Speed Series : 2 - Princess Fa Mulan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cast :

Yosung (Speed member)
Ren (OC)
.
.
.
.

- Aku suka roti manis, terutama pembuat roti manis yg terlihat dimataku. Yosung. -
.
.
.
.
.
"Point!"
"[Pemenangnya Ren dari SMA Deeps]" ucap wasit. Saat ini sedang diadakan pertandingan karate antar sekolah. Dan Ren merupakan salah satu atlit kebanggaan SMA Deeps.

Ren memberikan senyum terbaik kepada teman-teman klub dan pendukungnya. Ia tak henti-hentinya membungkuk hormat dan mengepalkan tangannya keatas.
.
.
.
.
.
"Permisi. Ketua osis, ini data untuk demo klub karate kami." Ucap Ren tiba-tiba. Ia masuk keruang osis tanpa permisi. Walaupun terkenal dengan senyumnya yang manis. Sebenarnya Ren tipe wanita yang sangat keras.
"Mwo?!" Ucap Yosung sedikit terkejut karena ia sedang membaca buku dengan kaki yang disimpan diatas meja. Hampir saja ia terjatuh jika ia tak segera menahan kursi yang ia duduki. "Ya! Bisakah kau mengetuk pintu dulu."
"Aku sudah mengetuk pintu. Apa kau tuli?" Ucapnya dingin.
"Jinjja? Ah masuklah."
"Ige." Sambil memberikan sebuah map pada Yosung.
"Gomawo." Ucap Yosung saat menerimanya.
"Aku permisi."
"Mwo? Hanya begini saja?" Ucap Yosung bingung
"Eoh. Annyeong." Ucap Ren dingin lalu sedikit membungkuk. Saat akan membuka pintu, Yosung berdehem untuk menarik perhatian Ren.
"Ada apa lagi?" Ucap Ren tanpa membalikkan badannya.
"Kau ada acara sore ini?"
"Mianhae, aku ada acara. Permisi."
"Ne, arraseo."

/cklek/

"Ish, sulit sekali sih mengajaknya pergi." Gumamnya sambil mengacak rambutnya frustasi. Ia menghela nafas sedalam-sedalamnya untuk membuang rasa kesalnya. Ia sudah tak tahu harus melakukan apalagi untuk mendekati Ren. Ia sudah frustasi. Tapi aku tak akan menyerah begitu saja, katanya dalam hati sambil mengepalkan tangannya keatas.
"Hwaiting!"
.
.
.
.
.
Perjalanan pulang Yosung selalu mampir ke sebuah toko milik panti asuhan langganannya. Toko roti yang dikelola anak-anak panti asuhan ini sangat terkenal dengan roti crocssaine. Dibelakang toko roti ini ada sebuah panti asuhan. Anak-anak yang bisa dibilang kurang beruntung namun memiliki semangat untuk hidup, hal itu jugalah yang membuat Yosung kagum pada pemilik toko roti langganannya.

"Eoseo oseyo." ucap seorang gadis dengan ramah dimeja kasir saat Yosung masuk. Yosung membungkuk dan menengok kearah kasir.
"Ren? Kenapa kau ada disini?" Ucap Yosung sedikit terkejut dengan orang yang berada dihadapannya.
"A..aku sedang bekerja sambilan." Ucap Ren gugup. Ia merasa malu karena ketahuan sedang bekerja di toko roti.
"Oh, begitu."
"Silahkan."
"Ne." Ucap Yosung.

Setelah selesai memilih roti yang Yosung beli, ia segera pergi ke meja kasir. Sebenarnya saat Yosung memilih roti, ia tak terlalu bisa konsentrasi. Ia selalu memperhatikan Ren dari kejauhan. Merasa harus menjelaskan sesuatu, setelah Yosung membayar roti yang ia beli, Ren mengajaknya untuk berjalan-jalan. Ia langsung segera meminta pegawai lain untuk menggantikannya.

"Toko itu milik ayahku." Ucap Ren tiba-tiba. Saat ini mereka sedang berjalan-jalan dipinggiran sungai Han. "Panti asuhan itu juga sebenarnya milik ibuku, namun saat ibuku meninggal ayah yang mengelola. Suatu hari ayah mengalami krisis keuangan dan akhirnya ayah membuat sebuah toko roti untuk membantu panti. Sesekali aku membantu mereka. Katanya mereka sangat beruntung mengenal ayah, ibu dan aku. Jika tidak mungkin mereka akan menjadi anak yang terlantar." Lanjut Ren. Ia lalu menundukkan kepalanya sambil tersenyum.

Yosung menatap kagum pada Ren. Ia pikir Ren wanita yang sangat hebat. Mandiri dan sangat menghargai orang lain. Jangan lupakan sifatnya yang baik, walaupun kalau dilihat dia termasuk orang yang sangat dingin.
"Lalu karate?" Tanya Yosung.
"Aku hanya senang melakukannya, melakukan sebuah tantangan baru bagiku menyenangkan. Tapi karate entah kenapa ketika pertama kali aku mengenalnya aku langsung jatuh cinta."
Yosung menjawabnya dengan anggukan. Mereka menikmati angin sepoi-sepoi sore hari dipinggiran sungai Han.
"Maaf, aku menolak ajakanmu. Sebenarnya aku sedang bertugas menjaga toko hari ini." Ucap Ren, merasa tak enak hati. Ia menundukkan kepalanya.
"Aniya, gwaenchana. Lagipula ajakanku benar-benar terkabul. Aku sedang jalan-jalan denganmu saat ini." Ucap Yosung sambil tertawa. Ia langsung membuang wajah, merutuki dirinya sendiri karena berbicara seperti orang bodoh. Ren yang melihatnya hanya tersenyum.
"Ah, benar juga. Berarti hutangku lunas." Ucap Ren sambil menatap Yosung.
"Belum." Ucap Yosung.
"Mwo? Ada lagi?"
Yosung berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya. Saat ini Yosung dan Ren berhadapan dengan wajah serius, angin yang membuat rambut mereka tersapu tak menjadi halangan bagi mereka.
.
.
.
.
.

'Saranghamnida, my princess.'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro