(5) Ghoul Kecilku - Akabane Karma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari Chi_Kuromi

Fandom: Ansatsu Kyoushitsu

Karma x Ghoul!Reader

Happy Reading!

- (Name)'s pov -

"SMP Kunugigaoka." ucapku menatap gedung sekolah yang megah di depanku.

"Mulai sekarang kau akan bersekolah disini, mengerti?" tanya kakak menepuk kepalaku.

"Apa kakak ingin mengusirku?" gumamku melirik laki-laki berambut putih itu.

Kakak hanya tertawa, "Kau tau tujuanku kan? Aku melakukan ini agar kau selamat."

"Meh, sudah 23 kali kau mengucapkan itu. Aku pergi dulu." gumamku berjalan menuju gedung mewah itu.

"Kelasmu itu 2-A, ok?" teriak kakak setelah aku cukup jauh darinya.

Aku hanya melambaikan tanganku tanda mengerti.

***

Semua berlalu dengan cepat, sudah 1 minggu aku pindah kemari dan sudah banyak yang menjadi teman-temanku. Walaupun banyak yang heran kenapa aku tidak pernah makan siang bersama mereka.

Sekarang aku sedang berjalan di hutan yang berada di belakang sekolah. Aku sengaja bolos pelajaran hari ini.

'Aneh, hutan ini sepertinya sering dilalui orang-orang. Dan... Kenapa aku mencium 2 bau yang sangat familiar?'

"Aneh... Baunya semakin beragam." gumamku lalu berlari mengikuti asal baunya.

Pemandangan yang ada di depanku membuatku tak bisa berkata-kata.

--Bukan karena terdapat sebimuah gedung yang tidak terurus.

--Bukan karena ada murid yang sedang belajar di dalamnya.

--Bukan karena ekspresi bahagia mereka yang jarang kutemui di gedung utama.

--Melainkan sosok laki-laki berambut merah yang sedang memotong anggota tubuh makhluk yang sudah tak asing bagiku menggunakan pisau hijau.

- Karma's pov -

Aku baru saja berhasil memotong 1 tentakel Koro-sensei, dan berencana menyerang 1 tentakel lagi tapi sebuah tangan berhasil menghentikanku.

"Eh~?" ucapku menjauh lalu melihat sosok yang berhasil menghentikan seranganku lalu aku berkedip kaget, "(Na-Name)?"

Bukannya... dia hilang sejak 7 tahun yang lalu?

"Kak Karma, berhenti menyerang Koro-sensei!" ucap perempuan yang 1 tahun lebih muda dariku itu yang tak lain dan tak bukan adalah (Name).

"Nyuhu? (Name)-chan, apa yang kau lakukan disini?"

Semua orang yang melihat ini hanya bisa kaget dan heran.

"(Name)? Kau mengenal tako ini?" tanyaku menyimpan pisau anti-sensei milikku.

Belum sempat (Name) menjawab, tiba-tiba Karasuma-sensei dan Bitch-sensei memasuki ruang kelas dengan ekspresi panik. Begitu melihat (Name), wajah Karasuma-sensei langsung menjadi datar.

"Kau, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya pada (Name).

"Menyelamatkan Koro-sensei." jawab (Name), "Sebelum itu..."

Lalu (Name) membungkukkan badannya dengan sopan, membuat kami semua menatapnya dengan heran.

'Bocah ini... apa yang dilakukannya?' pikirku melihat (Name) kembali tegak.

"Perkenalkan~ Namaku adalah (Name) Kaneki, seorang siswi biasa kelas 2-A. Salam kenal semuanya. Aku juga adalah teman masa kecil Kak Karma~"

"E-eeh!?" kaget teman-teman melihat reaksi tak biasa (Name).

...

...

...

...

"Tunggu," ucap Nagisa memulai.

"TEMAN MASA KECIL KARMA!?" ucap mereka tak percaya.

"Mhm," jawab (Name) mengangguk.

"Ka-kau tidak takut melihat alien ini? Da-dan apa kau tidak tau kelas apa kami ini?" tanya Isogai membuka suara.

"Kenapa aku harus takut dengan Koro-sensei...?" heran (Name).

...

...

Krik-krik.

...

...

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa berada disini jika kau kelas 2-A, (Name)-chan?" tanya Koro-sensei.

"Ah, bolos pelajaran." jawab (Name) singkat.

"Nyurufufufufu~ Tidak baik bolos pelajaran, (Name)-chan." ucap Koro-sensei lalu meletakkan 1 tentakelnya ke atas kepala (Name).

(Plaak...!!)

"Sensei, jangan sembarangan menyentuh (Name)." ucapku tersenyum.

"Nyurufufufu~ Baiklah, Karma-kun." ucap Koro-sensei lalu wajahnya berubah menjadi warna pink, membuuatku sweatdrop.

'Aku tau arti wajah itu tapi aku tidak mau tau apa yang ia pikirkan sekarang dengan ekspresi anehnya itu.' pikirku.

Lalu Koro-sensei kembali normal dan menatap (Name), "Ingat apa yang kuucapkan tadi, (Name)?" tanyanya kemudian.

"Tentu saja." ucap (Name) mengangguk, "Aku tidak akan mengulanginya lagi, ayah."

...

...

...

...

Eh?

"APUAAAAAAH!?" kaget teman-teman langsung berdiri dan suasana menjadi gaduh.

Aku mengeratkan pelukanku pada (Name), membuatnya menoleh ke arahku.

"Kau harus menjelaskan semuanya, (Name). Semuanya." gumamku.

"Akan kujelaskan jika Kak Karma menjelaskan semuanya mengenai kelas ini padaku." balas (Name).

Suasana menjadi sunyi, semua menoleh ke arah kami. Aku melihat Karasuma-sensei dan Bitch-sensei, dan mereka berdua mengangguk.

***

"Hee~ Jadi itu alasannya Kak Karma memotong tentakel Koro-sensei." ucap (Name) dengan ekspresi 'terkejut'.

(Name) sekarang duduk di atas meja guru atau podium guru, jangan tanya kenapa. Kami semua juga sudah duduk di bangku masing-masing dan menjelaskan semuanya pada (Name). Well, tidak semua sih, beberapa hal yang penting kami rahasiakan.

"Sekarang jelaskan semuanya mengenai dirimu pada kami." ucap Karasuma-sensei.

"Hm... dimulai dari awal, ya?" gumam (Name) tersenyum kecil.

Aku penasaran dia akan memulai dari mana...

"Seperti yang sudah kuberitahukan tadi, aku dan Kak Karma adalah teman masa kecil." ucap (Name) memulai, "Kami sudah berteman sejak lahir, mengingat ibu kami adalah sahabat sejak mereka berdua SMA."

Aku sedikit tersenyum mengingat beberapa kenangan kami berdua.

Ekspresi (Name) sedikit berubah, "Lalu saat umurku 6 tahun dan kakakku berumur 11 tahun, terjadi kejadian yang membuat kami berdua harus pindah."

'Hm? Kejadian apa?'

"Orang tua kami dibunuh, dan itu membuat kami harus pindah karena sepertinya pembunuh itu juga mengincar kami berdua." jelas (Name).

Aku dapat menebak ekspresi yang sedang teman-teman pakai adalah ekspresi terkejut dan syok. Walaupun kedua ekspresi itu juga menempel di wajahku sekarang.

"Jadi..." bisikku untuk diriku sendiri, "Itu alasannya kalian menemui orang tuaku, menghilang keesokan harinya dan rumah kalian dipenuhi polisi 2 hari kemudian."

"2 tahun setelah kejadian itu, aku dan kakakku berpisah dengan alasan yang sama--menghindari pembunuh yang mengincar kami." ucap (Name) melanjutkan, "Ternyata si pembunuh berhasil menemukanku dan hampir berhasil membunuhku--"

(Name) menarik napas.

"--jika Koro-sensei tidak datang menyelamatkanku dari pembunuh saat itu." tutupnya dengan senyum yang manis.

(Deg... Deg...)

"Hm?" heranku memegang bagian jantungku--yang sedang berdetak sangat cepat sekarang.

"Itulah kenapa aku bisa mengenal Koro-sensei." jelas (Name), "Koro-sensei tidak ingin aku membalas budinya yang telah menyelamatkanku, maka aku memanggilnya ayah karena entah kenapa sifat Koro-sensei mengingatkanku pada ayah saat dia menyelamatkanku kecil dulu."

Lalu (Name) menoleh padaku dan tersenyum geli.

(Deg!)

"Tapi tak kusangka Kak Karma akan berubah sangat drastis seperti ini. Aku ingat dulu Kak Karma adalah senpai yang sopan, ramah dan tenang."

"Hei~ Apa maksudmu berbicara seperti itu, (Name)~?" tanyaku.

Kulihat Karasuma-sensei sedang memarahi Koro-sensei yang (lagi-lagi) bertindak ceroboh, walaupun sempat berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan nyawa seseorang.

"Kau harus menjaga rahasia kelas 3-E, (Name)." perintah Karasuma-sensei setelah memarahi Koro-sensei, "Kau tidak akan kami masukkan ke kelas ini karena situasimu. Tapi kau bisa membantu para murid kelas 3-E untuk membunuh makhluk ini."

(Name) berkedip sekali.

--Pertanda buruk, mood-nya pasti sedang berubah.

"Gomen, sensei. Tapi aku tidak bisa membunuh 'orang' yang telah menyelamatkan hidupku, yang adalah 'ayahku' sendiri." ucap (Name) datar.

"Kalau begitu, jagalah rahasia ini atau pihak pertahanan Jepang akan bertindak." ucap Karasuma-sensei.

"Okie dokie~" ucap (Name) tersenyum lebar.

--Tapi aku tau itu adalah senyum palsu, mengingat perubahan mood (Name) barusan.

"Kalau begitu aku kembali ke gedung utama dulu~" ucap (Name) keluar kelas.

Setelah memastikan (Name) menuruni tangga yang berada di hutan, aku menoleh ke arah Karasuma-sensei.

"Nee, Karasuma-sensei." panggilku, "Kenapa sensei dan Bitch-sensei sempat memasang ekspresi panik saat (Name) memasuki kelas?"

Kedua sensei hanya saling pandang lalu kembali menoleh ke arah kami.

"Kalian tau jarak tangga menuju gedung ini cukup jauh, kan?" tanya Bitch-sensei.

Kami semua mengangguk.

"Sebenarnya kami sudah melihat (Name) muncul dari tangga itu, tapi detik selanjutnya dia menghilang dan saat kami kemari, dia sudah memegang tangan Karma." jelas Karasuma-sensei.

"Apa kalian yakin (Name) adalah murid biasa?"

Kami semua diam, tak tau harus menjawab apa.

***

Semenjak itu, (Name) selalu menuju ke kelas kami--untuk makan siang bersama--walaupun dia hanya membawa sekaleng kopi, menemuiku atau hanya sekedar berkunjung. Semenjak itu juga aku mulai memikirkan pertanyaan Bitch-sensei mengenai (Name) yang statusnya sebagai murid biasa itu dipertanyakan. Karena setiap kali (Name) naik dari tangga yang berada di luar gedung, dia sama sekali tidak kelelahan walaupun jarak gedung kelas kami ke gedung utama itu 'sangat' jauh.

--Dan dia datang dengan rambut yang berantakan, seolah-olah dia habis...terbang.

Sudah seminggu semenjak kejadian (Name) muncul di kelas 3-E.

Tapi...

Setiap kali (Name) berkunjung, dia selalu berhasil menghentikan kami dari membunuh Koro-sensei--terutama aku.

--Jujur saja, kami sekelas merasa kesal dengan tindakan (Name).

--Dan kami sepakat akan berbicara padanya hari ini.

"(Name)," panggilku pada (Name) yang asik meminum kopi.

Kenapa dia selalu meminum kopi?

"Hm~?"

"Bisakah kau hentikan menganggu kami saat ingin membunuh Koro-sensei...?" tanyaku.

"Aku hanya bilang kalau aku tidak bisa membunuh Koro-sensei, kan? Bukan bearti aku tidak akan tinggal diam saat melihat kalian mencoba membunuh ayahku?" ucap (Name) tersenyum kecil.

"Apa kau tidak mengerti? Dia akan menghancurkan bumi bulan Maret nanti!" sahut Terasaka kesal.

"Lagipula serangan kami mustahil untuk mengenai Koro-sensei." sahut Sugino.

"Kalau mustahil," gumam (Name) melirik kami dengan tatapan dingin, "Kenapa masih berusaha untuk membunuhnya?"

"Kami mengetahui banyak kelemahannya," ucap Kayano, "Kami juga sedang berusaha meningkatkan kemampuan kami jadi suatu saat nanti kami akan berhasil membunuh Koro-sensei."

"Kalau begitu aku tidak bisa berdiam diri." sahut (Name), "Kita tidak tau kapan 'suatu saat nanti' itu akan datang, kan?"

Oke, aku sangat kesal sekarang.

"(Name), kami sudah memberitahumu tujuan kami kan? Lagipula Koro-sensei sendiri yang mengizinkan kami untuk membunuhnya." ucapku masih dengan nada yang 'tenang'.

"Ya, senpai semua sudah memberitahuku." sahut (Name), "Dan siapa bilang aku peduli dengan ucapan Koro-sensei yang mengizinkan kalian untuk membunuhnya? Aku melakukan semua ini atas kemauanku sendiri."

"Waw, (Name). Kau lebih memilih dunia hancur daripada membunuh alien mirip tako yang hanya menyelamatkan hidupmu sekali?" ucapku tidak menoleh (Name).

Hening.

Aku melihat ekspresi kaget dan panik tertempel di wajah Nagisa.

"Ada apa--"

Dengan cepat aku melompat ke samping karena ada sesuatu yang menyerangku dan aku berhasil menghindarinya.

"A-apa itu?" kaget Kayano melihat benda yang menyerangku itu.

"Te-tentakel?" sahut Nagisa.

"Tapi..." ucap Sugino, "Rasa haus darah siapa ini?"

Kami semua menoleh ke sumber 'tentakel' yang menyerangku, dan kami tidak bisa bergerak saat melihat (Name) menatap kami dengan iris merahnya dan dengan rasa haus darah yang mungkin bisa mengalahkan kami semua. 'Tentakel' yang tadi menyerangku ternyata berasal dari (Name).

--Penampilan itu...

--Kagune.

--Bohong...

--(Name)... adalah Ghoul?

"Hanya katamu, Kak Karma?" gumam (Name), "APA yang terjadi JIKA Koro-sensei tidak ada disana!?" bentaknya.

(Deg.)

--Ah, apa yang terjadi jika Koro-sensei tidak menolong (Name)?

--Tentu saja (Name) akan mati.

"Kalian mungkin tidak tau, tapi orang yang akan membunuhku adalah seorang Ghoul!"

Kami semua syok, karena kami semua tau PASTI apa itu Ghoul.

"Saat itu dia berhasil memakan HAMPIR semua organ dalamku!" ungkap (Name), "Mata, ginjal, hati... BAHKAN jantungku!"

Itu... bohong, kan?

"Jika... saat itu Koro-sensei tidak ada... maka aku tidak akan berada disini sekarang!!"

Lalu (Name) keluar gedung dengan kagune miliknya itu.

"Nyurufufufufu~ Padahal sensei berencana memberitahu kalian kenapa (Name)-chan begitu ingin melindungiku jika Karma tidak berkomentar yang membuat (Name) marah." pintu terbuka dan masuklah Koro-sensei bersama Karasuma-sensei dan Bitch-sensei.

Sepertinya mereka berdua sudah tau duluan, dilihat dari ekspresi syok mereka (yang tidak terlalu jelas).

"Koro-sensei..." kaget teman-teman.

"Ayo, Karma-kun. Minta maaflah pada (Name)-chan." ucap Koro-sensei dan kepalanya berubah warna menjadi warna merah, "Oh, dan (Name) sedang duduk di pohon yang berada 235 meter dan 18 centimeter dari gedung ini."

Sweatdrop...

Aku tidak membalas ucapan Koro-sensei, melainkan langsung mengejar (Name).

***

"Gotcha!" begitu melihat rambut (h/c)nya, aku langsung melompat di depan (Name) agar dia tidak bisa kabur.

"Kyaa!"

...

...

...

...

Eh?

(Blush...)

"Hee~ Ternyata (Name)-chan punya teriakan yang kawaii~" ucapku dengan jahil, walaupun aku yakin pipiku sedikit merah karenanya.

"Urusai!!" kesalnya lalu menoleh ke arah lain selain ke depan.

"(Name)." tidak ada respons.

"(Name)." tidak ada respons (lagi).

"(Name)." (masih) tidak ada respons.

"Sayang~"

"JANGAN MEMANGGILKU SAYANG!!"

Whoa, reaksi langsung. Aku lalu memeluk (Name) dan menenggelamkan wajahku ke rambutnya yang lembut nan wangi itu.

"Gomen." gumamku.

(Name) hanya diam, dan jujur saja itu membuatku berpikir bahwa (Name) tidak akan memaafkanku.

"Kumaafkan."

"Eh?" aku melepaskan pelukanku dari (Name), "Benarkah?"

"Ya, karena jika orang seperti Kak Karma yang meminta maaf, pasti Kak Karma serius. Lagipula salahku juga menghalangi kalian, karena keegoisanku sendiri."

"Syukurlah~" ucapku kembali memeluk (Name), "Aku tidak mau orang yang kucintai membenciku."

...

...

...

...

"A-apa!?" kaget (Name) dan aku dapat merasakan wajahnya yang memanas di pundakku.

"Aku mencintaimu sejak kecil, (Name)-chan~" ucapku tersenyum walaupun (Name) tidak bisa melihatnya, "Jadi pacarku, ya?" pintaku dengan nada manja.

Aku merasakan tangan mungil (Name) membalas pelukkanku, dan wajahnya menjadi lebih panas dari sebelumnya (jika itu mungkin.)

"A-aku juga mencintai Kak Karma." ucap (Name), "Dan aku mau jadi pacar Kak Karma."

*** Omake ***

"Nyurufufufufu~ Adegan yang sangat menggemaskan~" komentar guru kuning dibalik semak-semak yang berada tak jauh dari Karma dan (Name).

"Sudahlah sensei, sebaiknya kita kembali ke kelas sebelum Karma menyadari keberadaan kita dan aku yakin dia akan menjahili kita jika dia sadar." bisik Nagisa mencoba menarik gurunya itu dibantu oleh murid 3-E yang lain.

'Oh, tapi sayangnya aku sudah menyadarinya dari awal dan welcome to the hell, dear friends~' pikir Karma dengan tanduk dan ekor imajiner, tak lupa juga senyum jahilnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro