(3) Duo Tsundere - England [Arthur Kirkland]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari Arin_chan

Fandom: Hetalia

Arthur x Tsundere!Reader

Happy Reading!

- (Name)'s pov -

"Ini semua salahmu!"

"Apa kau tidak tau caranya bercermin? Ini semua salahmu!"

"Dasar keras kepala!"

"Dasar alis tebal!!"

Pertengkaran yang sama terjadi lagi soren ini, sekarang aku--Wakil Ketua OSIS--sedang bertengkar dengan Arthur Kirkland--Ketua OSIS--di ruang OSIS.

"Sudah kubilang sebelumnya, kan?" ujarku kesal, "Dan sekarang kita berdua kena imbasnya. Minta maaf padaku, sekarang."

"Ada apa ini, oui...?"

"Francis, diam!" bentakku dan Arthur secara bersamaan dan kami langsung menatap tajam satu sama lain.

"Ada apa ini, Alfred?" tanya laki-laki blasteran Prancis-Jepang yang bernama Francis Bonnefoy itu pada laki-laki blasteran Amerika-Jepang bernama Alfred F. Jones yang dari tadi hanya diam sambil makan popcorn melihat kami berdua bertengkar.

"Mereka bertengkar karena hal sepele... lagi." komentar Alfred memakan popcorn-nya itu.

"Ini bukan hal sepele, Alfred!" kesal kami (lagi-lagi) secara bersamaan.

"Oh, masalah apa kali ini?" tanya Francis duduk di sebelah Alfred.

"Mereka berdua terlambat datang ke sekolah pagi tadi." jawab Alfred datar.

"Wha--Baru kali ini Ketua dan Wakil OSIS terlambat. Bersamaan lagi." komentar Francis.

"Ini semua gara-gara Arthur/(Name)!" ucap kami serempak lagi.

"Karena apa, kalau aku boleh bertanya?" tanya Francis.

"Tadi pagi aku bertemu dengan Arthur saat sedang berjalan ke sekolah." jawabku memulai.

"Ja-jadi, mau tidak mau kami pergi bersama-sama." sambung Arthur ragu-ragu.

Kedua laki-laki itu mengangkat sebelah alis mereka.

"Bu-bukan bearti aku mau pergi bersamanya, ya!!" ucap kami lagi.

"Oui, lanjutkan~" pinta Francis.

"La-lalu di tengah jalan, aku melihat seekor kucing kecil berada di pohon besar. Dia terlihat ketakutan dan hanya diam disana." gumamku.

"Aku melihat (Name) berhenti jadi aku juga ikut berhenti." sambung Arthur.

"Karena kasihan, aku meminta Arthur untuk memanjat lalu menyelamatkan kucing itu."

"Tentu saja aku tidak mau."

Aku langsung menatap tajam Arthur, "Tidakkah kau kasihan dengan kucing itu!?"

"Kalau kasihan, tolong sendiri!" sambar Arthur.

"Aku ini perempuan, gentleman mana yang membiarkan seorang perempuan memanjat!?"

"Yang normal, jika perempuan tomboi sepertimu itu dianggap perempuan."

Perempatan mengisi seluruh kepalaku.

"DASAR BLASTERAN INGGRIS BERALIS TEBAL!!"

"Dasar perempuan berkekuatan banteng!"

"Sepertinya aku tau kelanjutannya." gumam Francis.

"Ya, mereka berdebat sampai bel masuk dan mereka terlambat." jelas Alfred.

"Aku tidak akan terlambat jika (Name) tidak memintaku menaiki pohon."

"Hei, aku tidak akan membahasnya lagi JIKA kau mau menaiki pohon itu!"

"DIE...!!" teriak kami berdua lalu mengalihkan pandangan sambil berkata, "Hmph!"

"Bersamaan lagi, apa kalian yakin kalian tidak ada hubungan apa-apa?" tanya Alfred mengangkat sebelah alisnya.

"SIAPA YANG MAU PACARAN DENGAN DIA!?" bentak kami serempak--aku sudah tidak peduli mengenai itu.

"Siapa yang mengatakan kalau kalian pacaran? Alfred hanya bertanya kalau kalian punya hubungan lain atau tidak? Bukan kalian pacaran atau tidak." jelas Francis menggelengkan kepalanya.

Pipiku spontan menjadi sangat merah, seperti kepiting rebus siap makan //lho?

"BAKA!!" kesalku berlari keluar ruang OSIS.

'Kenapa aku harus jadi Wakil Ketua OSIS dengan Arthur sebagai Ketua, Francis sebagai Bendahara dan Alfred sebagai Sekretaris??'

Lalu aku menggeleng pelan.

'Ralat pertanyaanku, kenapa aku harus masuk SMA Internasional dengan jumlah laki-laki 3 kali lebih banyak dari perempuan dan hanya 1% murid--eh, hanya 2 murid--disini asli Jepang!?'

Hetalia Gakuen, itulah nama sekolah internasional yang berdiri di Jepang. Isinya 85% adalah blasteran antara negara asing dengan Jepang, 14% asli dari negara lain dan 1% asli Jepang. Waw. Jujur, semua siswanya bisa dikatakan tampan (kalian bahkan bisa tanya mbah gugel :v) tapi percayalah, mereka semua terlalu aneh untuk dikatakan sebagai 'siswa tampan bak pangeran dari negri dongeng'

"Salahkan tou-san dan kaa-san yang menyuruhku masuk sekolah elit tapi aneh ini." gumamku menelusuri lorong sekolah yang mewah ini.

Berberapa murid yang berada di lorong hanya menyapaku sesopan mungkin dan itu membuatku menghela napas panjang.

'Aku baru ingat di sekolah ini jabatan adalah salah satu faktor yang terpenting.' pikirku sambil mengangguk--membalas sapaan mereka.

Itulah kenapa aku bisa menjadi Wakil Ketua OSIS. Tou-san dan Kaa-san adalah pemilik tanah dimana Hetalia Gakuen ini berdiri.

Kuulangi, pemilik tanah ini.

Orang tua Arthur adalah pemilik gedung Hetalia Gakuen.

Orang tua Francis adalah donatur interior dan eksterior Hetalia Gakuen.

Dan orang tua Alfred adalah donatur fasilitas Hetalia Gakuen.

Dan itulah alasannya kenapa kami berempat bisa menjadi pengurus utama OSIS.

"(Surname)-san." suara ini!

"Kikuuuuu!" aku langsung mendekati laki-laki Kuudere itu.

"(Surname)-san, personal space..." pinta laki-laki murni Jepang tersebut.

Anehnya, hanya ada 2 orang asli Jepang di Hetalia Gakuen. Siapa mereka? Pertama, Kiku Honda--orang yang berada di depanku. Kedua, aku sendiri--(Name) (Surname). Sisanya? Para blasteran dan murni dari negri asing.

"Kiku--"

"Maaf, (Surname)-san. Tapi aku harus segera ke ruang OSIS untuk memberikan semua dokumen ini pada Arthur-san." ucap Kiku singkat lalu berjalan melewatiku.

Aku hanya palm face, lalu berjalan menuju kelasku--untuk mengambil tas dan pulang--karena sekarang sudah sore yang bearti saatnya pulang.

Dalam perjalanan pulang aku berhenti di depan pintu masuk taman dimana kucing kecil yang kudebatkan dengan Arthur berada. Aku berhenti karena aku melihat pemandangan yang benar-benar diluar dugaanku.

Deg!

'Arthur?' pikirku melihat laki-laki berambut pirang itu dengan tatapan tak percaya.

Dia sedang menyelamatkan kucing kecil itu! Setelah memanjat dan memeluk kucing putih nan mungil itu, dia melompat ke bawah lalu memeriksa keadaan kucing itu.

Deg!

'Oh, my god. Student council is so cute and gentleman!!' aku langsung bersembunyi di balik semak-semak.

"Are you okay,little kitten?" tanya Arthur mengelus kepala kucing itu.

Deg!

"Mew."

'OH. MY. GOD. His british accent!!' pikirku menahan diri agar tidak melompat dan memeluk Arthur lalu mengatakan padanya berkali-kali kalau aku mencintainya.

...

...

...

...

...

"APA YANG BARUSAN KUPIKIRKAN!?" ucapku berdiri dan itu menarik perhatian Arthur dan kucing itu.

"K-k-kau!? Sejak kapan kau berada disana!?"

"AKU TIDAK MENYUKAI APAPUN DARIMU, YA! AKU SAMA SEKALI TIDAK MENYUKAI AKSEN BRITIS-MU ATAUPUN SOSOK BAIKMU!!" teriakku lalu berlari pulang ke rumah.

"Hei! Tunggu!" ucap Arthur hendak berdiri--

Bruk!

Dan aku terjatuh karena tersandung oleh kakiku sendiri.

'Kenapa aku harus jatuh sekarang!? Bagaimana aku berhadapan dengan Arthur sekarang!?'

"Hei."

Deg!

Aku mengangkat kepalaku dan kedua mata (e/c)ku bertemu dengan sepasang emerland yang indah.

Deg!

"A-apa!?" sambarku kesal.

Tangannya berada di depanku.
"Eh?"

"Ma-mau ditolong tidak? Se-sebagai gentleman aku harus menolong seorang perempuan, kan? Bu-bukan bearti a-aku ingin menolongmu, aku hanya berbaik hati."

'Aku tidak mengerti.' pikirku.

"Ba-baiklah." ucapku memegang tangan Arthur.

Deg!

Lalu aku dibantunya berdiri, dan aku mendengarnya tersentak kaget.

"(Name), kakimu--maksudku, lututmu!" ucap Arthur.

Deg!

Aku melihat lututku yang sedikit merah dan memar.

"Ah, tidak apa-apa." ucapku tertawa canggung lalu melihat ekspresi khawatir Arthur.

Deg!

"Ka-kalau begitu aku pulang dulu ya!" ungkapku dan aku merasa bahwa pipiku menjadi panas.

"Eh? Apa kau bisa berjalan dengan kaki begitu?"

'Ke-kenapa dia tiba-tiba jadi baik begini??' pikirku panik.

"Bi-bisa!" ucapku menatap Arthur, "Terima kasih, sudah menolongku."

Dan dengan begitu aku berjalan cepat menuju rumahku.

--Tidak menyadari wajah merah Arthur.

Deg! Deg! Deg!

'Ketua keras kepala itu!? Tidak mungkin aku menyukainya! Tidak mungkin!!' pikirku.

--Aku benar-benar tidak menyukainya.

--Tidak pernah menyukainya!

--Bukan begitu?

***

"Huft, untung hari ini libur. Karena aku tidak tau apa yang akan terjadi jika aku bertemu dengan Arthur setelah kejadian itu." gumamku berjalan menuju rumah Kiku.

Semenjak kejadian itu, jantungku menjadi aneh saat aku memikirkan Arthur--

"AKU TIDAK MEMIKIRKAN ARTHUR SEMALAMAN, OK!!" kesalku menggelengkan kepalaku berkali-kali lalu melanjutkan perjalananku menuju rumah Kiku.

Aku sudah bertanya pada Francis--dengan menelponnya tadi--dan jawabannya membuatku merinding.

'Honhonhon~ Kau jatuh cinta pada si Kirkland, oui~'

Sesampainya disana, aku langsung disambut para pelayan keluarga Honda. Keluarga Kiku itu sama berpengaruhnya seperti keluarga para pengurus OSIS, hanya saja Kiku tidak ingin berhadapan dengan murid bule jadi dia memintaku.

--Dan aku tidak menyesalinya karena aku dapat bertemu Arthur...

"LAGI-LAGI DIA!? AKU TIDAK MEMIKIRKAN DIA!!" kesalku ingin melakukan flip the tabel tapi karena aku berada di rumah Kiku, bukan di rumahku.

Ya, aku akan melakukan flip the table jika aku berada di rumahku.

"DAN AKU MENYESAL SUDAH MASUK MENJADI WAKIL KETUA OSIS!" kesalku.

"(Surname)-san? Apa yang kau lakukan disini? Aku sedang berbicara dengan--"

"Kiku!!" aku langsung memeluk Kiku--aku tidak peduli dengan personal space Kiku sekarang--yang baru membuka pintu rumahnya yang tradisional ini.

"A-ada apa?" tanyanya setelah aku melepas pelukanku darinya.

"Francis--si blasteran Prancis hentai itu--bilang aku jatuh cinta pada Arthur!"

"Eh?"

Deg!

Aku langsung menoleh ke sumber suara--sambil menjauh dari Kiku--dan melihat Arthur dengan ekspresi syok-nya.

"A-a-a-a-apa..." ucapnya gelagapan.

(Sreet!)

Aku dan Arthur menoleh ke arah pintu dan melihat Kiku sudah tidak ada dan pintunya tertutup.

"Ungkapkan saja perasaan kalian." ucap Kiku dari luar.

"Eeeh!?" ucapku hendak membuka pintu dengan paksa tapi--

--Ada yang memelukku.

--Dan dia adalah Arthur.

Deg!

"Ba-baka! A-apa yang kau lakukan!?" pikirku mencoba melepaskan diri dari pelukan mematikannya.

"I love you, (Name) (Surname). Will you be my girlfriend?"

Tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk.

--Eh?

--Ah, biarlah.

--Itu pasti insting.

"I will be your girlfriend if you become my boyfriend, ok?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro