju.

'Maaf, (Name)...' pikirku melirik (Name) yang baru masuk dan dia langsung memberikan tatapan dingin khasnya padaku.

Aku tersenyum seperti biasa, tau kenapa dia marah padaku.

"Yaay~ syukurlah kalau kau mau!!" ucap Shinmatani senang, tidak menyadari nada bicaraku, "Kalau begitu kita pergi ke apartemenku bersama-sama sepulang sekolah~"

- (Name)'s pov -

Ternyata aku sekelompok dengan salah satu fans-ku dan dia ngotot untuk mengerjakan semuanya sendiri.

"Demi (Name)-sama, aku akan mengerjakannya sendiri dan (Name)-sama akan mendapat nilai sempurna. Aku merasa tidak enak jika kita mengerjakannya berduaan, takut pacar (Name)-sama marah pada (Name)-sama karena cemburu."

Aaah, seandainya semua fans seperti itu. Dan lagi yang sekelompok denganku adalah murid kesayangan guru Matematika kami, jadi aku merasa tenang.

Sekarang sudah pulang sekolah, dan aku sedang berada di atap sekolah. Ya, aku dan Karma berpacaran di sekolah saat istirahat makan siang dan sepulang sekolah--atau saat kami bolos bersama-sama.

(Krieeet...)

Aku memutar badanku dan melihat Karma sedang berjalan ke arahku dengan ekspresi tidak senang. Huh? Ada apa?

"Karma? Ada apa--Uuft!" tiba-tiba aku langsung dipeluk olehnya.

Lalu Karma mencium kedua pipiku dan akhirnya mencium bibirku sedikit lebih lama dari biasanya. Tentu saja itu membuat wajahku merona.

"Maaf, (Name)..."

"...huh?"

"Aku harus pulang bersama Shinmatani-san setelah ini karena kami mengerjakan tugasnya sepulang sekolah sampai selesai." jelas Karma, "Maaf."

Ah...

Perempuan sialan itu...

"Tidak apa-apa kok!" ucapku, "Pergilah sebelum Shinmatani-san curiga dan mulai mencarimu."

"Baiklah," ucap Karma mengangguk, "Maaf." sambungnya lalu mencium keningku dengan singkat lalu pergi.

(Krieeet...) (Blam!)

'Lagi-lagi waktu kami terpotong karena perempuan sialan itu...'

Lalu dari atap aku melihat Karma pulang bersama perempuan itu, dan perempuan itu dengan 'akrabnya' memeluk lengan Karma. Aku menggeretakkan gigiku dengan kesal, tapi setelahnya aku tersenyum lebar.

'Sepertinya malam ini aku akan mengunjungi jalang sialan itu...'

- Karma's pov -

"Selamat datang di apartemenku, Karma-sama~" ucap Shinmatani membuka pintu dan mempersilahkanku masuk.

Mewah, rapi, bersih, dan sepi. Aku curiga.

"Apa kau tinggal sendiri?" tanyaku

"Ehm, aku tinggal bersama orang tuaku tapi mereka sedang dinas di luar kota."

"Begitu ya?"

"Mau kubuatkan apa, Karma-sama? Sebagai cemilan untuk nanti?"

"Apapun tak masalah bagiku." gumamku melepas sepatuku dan berjalan menuju ruang tamu.

'Aku penasaran sedang apa (Name) sekarang...' pikirku, 'Yang jelas bukan sedang kerja kelompok.'

Ya, aku dapat mendengar pembicaraan mereka dengan jelas dan teman kelompok (Name)--yang merupakan salah satu fans berat (Name)--ingin mengerjakan tugas itu sendiri karena takut pacar (Name) akan marah pada (Name) karena cemburu saat tau mereka akan mengerjakan tugas mereka berduaan.

'Fans yang pengertian.'

"Ini dia cemilannya, Karma-sama~"

'Tidak seperti yang satu ini...'

***

"Kalau begitu aku pulang dulu, Shinmatani-san." ucapku mengambil blazer dan tas milikku.

"E-eh? Menginaplah disini, sudah larut malam lho!"

Jam menunjukkan pukul 21.09 malam. Ya, sudah malam tapi belum cukup larut untuk membuatku menginap di apartemen ini.

"Tidak apa-apa. Aku juga ada urusan setelah ini."

"Eh? Lakukan besok saja~"

"Ini urusan penting." ungkapku mulai kesal dengan sikapnya.

"E-eh, baiklah kalau begitu." sepertinya dia sadar bahwa aku sedang kesal (karenanya).

'Bagus...'

"Aku permisi, Shinmatani-san." ucapku langsung keluar dan pulang.

Aku tidak tahan bersamanya lebih lama lagi, dia jauh lebih berani saat kami hanya berdua. Dia bahkan tidak mengerjakan tugasnya sama sekali, hanya berbicara sok manis padaku dan bermanja padaku seolah aku adalah pacarnya.

Aku juga tidak tahan berada di apartemen itu karena sepertinya gerak-gerik kami berdua sedang diperhatikan oleh... seseorang.

'Sekarang aku harus cepat membelikan banyak lolipop untuk (Name) besok.' pikirku mendengar tetes hujan mengenai dinding apartemen.

(Drip... Drip... Drip...)

Dan aku tidak menyadari sosok yang sedang berdiri di ujung lorong apartemen.

- Reader's pov -

(Sssssrs...)

Jam dinding menunjukkan pukul 23.49 malam.

Suara hujan yang sangat deras membuat suasana tenang bagiku, sekarang aku sedang berada di depan meja tempat Karma dan Shinmatani belajar tadi. Aku menatap meja itu dengan tatapan kosong. Sampai aku mendengar suara langkah kaki...

(Drap, drap, drap.)

"Hoam... kenapa harus haus di tengah malam...?" kudengar perempuan itu bergumam untuk dirinya sendiri.

Aku memutar tubuhku lalu pergi menuju dapur, melihat sosok perempuan itu sedang meminum segelas air di kulkas. Dengan cepat aku memukul bagian belakang leher Shinmatani, membuatnya jatuh pingsan dan aku hanya tersenyum lebar melihat keadaannya.

"Sekarang, ayo mulai hukumannya~"

***

Perlahan perempuan itu membuka matanya, dan dia nampak terkejut karena dia sudah duduk di kursi dengan keadaan kaki dan tangan yang diikat.

"Halo, Yui-san." sapaku.

Aku memakai topeng putih polos, hanya bagian mata yang dilubangi dan bagian di bawah mata sebelah kanan terdapat lukisan air mata tapi berwarna merah, bukan biru. Aku juga memakai sarung tangan--tapi yang berfungsi untuk operasi.

"Si-siapa kau!?" tanyanya gemetaran.

Aku sedang memegang memegang sebuah perekat jadi aku memasangnya ke mulut perempuan itu. Aku juga menambahkan kain, jaga-jaga jika dia cukup pintar untuk menjilat perekat itu agar terlepas.

"Ssst... jika kau penasaran, aku adalah 'pacar' Karma." jawabku singkat lalu berjalan mendekati meja makan yang berada di depan perempuan itu.

Di meja itu terdapat banyak barang, ada pisau dapur, blender, mixer, mangkok, pembersih rumah seperti: deterjen, pembersih piring, lantai dsb. Di meja itu juga ada alat lain yang tidak akan kusebutkan~ :)

"Kudengar..." aku mengambil pisau dapur apartemen perempuan itu, "Kau tetap mendekati pacarku walaupun Karma sudah bilang kalau dia sudah punya pacar, hm?" tanyaku, "Padahal Karma berkata begitu agar nyawa kalian semua selamat, lho~"

Aku dapat melihat perempuan itu gemetaran karena melihatku memegang pisau dapur. Aku berjalan ke belakangnya lalu berbisik.

"Kudengar kau menggunakan pisau ini untuk memasakkan makan malam untuk Karma, hm?"

Slash!

"Ups?" ucapku memotong kedua tangannya, dan dia tidak bisa berteriak karena mulutnya yang kuberi perekat dan kain.

Aku mengambil kedua tangannya lalu membawanya ke meja makan, sambil melirik ke perempuan yang sudah menangis dan membasahi kain.

"Tck," aku mendecak kesal tapi berubah menjadi senyum--walaupun tidak terlihat--lebar, "Pertama, mari kita buat jus." ucapku lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam blender, "Tapi, karena kau sudah berani menyentuh pacarku dengan tangan kotormu itu, maka aku akan menambahkan 'sedikit' bumbu." lalu aku memasukkan deterjen dalam jumlah yang lumayan banyak.

(Tek!) (Ngiiiing!!)

Blender menyala, menghancurkan apa yang ada didalamnya dan mulai muncul busa berwarna merah darah di dalam blender lalu mulai membuncah hingga keluar blender.

Aku kembali mendekati perempuan sialan itu, mengangkat dagunya dengan tangan kiriku--dengan tangan kanan memegang pisau dapur.

"Mata yang indah," pujiku melihat mata yang begitu ketakutan menatapku, "Ups, jangan salah sangka. Aku hanya menyukai warna matamu. Tapi sayang kau gunakan mata itu untuk melihat Karma."

Pluk!

Bola mata kanan jatuh lalu sedikit menggelinding, meninggalkan jejak darah.

Pluk!

Bola mata kiri menyusul kemudian, dan menggelinding sama seperti kembarannya: si kanan. Lalu aku meletakkan tangan kiriku di depan jantungnya yang berdetak sangat cepat.

"Oh, cepat sekali detak jantungmu?" ungkapku menarik tanganku darinya, "Tapi sayang jantungmu berdetak cepat saat ada Karma--sama sepertiku~"

Jlep!

Pisau dapur menancap tepat di jantungnya, membuat si pemilik jantung tewas seketika. Tapi itu membuatku tidak berhenti~

"Aku tidak mungkin meminta Karma untuk memuntahkan makanan buatanmu, kasihan kan? Jadi, aku berbaik hati akan membersihkan isi perutmu~"

Sreet...

Lalu aku menggeser pisau itu hingga bagian perut, mengeluarkan semua organ dalam yang dilintasi oleh pisau dapur itu.

"Huft..."

Aku berjalan menuju meja makan--yang sekarang sudah dipenuhi oleh busa berwarna merah--lalu mengambil segala macam cairan pembersih--tak lupa mematikan blender karena suaranya yang sangat menganggu. Aku mendekati sosok yang sudah tidak bernyawa itu, lalu memasukkan hampir semua isi cairan pembersih itu ke dalam perutnya.

"Selesai~" ucapku tersenyum lalu mengangkat dagunya lagi, "Sekarang akan kubersihkan mulutmu karena sudah menyebutkan nama Karma~" dan aku memasukkan sisanya ke dalam mulutnya.

Aku mengambil 2 bola matanya lalu memasukkannya ke dalam mangkok, tidak lupa menambahkan bumbu lain seperti tepung, garam, gula dan tentu saja jus yang baru jadi~

"Menu terakhir~" ucapku selesai mengaduknya menggunkan pisau dapur yang kupegang, "Tinggal dimasukkan ke dalam oven~" lalu aku memasukkannya ke dalam oven, memasang suhu tertinggi dan dengan waktu 20 menit.

Aku membuka semua pakaian serba hitamku, yang dibaliknya sudah ada pakaian serba putih. Aku lalu keluar dari apartemennya dan menutup pintunya.

"Sekarang tinggal cari sumber power seluruh apartemen ini~" ucapku tersenyum kecil lalu menuju lift dan tak lupa memberikan senyum dan kalimat terakhir pada apartemen itu, "Oyasumi, Shimnatani-san."

- Karma's pov -

Berita pagi! Gedung apartemen Petal Rose mengalami kebakaran hebat tadi pukul 00.12 pagi, walaupun saat itu sedang hujan deras tapi tidak membuat api melahap apartemen berlantai 20 ini padam. Pihak polisi mengatakan bahwa penyebab kebakaran apartemen mewah ini adalah hubungan pendek arus listrik. Tidak ada korban selamat dan korban yang hilang masih dalam pencarian. Jumlah korban meninggal yang sudah ditemukan saat ini adalah 21 orang. Kabaar selanjutnya akan kami sampaikan siang nanti.

Aku yang sedang menonton tv pagi ini hanya bisa mengerutkan alis.

"Petal Rose? Bukannya itu apartemennya Shinmatani-san?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro