Padmasana - Lima

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

selamat membaca...


•••
Padmasana 5 - Andika Danuamarta
•••

https://www.youtube.com/watch?v=FZjk56FfdJY

Play List - Cinta Karena Cinta [Judika]
•••

"Tuan, hari ini ada jadwal ke Yayasan Mitra Rahardja. Pukul 15.00 acaranya dimulai, bertepatan dengan waktu minum teh di sore hari," Andika, sekretaris Zayn. Sesungguhnya Zayn masih ingin beristirahat saja, beberapa hari mengurus Kakek di rumah sakit membuatnya lelah lahir batin. Bukan karena kakek rewel dengan keadaannya, tetapi memang raganya terkuras untuk menahan setiap gejolak aroma yang ia hirup selama di rumah sakit.

Pak Bondan menawarkan untuk merawat kakek, tetapi Zayn tetap tidak rela. Pakdhe Satya dan Bulik Ning pun tak lepas menawarinya, tetapi kakek yang menolak. Kakek beralasan tidak mau mengganggu kegiatan pakde dan bulik yang padat. Mau tidak mau Zayn sendiri yang harus turun tangan untuk merawat kakek, dibanti dengan kehadiran Pak Bondan di samping mereka. Sedikit banyak membantu Zayn dalam pengawasan.

Kemarin kakek akhirnya dibolehkan pulang oleh dokter Aris, tetapi sementara tidak boleh beraktivitas yang berat. Apalagi terjun untuk mengurus perusahaan. Sangat tidak dianjurkan. Akhirnya, semuanya dilimpahkan kepada Zayn. Termasuk dengan menghadiri acara minum teh bersama di Yayasan Mitra Raharja. Yayasan yang selama 5 tahun sudah bekerjasama dengan Dua Angsa ini memang rutin mengadakan jamuan teh bersama tiap bulan.

Terletak di Magelang, perjalanan yang ditempuh pun lumayan dari Solo. "Kamu bisa menemaniku ke sana, Dik? Enggak sanggup kalau aku harus nyetir sendiri." Ucap Zayn membalas.

"Jika Tuan meminta, saya akan selalu ada." Jawabnya. Zayn kurang sreg dengan panggilan "tuan", dia lebih suka dipanggil mas atau nama saja. Berasa super power dengan panggilan "tuan" itu. "Boleh aku minta kamu panggil aku "mas" atau Zayn saja? Telingaku sakit saat mendengar nama "tuan" keluar dari mulutmu," cakapnya.

Sebenarnya dari segi umur, Zayn dan Andika hanya terpaut 2 tahun saja. Seharusnya mereka mudah akrab jika embel-embel itu tidak mengikuti Zayn. Oleh karenanya, Zayn selalu meminta kepada bawahannya untuk memanggil dirinya dengan sebutan "mas" alih-alih "tuan" ataupun "pak". Sungguh tidak enak didengar.

"Baiklah jika tuan eh Mas Zayn yang minta, saya hanya mengikuti instruksi dari Pak Bondan saja." Jawab Andika. "Kalau begitu, saya permisi dulu untuk menyiapkan segala keperluannya." Pamit Andika.

Tanpa Zayn jawab, Andika sudah mundur dari hadapan Zayn. Kembali ke ruangannya yang berada di depan ruangan Zayn yang serba nyaman.

Ruang kerja Zayn terletak di lantai 10, lantai teratas dari gedung Dua Angsa Tea & Leaf Corporation. Menggunakan design modern dengan sentuhan klasik dari furniture yang digunakannya. Lantai parquet yang dialasi dengan karpet bulu tebal, guna meredam langkah bising yang sering muncul saat ada perempuan yang bertandang ke meja kerjanya. Aroma lembut dari lavender dan kayu cendana menguar begitu memasuki ruang kerja Zayn. Meja kerja yang terbuat dari kayu jati tua nan kokoh membelakangi pemandangan jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Solo yang sedikit hijau.

Terletak di Jalan dr. Moewardi, Dua Angsa Tea & Leaf Corporation memiliki area yang hijau nan asri. Meski berada sedikit di tengah kota, namun Pak WiWi selalu menerapkan lingkungan yang hijau. Agar kualitas udara yang tercipta bisa menyehatkan paru-paru\. Khususnya bagi Zayn yang sangat peka akan debu dan aroma yang begitu halus.

Bahkan di ruangan Zayn ada sebuah bonsai pohon asem yang berusia puluhan tahun. Sejak kecil Zayn sangat menyukai tanaman ini. Saat pertama dia diajak oleh Pak WiWi ke p erusahaan, Zayn sudah menunjukkan minatnya terhadap pohon ini. Dan begitu ia bergabung dengan Dua Angsa 2 tahun yang lalu, pohon bonsai dipindahkan ke ruangannya.

Berada di sudut terjauh dari meja kerja Zayn, tanaman ini menjadi vocal point dari ruangan Zayn. Setiap ada tamu yang masuk ke ruangannya, pasti akan melirik dan tertarik dengan bonsai pohon asam itu. Sepintas biasa saja, namun bagi mata yang tahu akan jiwa seni, melihat bonsai dari pohon asam milik Zayn akan tertarik. Jarang ditemui pohon asam dengan usia lebih dari 10 tahun yang berhasil di bonsai dengan sangat apik. Kalaupun berjumpa, pasti harganya sudah selangit. Namun bagi Zayn, tidak ada yang mustahil.

Selain untuk keindahan, keberadan bonsai pohon asam juga bisa menambah kadar oksigen di dalam ruangan. Membuat hidung Zayn yang sensitif bisa sedikit bernapas lega.

Pukul 12 siang, waktunya mengisi perut yang sedari tadi sudah meronta. Biassnya Zayn akan langsung kembali ke apartemen selepas makan siang. Untuk mengiistirahatakan indera penciumannya yang seharian sudah berkutat dengan berbagai macam aroma. Khusus untuk hari ini, hal itu tidak bisa. Ada kegiatan yang harus ia hadiri. Zayn menekan angka di interklomnya, menghubungi Dika. "Kita berangkat sekarang saja, sekalian makan siang di jalan." Pintanya kepada Dika.

"15 menit lagi, ya Mas. Sampel yang harus dibawa belum saya terima," pinta Dika. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap kali Dua Angsa diundang untuk menghadiri acara minum teh bersama, mereka akan membawakan sampel terbaik dari perusahaan.

"Bawa saja early grey, chamomile, lemon grass, dan madu. Akan aku racikan sendiri nanti."

"Baik, Mas. Akan saya sampaikan segera ke pihak produksi."

Segera setelah sambungan ditutup, Zayn merapikan meja kerjanya. Batik yang ia kenakan hari ini bercorak muda sekali. Mari kita lihat, apakah ada cadangan batik lain yang lebih pas untuk dipakai saat menghadiri jamuan teh bersama.

Zayn mengobrak-abrik lemari kecil yang terletak di mini bed room ruang kerjanya. Selalu Zayn menyiapkan beberapa setel pakaian resmi dan santai untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada keperluan mendadak. Seperti saat ini misalnya. Beruntung ada satu batik model parang berwarna coklat dengan perpaduan merah yang cocok untuk ia kenakan. Tidak terlalu santai namun kesan formal masih bisa di dapat karena lengan panjang dari batik yang ia kenakan.

Zayn sangat suka dengan batik. Baginya, batik adalah jiwa yang menyatu dalam aliran darahnya. Sejak kecil Zayn suidah dibiasakan oleh kakek untuk mengenakan kain batik dalam setiap acara yang mereka hadiri. Hingga pada akhirnya jiwa itu menurun kepada Zayn. Meski saat menghadiri rapat di kantor Zayn harus memakai setelan 3 lapis, batik selalu menjadi pilihannya untuk menggantikan atasn polos lengan panjang. Meski begitu, kesan maskulin semakin terpancar kuat dari dalam dirinya. Maklum saja, Zayn adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Boleh lah, ya, sedikit berbangga diri. Bukan congkak.

Setelah berganti pakaian dengan yang baru ia pilih, Zayn segera ke luar ruangan. Ternyata Andika juga sudah selesai dengan sampel teh yang harus mereka bawa. "Saya bawa 6 kantong 250 gr dan 2 botol madu, Mas. Apa perlu saya bawa tambahan lagi untuk berjaga-jaga?" tanya Dika begitu melihat Zayn keluar dari ruangannya.

"Madunya saja kamu bawa 5 botol. Sekalin untuk dikonsumsi para penghuni yayasan. Untuk menjaga tubuh mereka tetap fit di tengah pandemi ini." Ucapnya membalas pertanyaan Andika.

"Baiklah. Masker cadangan juga sudah saya siapkan. Beberapa botol hand sanitizer ukuran 100 ml sudah tersedia juga. Lengkap di kardus yang baru saja saya minta untuk disipakan di lobby kantor.

"Terima kasih,"

"Saya permisi ambil tambahan madu terlebih dahulu."

Zayn mengangguk dan mereka berjalan terpisah. Zayn lebih suka naik elevator alih-alih lift. Ia bisa melihat aktivitas dari para karyawannya di berbagai divisi. Dan juga sekalian olah raga ringan dengan berjalan kaki untuk menuju elevator berikutnya. Karena di Dua Angsa, elevator dibuat silang di tiap lantai. Jika di lantai 1 elevator naik berada di sebelah kiri, maka di lantai 2 elevator naik akan berada di sebelah kanan. Hal ini bertujuan untuk dapat memantau setiap karyawan. Dan juga sekalian mengakrabkan diri dengan mereka. Zayn dan Pak WiWi tidak ingin ada karyawan yang tidak mengenal atasannya. Oleh sebab itu dibuatlah sistem elevator yang silang ini. Namun apabila dalam keadaan mendesak, maka mereka akan menggunakan lift untuk aktivitas. 

10 menit perjalanan dari lantai 10 ke lobby, lumayan menguras tenaga. Namun juga Zayn bisa melihat antusiasme dari setiap karyawan yang ia jumpai. Meski jam istirahat sudah lewat 15 menit yang lalu, tetapi beberapa dari mereka masih terlihat serius dengan pekerjaan. Kadang Zayn bisa marah jika melihat karyawannya seperti ini. Boleh saja kerja keras, tetapi jangan lupakan bahwa tubuh juga butuh istirahat. Bagaimana mereka bisa menghasilkan sesuatu yang lebih jika kondisi tubuh mereka sendiri tak pernah mereka perhatikan?

Meski tak jarang Zayn menerima hasil yang luar biasa, tetapi tetap saja Zayn tak pernah suka jika karyawan abai dengan diri mereka sendiri. Kadang Zayn berpikir, apakah gaji yang diberikan oleh perusahaan tidak cukup untuk mebiayai kebutuhan mereka hingga mereka bekerja sedemikian keras? Jika ditilik kembali, Dua Angsa termasuk perusahaan yang loyal. Gaji para karyawannya tak kurang dari 2,7 juta/bulannya. Bahkan jauh melebihi UMR kota. Itu gaji dari karyawan biasa tanpa tambahan lembur. Karena Pak WiWi selalu mengutamakan kesejahteraan karyawan alih-alih memikirkan untung saja.

Kakek selalu menegaskan bahwa jika karyawan bahagia dan sejahtera, maka mereka akan memberikan lebih terhadap kita tanpa kita minta. Memang benar selama ini para karyawan sangat loyal dengan perusahaan. Hingga abai dengan diri mereka sendiri. Jika terus terjadi seperti ini, apakah perlu diganti sitemnya? Boleh juga untuk dipertimbangkan. Pikirnya.

Sampai di lobby, ia sudah disambut dengan SUV hitamnya beserta Andika yang sudah duduk manis di kursi kemudi. Santai, pikirnya. Karena masih 2 jam lebih untuk sampai di Magelang. Jika perjalanan via Salatiga, mereka akan lebih cepat sampai alih-alih lewat Yogyakarta.

Zayn segera naik ke kursi penumpang dan duduk dengan nyaman. Setelah memastikan atasannya duduk nyaman dan meneliti kembali setiap barang yang harus dibawa sudah aman, Andika mengemudikan mobil kesayangan Zayn menuju ke Magelang.

"Lewat Salatiga saja, ya. Sebelumnya kita makan di warung biasa. Pengen yang seger," ucap Zayn memberi instruksi.

"Baik, Mas. Sekartang istirahat saja dulu, nanti akan saya bangunkan saat sudah tiba." Jawab Andika.

"Baiklah jika kamu memaksa," timpalnya dengan senyum miring khas Zayn saat sedang senang.

"Tadi Pak Bagas, pemilik yayasan menelepon kalau hari ini ia akan datang dengan putrinya yang baru saja pulang dari Jerman. Dengar-dengar putrinya itu cantik dan pintar, lho, Mas. Lulusan luar negeri pasca sarjana. Saya saja kalau tidak mengingat posisi saya, sudah pasti saya kejar sampai dapat." Kata Andika kepada Zayn. Karena melihat Zayn yang masih sibuk dengan pemandangan di luar jendela.

"Kenapa dengan posisimu? Apa perlu kita tukar tempat sebentar agar kamu bisa mendapatkannya?" tawar Zayn menggoda.

"Eh, saya tidak berani, Mas. Sesuatu yang dimulai dengan kebohongan akan berakhir dengan sadis. Lebih baik apa adanya daripada harus berdusta," jawab Andika bijak.

"Tumben sekali enggak ngegas. Biasanya kalau ada yang bening, kamu nomor satu."

"Ah, Mas Zayn ini jangan suka ungkit masa lalu, deh. Kan saya jadi mau,"

"Gundulmu," timpal Zayn tak mau kalah.

Andika 2 tahun lebih muda dari Zayn. Tak heran jika interaksi mereka sering absurd. Dan mereka juga kompak sebagai atasan dan bawahan. Sering Zayn minta pada Andika untuk ditemani ke luar. Sekadar hang out bareng kala CD tak bisa diajak. Masih ingat dengan panggilan ini? Ya, itu dia. Candrakumara Dananjaya. Nama yang apabila Zayn menyebutkannya bisa membuat lidah keseleo.

"Sudahlah, aku mau tidur dulu seperti saranmu. Tolong aromatherapynya diganti lavender."

"Siap,"

Begitu saja Zayn terlelap. Dari balik kaca spion tengah, Andika memperhatikan atasannya ini dengan wajah kagum dan bangga. Meski dengan keunikan sejak lahir, tetapi Zayn tidak pernah mengeluh. Meski hidung sering tersiksa, tapi ia tak pernah berduka. Entah jika itu semua Zayn lakukan di belakangnya. Setidaknya, setiap kali mereka bersua, Zayn akan selalu bahagia.

Tetaplah seperti ini, agar dunia tak semena-mena.


Batik yang dipake oleh Zayn

Cakep, tak? 😍😍

*early grey adalah teh varian yang berasal dr Inggris. Versi Indonesia, early grey terbuat dari campuran daun teh hitam, bergamot dan rempah khas Indonesia. Biasanya dinikmati saat pagi atau sore hari, aroma dari early grey sangat menenangkan. Favorit banget dengan varian ini. Coba, deh😍

Terima kasih sudah membaca dan memberi dukungan kepada Padmasana Anung.
Minggu ini PA berada di Top 5 event Hunter Sprint. Sebenernya ga pernah mau di posisi ini. Karena jiwa konsistensiku suka sembunyi. Tapi, aku bersyukur ada di Top 5. Memacuku utk terus produktif dan memperbaiki seni menulisku.

Salam cinta dari Zayn dan Andika.

Love,
Jurnallin.

2 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro