PART 17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PART 17

_Jati_

Untuk kesekian kali, Jati melirik ke sebelah kiri. Yasmin, obyek yang menjadi pusat perhatiannya sejak pulang dari klinik, duduk sambil menikmati coklat Hershey's nuggets. Yasmin mengaku sengaja membawa camilan coklat untuk membuat mood-nya tetap baik setelah terapi.

"Mau, Kak?" tawar Yasmin ketika mendapati Jati tengah memerhatikannya.

"Nggak. Silakan dilanjutkan makannya," jawab Jati.

"Kenapa sih dari tadi ngeliatin aku terus?"

Because you look innocent, pure, and beautiful.

"Penasaran saja."

"Penasaran soal apa?"

"Nggak. Nanti aja diomongin lagi."

"Kebiasaan deh, suka bikin penasaran," protes Yasmin. Puas ngemil beberapa bungkus coklat, Yasmin memasukkan kotak wadah coklat ke dalam tas.

Siang itu, Jati meluangkan waktu untuk menemani Yasmin menemui dokter. Benar-benar meluangkan waktu karena Jati memang sudah meniatkannya sejak kemarin. Hal itu dilakukan Jati sebagai bentuk dukungan yang lantas disambut Yasmin dengan riang. Berulangkali Yasmin bertanya, apakah Jati yakin untuk menemaninya. Atau apakah Jati tidak akan berubah pikiran.

Jati merasa tingkah Yasmin saat itu karena Yasmin berusaha menutupi rasa gugup sebelum bertemu dokter. Sesekali Jati menenangkan Yasmin, entah itu dengan menggenggam tangannya atau memberikan kata-kata penyemangat. Jati berharap kehadirannya di sisi Yasmin mampu menjadi pembeda dibandingkan ketika dia tidak berada di sana.

Sesuai appointment, hari itu dilakukan semacam konseling dan treatment ringan. Vaginismus yang dialami Yasmin merupakan sebuah kondisi medis di mana otot-otot organ vital wanita akan menegang secara tidak sadar ketika ada sesuatu benda yang mencoba masuk ke dalamnya, terkhusus pada saat penetrasi. Hal itu menjelaskan mengapa intercourse atau penyatuan tidak pernah berhasil. Keluhan yang dirasakan Yasmin adalah rasa sakit, sensasi seperti tersengat hingga perasaan sesak. Penyebab Vaginismus bisa berasal dari faktor emosional dan fisik. Dalam kasus yang dialami Yasmin, kondisi emosional dipicu rasa khawatir tidak bisa menyenangkan suami serta keinginan untuk segera melakukan intercourse tanpa foreplay yang cukup lama, serta faktor fisik yaitu lubrikasi vagina yang tidak mencukupi. Dokter menyarankan untuk tetap melakukan konseling, treatment latihan kontrol dasar panggul (pelvic floor relaxation) dan latihan penetrasi.

Setelah menjalani konseling sekitar sejam dan treatment dalam jangka waktu sedikit lebih lama, dokter memperbolehkan Yasmin untuk pulang. Appointment berikutnya akan dilakukan minggu depan yang berarti empat hari dari sekarang.

"Bu Yasmin bisa minta bantuan Pak Jati untuk latihan penetrasi. Bu Yasmin dulu, baru setelah itu Pak Jati. Caranya seperti ini ya, Bu. Pastikan tangannya bersih dan steril ya?"

Dokter kemudian memeragakan menggunakan gerakan jari dan ilustrasi gambar. Jati menyimak penjelasan dokter dengan baik sambil membayangkan bagaimana melakukannya nanti. Hal ini adalah hal yang asing baginya, jadi dia harus bisa secepatnya menyesuaikan diri.

"Pak Jati bisa membantu latihan penetrasi dengan jari untuk mengurangi sensitivitas di dalam vagina. Berikutnya kalau kondisi sudah membaik, dalam hal ini, Bu Yasmin sudah tidak lagi merasakan sakit, bisa dilanjutkan dengan penggunaan dilator. Dimohon bantuannya, ya Pak?"

"Oh, Iya. Dok. Baik."

"Yang terpenting, Bu Yasmin dan Pak Jati harus rileks satu sama lain. Jangan terburu-buru ketika melakukan hubungan seksual. Pelan-pelan saja latihannya, sabar, telaten, sampai akhirnya perlahan-lahan rasa sakitnya akan berkurang."

Jati menghela napas dalam-dalam.

Mereka selalu melakukannya dengan pelan-pelan dan hati-hati karena sama-sama belum berpengalaman. Jadi, sampai di sini, masih ada sedikit konflik dalam benak Jati. Apakah selama ini, cara yang dilakukannya salah atau sudah tepat. Atau caranya sudah tepat tetapi hanya butuh sedikit lebih sabar dan berhati-hati lagi. Saat menanyakan hal tersebut kepada dokter, dokter menjelaskan jika cara Jati memperlakukan Yasmin sudah tepat, hanya tinggal menyesuaikan hasil terapi Yasmin nantinya sebelum mulai melakukan intercourse lagi.

Jati masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dalam proses ini, sama seperti Yasmin.

Lalu sekarang, dokter memintanya untuk membantu Yasmin melakukan proses terapi.

Membantu dalam arti, terlibat langsung di dalamnya.

Bagaimana melakukannya tanpa merasa canggung?

"Kak, besok mau ke lokasi proyek?" tanya Yasmin.

"Mungkin. Tapi kalau kamu ada urusan dan butuh ditemani, saya bisa tunda dulu."

Salah satu keuntungan menjadi owner proyek adalah waktu kerja yang fleksibel. Mereka telah membayar mahal jasa kontraktor dan arsitek, jadi urusan yang ditangani oleh owner hanya melakukan pemantauan sekaligus pengawasan selama proyek berlangsung.

"Terapinya bisa sore ini sama besok pagi?"

Sore ini banget ya?

"Iya. Mm, bisa." Jati menjawab sambil menoleh kepada Yasmin.

Mendadak, pikirannya seperti beku.

He just can't imagine what is going to happen between him and Yasmin.

"Terapist-nya akan datang ke rumah, kan?"

"Iya." Yasmin mengangguk.

Jati semestinya sudah tahu hal itu saat mendengarkan penjelasan dokter. Pertanyaannya barusan hanya untuk berbasa-basi.

"Semoga semuanya berjalan lancar," kata Jati.

"Aamiin. Aku berharap banget bisa segera sembuh."

Ucapan Yasmin diaminkan Jati dalam hati.

Yasmin lalu bercerita kalau dia belum pernah mengalami sakit yang mengharuskan menjalani terapi. Yasmin terlahir sehat tanpa penyakit bawaan. Sakit demam atau pilek pun jarang. Makanya saat mengetahui dirinya mengidap Vaginismus, Yasmin sempat menolak kenyataan. Pikirannya mengatakan mungkin saja ada kekeliruan. Mungkin hanya asumsi. Mungkin saja diagnosa dokter salah. Namun lambat laun, Yasmin mulai menerima kenyataan setelah dokter memberikan penjelasan lengkap. Dokter Intan merupakan seorang dokter senior spesialis kandungan yang cukup terkenal karena pengalaman selama lebih dari dua puluh tahun. Yasmin seharusnya tidak perlu meragukan kapabilitas dokter tersebut.

Penyakit Vaginismus adalah penyakit yang cukup banyak diderita oleh perempuan. Sayangnya, masih banyak di antara perempuan yang belum familiar dengan penyakit tersebut. Banyak yang merasa kesakitan saat berhubungan seksual, dan menganggapnya sebagai hal biasa. Padahal jika dibiarkan berlarut-larut, kelainan tersebut bisa berdampak fatal terhadap perempuan, misalnya trauma setiap akan melakukan hubungan seksual. Atau perempuan bisa dianggap tidak ingin menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga.

Beruntung, Vaginismus yang diderita Yasmin masih berada pada level dua menuju tiga. Kemungkinan untuk sembuh lebih cepat dibandingkan penderita di level yang lebih tinggi yaitu level empat dan level lima.

Dalam keadaan seperti ini, Jati berjanji akan selalu mendampingi Yasmin sampai sembuh.

"Duluan aja, Yas." Jati memberitahu Yasmin untuk tidak menunggunya karena ponselnya berdering sejak tadi. dia perlu mengangkatnya sebelum turun dari mobil.

"Oke."

Jati melihat ponselnya sekilas setelah mesin mobil dimatikan dan melepaskan seatbelt.

Ada sebuah nomor baru yang tidak dikenalnya terpampang di screen.

***

_Yasmin_

Selama dua hari ini secara berturut-turut, Yasmin melakukan pelvic floor relaxation untuk membantu mengurangi ketegangan otot pada organ sensitifnya dibantu oleh terapist. Gerakan-gerakan yang dilakukan sedikit mirip gerakan yoga, namun menitikberatkan pada relaksasi di sekitar panggul.

Setiap sesi terapi itu pula, Jati selalu menemaninya, kendati Jati memilih menunggu di ruangan lain sampai Yasmin selesai melakukan relaksasi kemudian menghampirinya dan bertanya apa yang Yasmin butuhkan saat itu. Yasmin mengatakan apakah Jati bisa membantunya lagi. Yasmin tidak perlu menjelaskan lebih jauh, karena Jati telah memahami tugasnya.

Kemarin sore, saat pertamakali membantunya merangsang sensitivitas otot vagina, Jati terlihat ragu. Mereka bahkan tidak berani saling menatap satu sama lain sampai Yasmin memosisikan tubuhnya dalam posisi sesuai arahan dokter. Yasmin melakukannya terlebih dahulu dengan jarinya, kemudian meminta Jati untuk melakukannya juga.

"Rileks, Yas. Jangan tegang."

"Bukannya Kak Jati juga tegang?"

"Oke. We are in the same tension right now."

"Your eyes can't lie, Kak. Wanna have some ice cream to ease down?"

Yasmin memerhatikan Jati yang tengah tersenyum. Mungkin urat sarafnya yang tegang sedikit mengendur setelah percakapan singkat mereka. Bagaimana mungkin Yasmin bisa mengusulkan sesuatu seperti es krim di saat seperti ini? Entahlah, pikirannya terlalu random saat itu.

Sepertinya Yasmin memang membutuhkan satu pint es krim lagi untuk membantunya melewati menit-menit menegangkan bersama Jati. Rasanya aneh, tetapi dia harus membiasakan diri demi kesembuhannya.

Jati memulai rangsangan di bagian luar sebelum berpindah ke area yang tidak begitu dalam. Yasmin menyadari bahwa dia mulai menemukan batas aman. Rasanya masih nyaman, sedikit sakit, tetapi masih bisa ditoleransi oleh tubuhnya. Otot panggul serta kedua telapak kakinya menegang sekuat-kuatnya. Begitupun kedua telapak tangannya yang mengepal begitu kuat.

Bagaimana mungkin dia bisa merasa rileks di saat seperti ini?

Jati berhenti sejenak untuk menarik napas dan mengusap peluh di wajahnya.

It really isn't an easy thing.

Membuat tubuh dan pikiran rileks untuk suatu aktivitas yang menghadirkan sensasi yang bertolak belakang bagi tubuh, jelas bukan hal mudah. Mereka hanya harus membiasakan diri.

Setelah sekian lama, Jati kembali menghampiri tubuhnya.

Kali ini, gerakannya jarinya sedikit lebih ke dalam, semakin dalam, bertahan beberapa saat sebelum dikeluarkan. Dia akan bertanya beberapa pertanyaan seperti

"Kalau gini sakit?"

"Kamu ngomong ya kalau sakit?"

"Seperti ini?"

Dan Yasmin akan menjawab dengan anggukan dan jawaban singkat.

"Hmm. Sure."

"Nggak sakit."

"Sedikit nyeri."

Yasmin menahan rasa sakit, membuang napas kuat-kuat dan memberi tanda jika saat itu dia tidak bisa menoleransi rasa sakit yang dirasakan. Jati mengusap peluh di kening Yasmin dengan tangan kemudian mengecup pelipisnya.

"It's okay. It's okay. Maaf, Yas. Kamu baik-baik saja kan?"

"I'm okay. Don't worry."

"Yakin?"

"Yakin," angguk Yasmin pelan.

"I know you can do it, Yas."

"Ya. I know."

"Cepat sembuh."

"Thank you, Kak." Yasmin bisa merasakan senyum di wajahnya melebar.

Jati mengecup keningnya setelah latihan penetrasi jari selesai. Rasanya cukup melegakan karena Jati selalu memperlakukannya dengan lembut. Yasmin tersentuh dengan sikap Jati yang semakin menunjukkan perhatian. Termasuk membimbingnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, padahal Yasmin masih bisa berjalan sendiri tanpa bantuan.

Tidak salah jika Yasmin menyukai dan mengagumi Jati sejak dulu. Jati benar-benar suami idaman.

***

"Kak, teman-temanku mau datang ke rumah untuk makan siang bareng hari Minggu nanti. Aku ngusulin bikin acara suki and grill. Nanti ada steak juga."

Yasmin baru saja menerima telepon dari Ana yang mengingatkan soal rencana makan siang bersama. Katanya, Bian ada business trip ke Hongkong minggu depan. Dan mumpung jeda antara makan siang sebelumnya dengan rencana makan siang minggu ini juga tidak terlalu jauh jaraknya.

"Boleh."

"Kak Jati nggak ada janji makan di luar kan? Jadi harus ikutan."

"Nggak ada. Selama ini juga palingan makan siang di rumah mama kalau weekend. Nanti tinggal ditelepon saja ada acara di rumah ini."

Mama yang dimaksud oleh Jati adalah mama Anita.

"Mama Nita sama Papa Ricky diundang saja sekalian."

"Mau saya hubungi sekarang?" Jati beranjak untuk mengambil ponsel. "Kalau sungkan, sebaiknya nggak usah ngundang papa sama mama. Ini kan acara kamu sama teman-teman kamu?"

"Nggak apa-apa nggak diundang?"

"Nggak apa-apa. Biasanya mereka sudah ngerti kalau ada acara semacam itu."

Yasmin lalu menunggu Jati selesai menghubungi mamanya sebelum berbalasan chat lagi dengan Ana. Lalu chat dari Rafael pun menyusul. Rafael mengatakan kalau dia sudah menghubungi Bian tapi katanya, Bian akan datang kalau Yasmin sendiri yang mengundangnya.

Rafael : Masih ada nomornya kan, Yas?

Yasyas : Masih. Gaya bgt mesti gue yg ngundang

Rafael : Ya mestinya emang gitu. Katanya kan lo udah punya suami.

Yasyas : Apa bedanya sih gue atau lo yang ngundang?

Rafael : Bedaaa, Cantik. Bedaa!

Yasyas : Ya udh. Gue undang sekarang

Yasmin mengangkat sedikit wajahnya, melirik kepada Jati yang tengah duduk sambil membaca-baca majalah Arsitektur dan Desain Interior.

Apakah dia harus meminta approval dari Jati tentang siapa-siapa saja yang boleh dia undang?

Tapi Bian adalah sahabatnya, seharusnya Jati tidak akan keberatan. Malah justru lebih baik kan jika Jati lebih mengenal semua teman-teman terdekatnya?

Ana : Yas, gue bawa sepupu gue ya? Satu aja

Yasyas : Boleh banget dong

Rafael : udh diundang si Bian?

Yasyas : Iya, tunggu. Ini gue lagi ngetik. Rafael bawel L

Rafael : haha ditunggu, Princess

Selesai mengirim undangan makan siang ke nomor Bian, Yasmin memilih meletakkan ponselnya di atas meja, lalu ikut melihat ke majalah di pangkuan Jati.

"Konsep tropical modern memang cocok banget diterapin di vila," kata Yasmin sebelum Jati membalik halaman berikutnya. Halaman tersebut memuat gambar interior, dimulai dari ruang TV, kamar tidur, hingga dapur.

"Looks refreshing."

Konsep yang cukup kontras dengan rumah ini.

Rumah yang mereka tempati ini merupakan brand new house bergaya modern classic. Rumah dua lantai dengan eksterior dan interior yang didominasi warna putih, dan warna-warna netral seperti hitam dan abu-abu. Bangunan rumah berdiri di atas tanah berukuran luas, dilengkapi kolam renang berbentuk persegi di halaman belakang yang juga super luas. Sangat cocok untuk bersantai dan menggelar acara outdoor.

Berhubung rumah itu merupakan pemberian dari orang tua Jati dalam keadaan sudah full furnished dan perabot lengkap, mereka bisa langsung menempati rumah tersebut tanpa melakukan renovasi apapun.

"Jadi pengen liburan kan?"

"Ke mana?"

"Bali?"

"Kak Jati mau liburan di Bali?" Yasmin sudah siap kapanpun Jati ingin berlibur. Soal tempat tidak ada masalah, di manapun bisa. Asalkan mereka berlibur bersama.

Di Bali, masing-masing orangtua mereka memiliki vila. Seingat Yasmin, vila milik orangtua Jati berada di daerah Canggu. Bisa jadi, mereka akan menginap di sana.

"Nanti kalau proyek townhouse sudah selesai."

"Sehari dua hari kan bisa ngacir liburan ke mana gitu?" Yasmin lalu membayangkan obyek wisata terdekat.

Mereka bisa berlibur di sekitar Jakarta dalam waktu singkat. Ke Puncak, misalnya? Tapi Puncak selalu ramai di saat weekend. Siapa tahu saja Jati malah tidak betah berlibur di tempat yang terlalu ramai.

Atau Kepulauan Seribu. Gugusan kepulauan tersebut menyimpan potensi wisata yang tidak kalah dengan pulau Bali atau Lombok yang lebih dulu populer sebagai tujuan wisata. Pulau Ayer atau pulau Pramuka bisa menjadi alternatif pilihan tempat liburan.

"Gimana kalau ke Ragunan?"

Ragunan?

"Kak? Are you kidding me?"

Semoga saja Jati sedang bercanda. Karena kalau Jati beneran serius, entah apa yang ada di pikirannya.

"Ih, masa Ragunan? Emang aku anak kecil?" protes Yasmin.

Jati hanya tertawa sambil membalik lembaran majalah. "Kamu lucu, Yas. Lebih lucu dari anak kecil, apalagi dengan ekspresi wajah seperti itu."

Yasmin menyingkirkan helai rambut yang jatuh tergerai di pipi, menyibakkan ke punggung, kemudian menyandarkan kepala di bahu Jati. "Kalau sudah punya anak, baru liburannya ke Ragunan."

Kehadiran seorang anak tentunya akan semakin mewarnai hari-hari mereka sebagai sepasang suami istri. Suasana rumah akan terasa ramai oleh celotehan dan gelak tawa. Hidup mereka akan sempurna.

Peran Yasmin sebagai seorang istri akan lebih sempurna.

"Kamu mau liburan?"

"Mau banget. Terakhir liburan kan waktu bulan madu di Lombok."

Sejak menikah, Yasmin belum pernah lagi merasakan hari-hari santai di mana dia bisa bebas menikmati pemandangan alam, entah itu keindahan pantai, gunung, berbelanja suvenir, atau mencicipi makanan khas daerah tertentu. Membuat dokumentasi pribadi untuk bahan feed dan story Instagram. Ya, semacam itulah. Melakukan hal-hal yang lumrah dilakukan oleh wisatawan ketika mengunjungi suatu tempat.

"Kamu mau liburan ke mana?"

"Santorini." Tanpa ragu, Yasmin menyebutkan tempat itu. Santorini sudah tersohor sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Tempat itu terkenal karena keindahan dan keunikannya. Santorini merupakan sebuah pulau vulkanik di Yunani. Memiliki kontur berupa pantai di daerah landai, serta tebing, tempat deretan bangunan-bangunan yang didominasi warna putih. Pesona keindahan Santorini akan sangat terlihat jelas di malam hari, ketika cahaya lampu kekuningan mulai terpancar dari tiap-tiap bangunan putih. Memberikan kesan indah, megah, dan romantis.

Sebelum malam resepsi, orangtua Jati telah menyiapkan kejutan berupa paket bulan madu ke Lombok selama empat hari tiga malam. Hadiah yang tentu saja tidak akan mereka tolak karena Lombok juga tidak kalah indah dibandingkan tempat bulan madu lainnya. It's beautiful in its on way. Yasmin tidak bisa membandingkannya dengan Santorini, karena keduanya memiliki eksotisme yang berbeda. Lokasi wisata berbeda, suasana berbeda, namun sama-sama menjanjikan romantisme yang memanjakan pasangan pengantin baru.

Mereka tidak sempat berbulan madu di Santorini karena sepulang dari Lombok, Jati langsung disibukkan dengan proyek townhouse. Jadi, hingga hari ini tidak ada tambahan jatah bulan madu ke Santorini sekalipun Yasmin masih memiliki obsesi berlibur di sana bersama Jati.

Digamitnya tangan Jati. "Ya, ya? Mau ya, Kak? Nggak perlu nunggu proyek townhouse selesai. Kan ada Mas Yasa? Satu sampai dua minggu juga nggak masalah. Abis dari Santorini, kita lanjut ke US."

"Nggak bisa gitu, Yas. Saya udah janji akan bertanggungjawab penuh terhadap proyek ini. Saya nggak akan kemana-mana sampai proyek itu selesai," tolak Jati dengan halus.

Yasmin membuang napas pasrah. Dia sudah mengira jawaban Jati akan seperti itu. Tidak ada salahnya mencoba, bukan? Namanya juga usaha.

"Ya udah kalo nggak bisa. Puncak aja, gimana? Berangkatnya hari Senin atau weekdays lainnya biar nggak rame."

***

Sepertinya udah setengah jalan nih cerita, soalnya aku target selesai di 60.000++ words, dan sekarang udah sampai 31.000 sekian. Tapi nggak tau nanti, soalnya konflik baru akan muncul di PART 18. 

Terus dukung cerita ini sampai ending. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro