(4) Tersenyumlah - Mafumafu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari harurururu

Fandom: Utaite

Depressed!Mafumafu x Reader

Happy Reading!

- Mafumafu's pov -

(Drip, drip, drip...)

Aku memandang ujung atap rumahku yang mengalirkan tetes hujan ke tanah.

Apa terlambat untuk meminta maaf pada (Name) sekarang?

"Mafu." panggil seseorang yang sangat familiar, "Ayo kunjungi (Name) sekarang."

"Apa aku pantas menemuinya? Setelah semua perlakuanku padanya selama ini?"

"Kita tidak akan tau jika tidak mencoba. Ayo." ajak Soraru menepuk pundakku.

"Ayolah, Mafu-kun." pinta Amatsuki memasuki ruangan.

"Sudah 3 bulan kau tidak mengunjungi (Name). Atau bisa dibilang hanya kau yang belum menemuinya." sahut Kashitarou Itou juga memasuki ruangan.

Aku menggeleng, "Aku tidak pantas menemuinya."

"Kalau begitu, setidaknya makanlah sesuatu." ucap Soraru.

"Seharian ini kau belum makan lho!" sahut Amatsuki khawatir.

"Kami tidak mau memaksamu makan seperti kemarin lagi, Mafu." sahut Kashitarou.

"Apa reaksi (Name) jika tau kau sudah depresi selama 3 bulan, Mafu?" tanya Soraru.

"Mengetahui dia peduli padaku--setelah semua yang kulakukan padanya--saja sudah membuatku sangat senang. Tapi aku yakin (Name) tidak peduli padaku--"

"(NAME) PEDULI PADAMU, MAFU!" bentak Amatsuki.

"Dia juga mencintaimu, Mafu." sahut Soraru.

"Itu alasannya dia menolak pernyataan cintaku dan Amatsuki." jelas Kashitarou.

Aku hanya diam, kembali fokus pada tetes hujan.

"Mafu, (Name) akan sedih saat tau hanya kau yang belum mengunjunginya selama 3 bulan ini. Setidaknya berbicaralah padanya." jelas Soraru.

"Aku saja tidak pantas menemuinya, apalagi mau berbicara dengannya?" gumamku.

"Baiklah, kesabaranku sudah habis." gumam Soraru, "Jika kau tidak mau menemui (Name), kami yang akan membawanya kemari."

Irisku membesar saat mendengar ucapan Soraru. Dengan cepat aku menoleh ke arah Soraru lalu menggeleng.

"Kumohon jangan, Soraru-san!" pintaku.

Amatsuki hanya menghela napas lalu mengeluarkan handphone-nya.

"Benar, aku akan menelpon--"

"JANGAN!" bentakku langsung berdiri dari lantai, tapi tak lama kemudian kembali terduduk di lantai karena tubuhku lemas.

"Kalau begitu, ikut kami mengunjungi (Name)." ajak Kashitarou.

"Tapi sebelumnya kau harus makan siang--oh, makan malam maksudnya." perintah Soraru melihat jam menunjukkan pukul 16.34 sore.

Aku hanya mengangguk lemas lalu berdiri, sedikit terhuyung tetapi berhasil dibantu oleh Soraru.

"Karena di rumahmu ini seperti rumah hantu, maka kami akan minta Kuro-kun, Lon-chan, dan Reol-san untuk membersihkan rumahmu." ucap Kashitarou lalu mengeluarkan alat yang sama dengan Amatsuki keluarkan tadi--handphone.

"Sekarang mandi dan bersiaplah dengan sopan. Kau terlihat seperti zombie dilihat dari tubuh dan kantung matamu itu." komentar Soraru.

Aku hanya mengangguk singkat lalu menuju kamar mandi.

(Name), maukah kau memaafkan orang sepertiku?

Langit sudah berwarna jingga kehitaman saat kami berempat keluar dari rumahku.

"Sudah kuduga kau tidak akan memakai jaket atau syal saat keluar." komentar Amatsuki meletakkan sebuah jaket di bahuku, "Pakailah!"

--Jaket pemberian (Name) tahun lalu.

Aku menuruti apa yang Amatsuki pinta--memakai jaket itu--dan setelah aku selesai, ada yang mengalungkan sebuah syal di leherku.

"Pakai juga syal ini." perintah Soraru.

"Jangan lupa ini juga." sahut Kashitarou memasang topi rajutan ke kepalaku.

--Dua-duanya adalah hasil buatan tangan (Name).

Menyadari ini, aku langsung memegang syal dan topi rajutan--untuk melepasnya karena aku tidak pantas untuk memakainya--tapi berhenti saat mendengar komentar Kashitarou.

"Jika (Name) melihatmu sekarang, pasti dia berpikir bahwa hadiahnya itu tidak pantas untukmu atau kau tidak menyukainya. Lalu (Name) akan sedih."

"Apa kau mau dan tega membuat (Name) sedih?" tanya Amatsuki.

Aku hanya diam, lalu melepaskan peganganku dari syal dan topiku.

"Lagipula sekarang sedang musim dingin... Cristmas Eve lebih tepatnya." jelas Soraru.

"Benar juga..." sahut Amatsuki.

"Hei, bagaimana kalau saat natal kita dan yang lain berkumpul untuk merayakannya bersama?" ucap Kashitarou menyarankan.

"Ide yang bagus. Akan kutanya pada yang lain." sahut Amatsuki.

Lalu Amatsuki mulai berkutat dengan handphone-nya.

"Sekarang saatnya makan." ujar Soraru, "Kau ingin makan apa, Mafu?"

"...entahlah. Aku sedang tidak nafsu ma--"

"Oke, Mafu ingin steak di Restoran Uta!!" ucap Amatsuki tiba-tiba.

"Eh? Aku tidak ada bilang kalau aku ingin--"

"Dan dia mau segelas susu hangat." Kashitarou juga berbicara.

"Kalau begitu, ayo ke Restoran Uta!" ajak Soraru.

***

Setelah makan malam di Restoran Uta, kami semua berjalan menuju tujuan kami selanjutnya. Angin berhembus pelan dan udaranya sangat dingin--tapi tidak berpengaruh padaku mengingat aku (dipaksa) memakai jaket, syal dan topi rajutan.

Sudah 3 bulan aku tidak bertemu denganmu, (Name).

"Ya, dari semua orang terdekat (Name), hanya kau yang belum mengunjunginya." sahut Soraru, membuatku menoleh ke arahnya dengan tatapan heran dan kaget.

"Apa... aku mengucapkannya dengan keras?"

Mereka bertiga mengangguk.

"Jujur saja, Mafu. Kami berdua itu masih mencintai (Name)." ungkap Kashitarou.

"Salah satu dari kami bisa saja merebut (Name) darimu." sahut Amatsuki.

"Tapi jika (Name) bahagia bersamamu, maka kami hanya bisa mendoakan kebahagiaannya." tutup Kashitarou.

Aku berhenti berjalan, membuat yang lain berhenti dan menatapku dengan heran.

"Mafu?"

"...(Name) tidak bahagia bersamaku." gumamku.

"Eh?"

"Oleh karena itu aku tidak bisa menemuinya. Aku telah membuatnya jadi seperti ini."

Aku menatap jalan di bawahku dengan tatapan kosong.

"(Name) tidak mungkin menangis dengan sikapmu," ungkap Soraru, "Kau itu ceria dan kekanak-kanakan, sikap yang (Name) sukai."

Aku menatap mereka dengan tatapan penuh keyakinan.

"Aku tidak bisa menemui (Name)."

***

"Oke, kita sudah sampai." ucap Soraru dengan wajah bahagia.

Kesabaran mereka bertiga langsung habis begitu aku berkata bahwa aku tidak bisa menemui (Name). Sekarang mereka menyeretku dengan menarik kerah belakang jaketku dan aku diseret bagaikan karung kentang.

Mengingat aku tidak makan seharian dan baru mendapat tenaga 15 menit yang lalu--aku tidak bisa dan tidak mampu untuk melawan dan membiarkan mereka menyeretku.

"Selama 3 bulan ini, berat badanmu menurun drastis Mafu." ucap Soraru melihatku berdiri.

"Biasanya kami perlu 2 orang untuk menarikmu, tapi sekarang hanya perlu 1 orang saja yang bisa menarikmu dengan mudah." jelas Amatsuki.

Aku tidak memperdulikan ucapan mereka, aku hanya menatap pemandangan yang ada di depanku dengan horor dan sedih.

--Di depanku ada sebuah tempat.

--Tempat yang sangat tidak ingin kukunjungi sejak 3 bulan lalu.

--Karena tempat ini adalah tempat (Name)--dan beberapa orang yang memiliki nasib yang sama dengan (Name)--berada.

--Melihatnya saja sudah membuatku lemas.

--Apalagi harus memasukinya, kan?

"Kami akan menunggu disini." ucap Amatsuki.

"Kalian perlu waktu berdua, kan?" tanya Kashitarou.

Aku hanya memandang mereka lalu mengangguk.

***

"Ha-halo, (Name)." sapaku dengan ragu.

Tidak ada respons.

"Maaf selama 3 bulan ini hanya aku yang belum mengunjungimu." gumamku tersenyum sedih.

Begitu melihat (Name), aku langsung melupakan semuanya. Aku melupakan sekitarku kecuali (Name). Ya, hanya aku dan (Name). Tapi...

Tidak ada respons dari (Name).

Aku mengusap kepalaku dengan gusar, 'Tentu saja (Name) tidak akan menjawabku. Apa yang aku harapkan?'

"Mafu-kun! Jika kutinggal sendiri, pasti kau jadi depresi."

"(Name)-chan..."

"Kau belum makan seharian ini, kan? Ayo cari makan malam! Aku yang traktir~"

"Kau tidak perlu mentraktirku, (Name)-chan."

"Tidak apa-apa. Biasanya kan kau yang mentraktirku, sekarang gantian dong~ Anggap saja ini adalah kesempatan emas dimana pacarmu yang gembel ini mentraktirmu." sahut (Name).

"Apakah menjadi manajer para artis terkenal dengan gaji 10 juta yen per bulan adalah gembel bagimu?" gumamku lalu sedikit tersenyum.

"Waaaa! Mafu-kun akhirnya tersenyum hari ini! Yatta~!!" lalu (Name) berlompat ria di depanku.

Aku memasang senyum sedih mengingat kenangan kami, lalu melihat ke (Name).

"Maaf," sebuah air mata mengalir di pipiku, "Maafkan aku, (Name)."

Aku terduduk di depan (Name), "Aku tidak bisa hidup seperti dulu tanpamu, (Name). Maafkan sikapku selama ini, (Name)."

Tidak ada respons lagi.

"A-aku menjadi depresi karena aku memikirkan dirimu yang terlalu sempurna untukku ini. Kau cantik, baik, ceria, pintar dan ramah." ucapku mengusap air mata yang mengalir, tapi digantikan oleh yang lain, "Jadi wajar saja jika Amatsuki-san, Kashitarou-san, atau laki-laki lain mencintaimu."

Tanganku sekarang sudah basah oleh air mataku sendiri.

"Tapi dari mereka semua, kau memilihku. Ka-kau mungkin tidak tau betapa bahagianya diriku saat mendengar pernyataan cintamu, (Name)." ungkapku sedikit tersenyum tetapi dengan cepat berubah menjadi garis lengkung ke bawah, "Tapi sosok depresiku muncul dan mulai menghasut pikiranku."

"(Name) melakukan pernyataan itu karena dia kasihan padamu."

"(Name) tidak akan bahagia bersamamu."

"Masih banyak laki-laki lain yang JAUH lebih baik darimu, lepaskan saja (Name)."

"Cepat atau lambat, (Name) yang sempurna akan meninggalkanmu, diriku~"

Aku menggeleng mengingat semua ucapan itu disaat aku sedang depresi, "Tapi salahkah aku menjadi egois dan tidak ingin melepasmu?" gumamku, "Tapi lagi-lagi sosok depresiku berhasil membuatku merasa jauh lebih bersalah sekarang."

"Ayo ke taman mall sekarang, Mafu-kun." pinta (Name) menarik ujung lengan bajuku dengan pelan.

"Ini sudah malam (Name)." gumamku menatap langit malam dengan tatapan kosong.

--Hal yang biasa seseorang yang sedang depresi lakukan di malam hari.

"Justru karena malam lah aku mengajakmu ke sana, Mafu-kun. Lampu-lampu mall bersinar dengan indah jika sudah malam."

"Tinggalkan aku sendiri, (Name)."

"Tidak~! Nanti kalau kutinggal sendiri kau akan jauh lebih depresi dari sekarang."

"Tidak--"

"Kenapa kau keras kepala sekali, (Name)!? Tidak bisakah kau turuti sekali permintaanku ini? Sekarang aku heran kenapa aku bisa berpacaran dengan perempuan sepertimu ini."

Hening.

"Aku keluar." gumamku berdiri laku mengambil jaket dan keluar dari rumahku.

"Ma...Mafu-kun, matte...!"

Aku mengabaikan semua panggilan (Name), sampai aku tersadar saat panggilan terakhir (Name) disusul oleh panggilan orang lain.

(Din! Diiin...!!)

Aku berhenti tepat di tengah zebra cross dan sebuah mobil sedang melaju ke arahku.

--Sampai seseorang mendorongku ke depan.

--Sekilas aku melihat rambut (h/c) sebelum pemilik rambut itu ditabrak mobil.

"Mafu."

Aku tersentak kaget saat seseorang menepuk pundakku--yang ternyata adalah Soraru. Aku mulai mengingat sekitarku.

--Ruangan serba putih.

--Bau obat-obatan yang cukup menyengat.

--Dan...

(Beep! Beep! Beep!)

--Alat pendeteksi jantung.

Ya, (Name) adalah penyelamatku dari tabrakan dengan mobil berkecepatan tinggi.

--Tapi semua itu ada resikonya.

(Name) yang terkena tabrakan mobil itu dan jatuh koma semenjak itu.

"Dan itu semua terjadi 3 bulan lalu..." gumamku.

"Hm?" tanya Soraru menoleh ke arahku dan aku hanya bisa menggeleng.

"Bukan apa-apa--"

Tapi berhenti saat suara...

(Beep!! Beep!! Beep!! Beep!!)

...pendeteksi jantung meningkat.

"A-aku akan memanggil dokter!" ucap Soraru keluar ruangan.

Aku mendekati (Name) lalu mengenggam tangannya.

--Jari-jari (Name) merespon.

--Lalu mulai mengenggam tanganku dengan lemah.

"...Ma...fu?"

- (Name)'s pov -

Aku membuka mataku, dan melihat Mafumafu dengan mata sembab, pipi basah, dan rambut sedikit berantakkan.

Apa dia habis menangis?

Tentu saja Mafumafu habis menangis.

--Aku mendengar semua yang ia ucapkan dengan jelas.

"(Name), k-k-kau sadar!!" ucap Mafumafu tak percaya.

"Mafu-kun, ada yang... ingin... kusampaikan... padamu..."

- Mafumafu's pov -

(Beep... Beep... Beep...)

'A-ada apa ini?'

"Mulai sekarang, kau harus menjadi Mafumafu yang ceria ya, Mafu-kun." ucap (Name) dengan suara yang pelan tapi dapat kudengar dengan jelas.

"Te-tentu saja--"

"Dan carilah perempuan yang bisa membuatmu tersenyum."

Eh?

"Apa yang kau bicarakan, (Name)? Aku sudah menemukannya dan itu adalah kau!"

(Name) menggeleng.

"Waktuku... hampir habis, Mafu-kun."

Irisku membesar saat mendengar ucapan (Name) dan disaat itulah dokter dan para asistennya masuk."

"Dokter, detak jantung pasien mulai melemah."

"Segera ambil tindakan! Mana alat pemicu jantung!?"

Mereka semua mulai sibuk sampai seorang asisten mendekatiku.

"Maaf, tuan. Tapi silahkan anda keluar karena kami akan segera mengurus pasien."

"Ti-tidak! Aku i-ingin bersama (Name)."

"Kami mohon tuan."

"Mafu, ayo keluar." ajak Soraru.

"Ta-tapi..."

"Mafumafu."

Aku terdiam, "...baiklah."

Sesaat sebelum aku keluar, aku melihat (Name) tersenyum lalu mengucapkan sesuatu.

Dan itu membuat detak jantungku berhenti sejenak.

***

Disinilah aku, menunggu diluar ruang ICU bersama Soraru, Amatsuki dan Kashitarou.

Yang lain sedang dalam perjalanan.

Semua terlihat tegang sampai terdengar suara...

(Beeeeeeeeee--p)

Bohong, kan?

Ini semua... hanya mimpi, kan?

(Name)...

Kau meninggalkanku sendiri?

Spontan saja aku menangis dan semakin jadi saat mengingat ucapan terakhir (Name) padaku.

"Sayonara, Mafu-kun. Aishiteru yo."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro