Trick or Treat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning: One Shoot, Fluff, Boys Love, OOC, Typos

Ps. John (10), Louis (7), William dan Sherlock (8), Albert (11), Mycroft (13)

Pair: John H. Watson x Louis James Moriarty

Seluruh chara bukan punya saya, saya hanya meminjam untuk menistakan dan memenuhi asupan nutrisi yang kurang

Happy Reading!!!

Trick or Treat?

Sebuah kalimat yang terdengar familiar bukan diwaktu-waktu seperti ini? Baik anak-anak maupun orang dewasa, semuanya terlihat begitu senang saat mengetakan juga mendengar pertanyaan pilihan terkenal itu. Mungkin, jika kau tidak menyukai permen atau bersenang-senang, kau tidak akan senang mendengar hal ini. Tapi untuk sekarang, mari kita fokus saja pada bagian kesenangannya.

Jalanan yang mulai ramai itu ditelusuri oleh keduanya sambil mata mereka dimanjakan oleh banyaknya hiasan yang telah terpasang epik di sekitar mereka. Beberapa hiasan seram -atau mungkin diharapkan terlihat seperti itu- juga beberapa yang terlihat begitu manis dan menggemaskan, semua bercampur menjadi suatu suasana yang familiar bagi setiap orang yang melihatnya.

Kibaran dari kostum kelinci dan kucing yang terlihat sangat lembut juga 'mengembang' itu membuat keduanya terlihat begitu manis dan menggemaskan, melebihi hiasan-hiasan yang ada di sana. Jaket dengan tudung yang memiliki telinga kelinci terpasang imut di atas surai hijau keabuan miliknya. Dan jangan lupakan tas kecil berbentuk labu yang dipegang erat oleh pemilik iris delima yang terlihat begitu bercahaya saat terkena lampu dekorasi di sekelilingnya.

Kedua oarang itu yang kini masih saja terpesona dengan berbagai kemeriahan di sekitar mereka, mengeluarkan senyum senang tidak bisa redup di raut mereka. Sedari awal mereka menyusuri, bukan, bahkan dari rumah mereka sendiri suasana ramai itu sudah terlihat dengan begitu jelas.

"Loius lihat, mereka memasang banyak jack-o-lantern di depan pintu. Ah- ada juga yang di atap dan di bawah pohon besar. Lucu sekali."

"Benar. Aku jadi teringat bagaimana kemarin aku dan Kak William serta Kak Albert memahat muka di labu yang besar sekali."

Percakapan itu belum berakhir di sana. Hanya saja kedua lelaki kecil itu lebih terpengah dengan besarnya figur penyihir beserta kuali-nya, belum lagi dengan beberapa sosok menyeramkan seperti vampir dan frankenstain yang berdiri dengan gagah di depan mereka. Bukannya takut namun keduanya justru terlihat begitu berbinar dengan pahatan dan detail yang terlihat begitu nyata.

"Siapa kalian datang ke rumahku?"

"Waa-!"

Teriakan kaget keduanya keluarkan saat mereka merasakan tangan dingin menyentuh bagu mereka yang terbungkus oleh kostum. Sontak dengan refleks yang kelewat cepat keduanya memegang tangan dingin itu kemudian menarik hingga orang tersebut hampir terjungkal ke depan.

"Ouch- ternyata kalian kuat juga ya, hahaha."

Orang? Raut kaget langsung memenuhi wajah keduanya, terlebih wajah John yang sudah terlihat sedikit pucat lantaran takut orang yang mereka tarik itu terluka atau semacamnya. Dengan segera keduanya melihat keadaan orang yang terduduk di tanah itu dan mengedarkan pandangan mereka, berusaha mengecek jika memang ada luka pada tubuhnya.

Dalam pandangan mereka terlihat seorang pria yang lumayan sudah berumur menggunakan kostum pastor yang terlihat sedikit robek diujung-ujungnya. Rambutnya yang berwarna putih panjang diikat menggunakan karet dan matanya yang berwarna coklat kehitaman yang menatap tajam kini mengedarkan pandangannya. Beberapa barang bawaannya terjatuh walau untungnya tidak berceceran di tanah.

"Ma-maafkan kami, paman. Kami kira anda se-sesuatu yang lain," jawab John yang semakin memelan di akhir kalimatnya.

Rona merah tentu saja mulai menjalar di pipi tembam keduanya, walau dalam artian yang satu memerah karena malu akan perkataannya dan yang lainnya memerah lantaran menyadari perlakukannya yang kelewat kekanakan.

(Kalau kalian lupa, kalian memang masih anak-anak.)

Tawa pelan terdengar dari pria yang kini mulai berdiri sambil mengeluarkan senyum lebarnya. "Tidak apa-apa. Jangan khawatir aku ini kuat dan seharusnya aku yang meminta maaf sudah mengejutkan kalian tadi." Suara yang terkesan sedikit berat namun ceria bisa John dan Louis dengar, membuat keduanya sedikit banyak lebih tenang karena merasa benar pria itu tidak marah akan perlakuan mereka.

"Ah! Biar kami bantu menyusun barang bawaannya paman."

Baru saja pria berumur itu mau menghentikan mereka tapi sepertinya dirinya terlambat hingga matanya kini melihat bagaimana semangatnya kedua anak kecil yang baru ditemuinya itu menyusun kembali barangnya di keranjang seperti sebelumnya. Merasa tidak enak akhirnya sang pria itu memutuskan untuk sedikit membantu keduanya mengambil barang-barang kecil yang terlewat dari pandangan mereka.

Tak butuh waktu lama hingga semua barang si pria berkostum pastor itu telah tersusun kembali dalam tempatnya. Membuat senyum ceria yang sempat hilang kini kembali menghiasi wajah manis John dan Louis. Dengan semangat yang masih sama mereka segera menyerahkan keranjang penuh barang itu pada pria yang mengeluarkan tawa senangnya.

"Ahahaha, terima kasih anak muda. Kalau kalian tidak membantu mungkin kakek ini sudah terkena sakit pinggang untuk menganggkat barang-barang ini."

"Tidak, seharusnya kami yang meminta maaf karena sudah membuat anda seperti tadi."

"Hahaha, aku ini kuat, kalau hanya seperti itu, sangat tidak berarti apa-apa. Dan panggil saja aku Jack ya. Tidak perlu terlalu formal untuk kakek tua ini, hahaha."

Baik manik delima juga musim gugur itu saling menatap, mencari persetujuan dalam diam. Hingga hanya dalam waktu beberapa detik saja John serta Louis memutuskan untuk mengeluarkan senyum terbaik keduanya dan berbalik untuk mentap pria yang bernama Jack itu sambil berkata dengan riang, "baiklah, paman Jack."

"Hahaha, kalian selain kuat juga pintar ya."

"Jangan meremehkan kami, kakek. Begini-begini aku sabuk hitam di karate." Tepukan pelan dapat Louis rasakan juga acakan lembut pada rambut John yang kini menatap Louis sedikit panik karena merasa perkataan temannya itu sedikit kasar di depan seorang yang jauh lebih tua dengan mereka.

"Louis jangan berkata seperti itu. Kakek Jack juga maafkan Louis ya, dia memang kadang seperti itu."

"John diam saja. Aku hanya mengatakan kebenarannya."

"Tapi bisa lebih halus juga kan, Louis."

Jangan salahkan Jack jika dia ingin mengadopsi kedua anak kecil di depannya sesegera mungkin. Ditambah dengan membawa mereka ke rumahnya dan memberikan mereka makanan yang banyak hingga pipi keduanya mengembung lucu, serta jangan lupakan makanan manis yang akan mengotori mulut keduanya. Memakaikan keduanya baju lucu dan mungkin mendadani mereka sedikit dengan menggunakan wig.

(Seseorang tolong hentikan Jack melakukan semua itu.)

"Kakek?"

"Huh?! Ah- maaf aku jadi mengkhayal. Jadi kalian mengatakan apa tadi?"

Senyuman lebar bisa terlihat pada bibir kedua anak itu. Tangan keduanya bergerak ke atas sambil berkata dengan nada riang seperti biasanya,

"Trick or Treat?"

.

.

.

Jalanan mulai terlihat lebih ramai. Beberapa lampu hiasan yang tadinya masih redup kini terlihat sangat bercahaya, erang benderang memeriahkan suasana halloween di sektar sana. Beberapa kali bahkan terdengar irama lagu juga teriakan dan tawa yang menunjukan bagaimana bersemangat orang-orang di sana merayakan perayaan sekali setahun itu.

Ini bukan pertama kali mereka berdua mengikuti acara semacam ini. Namun rasanya tiap tahun, terlebih tahun ini entah kenapa rasanya berbeda, dalam artian perayaan tahun ini terasa lebih meriah dan ramai dibanding dengan yang sebelumnya. Rasa senang sudah tidak bisa digambarkan lagi oleh mereka. John dan Louis lebih dari bersyukur bisa mengikuti halloween tahun ini dan berharap bisa terus mengikutinya hingga tahun berikut-berikutnya.

Dan sama seperti anak-anak kebanyakan, keduanya dengan semangat mengunjungi rumah-rumah atau menghampiri orang-orang dalam acara itu sambil berceloteh ria dan tertawa senang. Ah- jangan lupakan kalimat ajaibnya,

"Trick or Treat?"

"Kalian benar-benar menggemaskan, ini treat-nya jadi jangan berika aku trick-nya ya."

"Tenang saja bibi, trick tidak akan datang karena treat-nya sangat banyak."

"Terima kasih untuk treat-nya bibi. Sampai jumpa lagi."

Lagi, mereka kembali menerima berbagai macam makanan manis yang langsung dimasukan dalam tas kecil yang sudah terlihat hampir penuh karena saking banyaknya. Senyum mereka semakin melebar sambil berjalan menyusuri kembali jalanan itu.

"Louis sepertinya kita sudah mendapat banyak permen. Bagaimana kalau kita kembali dan membagikannya pada kakak-kakak?"

"Baiklah sepertinya kita memang harus segera kembali untuk makan malam bersama." Tatapan mata berbinar louis arahkan pada John yang terlihat membalas dengan tatapan tidak sabarnya.

Kedua berbalik, berjalan menuju rumah milik Louis untuk menikmati sajian halloween yang telah disiapkan oleh kakak-kakak mereka. Sesekali bersenandung pelan, keduanya tidak melepaskan pegangan tangan mereka, sedikit takut jika terpisah dan mengingat petuah yang diberikan oleh kedua kakak tertua mereka yang mengetakan untuk saling bersama.

Tanpa sadar keduanya sudah melihat gerbang besar abertanda jika sebentar lagi mereka akan sampai ke tempat tujuannya. Hanya tinggal beberapa lankah dan akhirnya mereka bisa merasakan pie labu buatan kakak kedua Louis yang terkenal dengan kemanisannya. Hanya sedikit lagi dan mereka bisa-

"Boo-!"

"Ahhh!"

Teriakan terkejut keduanya terdengar sangat keras hingga mengejutkan oarang lain yang berada di sana. Dengan segera keduanya saling berpelukan, dimana John mendekap erat Louis sambil menatap awas sekitar tak lupa dengan tangan kecilnya yang mengusap pelan punggung bergetar milik sang teman karibnya. Louis yang kala itu masih merasa terkejut berusaha sekuatnya agar tidak menangis walau dapat terlihat jelas matanya yang sudah berkaca-kaca.

"L-Lou tenang sa-saja ya. A-ada aku di sini," Louis yang mendengar gumaman pelan itu bukannya semakin tenang malah semakin mengeratkan dekapan pada tubuh yang tidak jauh besar darinya.

"H-hiks- John yang te-tenang saja. Aku yang akan me-melindungimu," balasan pelan itu membuat keduanya saling merapatkan badan mereka sambil terus mengamati sekitar, berjaga-jaga -dalam artian mereka takut- jika pelaku 'penyerangan' mereka akan muncul kembali.

Hanya berjarak beberpa menit hingga suara langkah kaki terdengar nyaring mendekati keduanya. Mata mereka penjam dengan erat, begitu juga pelukan satu sama lain yang semakin kuat. Dalam hati keduanya berdoa agar masih bisa mencicipi kue di rumah mereka juga manisan yang susah panyah mereka cari seharian ini.

"Louis!/John!"

"Huaa! Jangan dekat-dekat." Rontaan mereka berikan saat dengan sedikit paksaan tubuh mereka ditarik oleh seseorang agar saling melepaskan pelukan mereka.

"Sshh- tidak apa-apa ini kami, Kak Albert, Kak William dan Kak Mycroft. Kalian jangan takut." Sontak mata keduanya langsung melebar dan berbalik ememluk orang yang baru saja datang itu.

"Kak Albert, Kak William, Kak Mycroft," dan suara pilu itu mau tidak mau membuat ketiga orang yang di sebut kakak oleh John dan Louis mengusap punggung keduanya dan tak lupa membisikan kalimat untuk menenangkan mereka.

Tidak butuh waktu yang lama hingga akhirnya getaran pada tubuh kedua anak kecil itu untuk berhenti, walau masih saja terdengar lirihan cegukan dari keduanya. "Kalian tidak apa-apa kan? Tidak ada yang luka kan?" Nada khawatir yang dilontarkan oleh William yang saat itu masih mengusap lembut rambut adiknya membuat mereka berdua sedikit merasa bersalah sudah membuat mereka khawatir dan terburu datang kemari.

"Tidak apa-apa, Kak. Kami baik-baik saja."

"Maaf Kak William, sudah membuat kalian semua khawatir."

Senyum kecil kini terlihat menggantikan raut panik yang dikeluarkan oleh ketiganya. Mana mungkin mereka tidak kahwatir akan keselamatan kedua adik lucu mereka kan?

(Sama, mereka memang harus dijaga baik-baik keselamatannya T_T)

"Tidak apa-apa, dan Sherly tidak ada pie labu untukmu sehabis ini ya."

"Ehhh?! kau tidak boleh curang seperti itu, Kak."

"Siapa suruh membuat John dan Louis ketakutan seperti itu."

Satu yang sepertinya terlewatkan oleh mereka saat semuanya berjalan balik menuju rumah yang penuh dengan aroma manis dari berbagai macam kue juga terlihat begitu cantik dengan banyaknya hiasan yang terpasang dimana-mana. Sebuah senyum manis dan gumaman pelan dari pemilik manik delima dan manik musim gugur yang memancarkan sinar jahil di sana.

"Ehehe, Trick or Treat?"

THE END

Terima kasih sudah mau mampir ('。• ᵕ •。') ♡
Don't forget to Like and Comment (ノ' з ')ノ

See ya!!!

Little corner dari social media mereka 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro