{ 2 | m a t i g a y a }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt 2:
Buat karya yang diawali dengan kata-kata, "Dia mengubah nasib dengan jarinya ...."

── * ‹ ° . . ° › * ──

Dia mengubah nasib dengan jarinya. Tinggal pencet-pencet, dapat uang. Ambil gambar, buka Instagram, ketik caption, post, jadi cuan.

Awalnya siapa yang mengenal Nadin Arsyana? Cuma salah satu dari sekian cewek yang suka kabur ke kantin waktu keputrian, prestasi tertingginya cuma juara lomba memasukkan paku ke dalam botol waktu SD. Tapi syukurlah dia terlahir dari pasangan suami istri yang mempunyai kesamaan, ayah dan ibunya adalah most wanted pada zamannya, jadi ya ... beruntung dia punya gen yang bagus.

Bertekad menjadi rebutan seperti orang tuanya, Nadin mulai dekat-dekat dengan orang-orang populer di sekolahnya saat SMA. Lama-lama satu-dua kakak kelas mulai berniat PDKT. Tak lupa dia juga bergaul dengan anak-anak dari sekolah lain. Jadilah tiap posting-annya dibanjiri ribuan likes dan ratusan komentar.

Awal mula followers-nya naik drastis hingga mencapai sepuluh ribuan adalah ketika ia berpacaran dengan artis TikTok. Hubungan mereka cuma bertahan selama enam bulan, tapi popularitasnya tak menurun. Turun, sih, sedikit, tapi itu sudah membuatnya gila.

Likes turun, panik, followers turun, stres, itulah kehidupan selebgram—mungkin cuma Nadin yang segitunya. Seperti saat ini ....

"AAAAA!!!" Teriakannya yang melengking serupa ketel mendidih membuat anggota keluarganya menoleh sejenak, lantas langsung bisa menyimpulkan apa permasalahannya.

Cewek berumur tujuh belas tahun itu langsung menutup mulutnya dan mengerlingkan bola matanya ke segala arah.

"Kok bisa ...," ujarnya dengan suara pelan, "padahal terakhir posting selfie dapet sepuluh ribu lebih loh."

"Ini udah dua puluh dua jam ... masih lima ribu." Dia terus menggerutu, dan seharian itu dia cuma kepikiran berapa banyak followers-nya yang sudah tidak aktif, yang mungkin saja membuat para pemilik online shop enggan mengirimkan barang endorse jika hal itu terjadi.

Oke, kembali ke realita, kali ini dia tengah makan malam bersama keluarganya. Di atas meja makan itu ada tiga orang, ayah, ibu, dan anak. Belum ada obrolan asyik yang tercipta sejauh ini, dan Nadin sama sekali tak keberatan selama di genggamannya masih ada ponsel keluaran terbaru yang jadi kado ulang tahun ketujuh belasnya bulan lalu.

Ada penyesalan di benak orang tuanya karena hadiah yang mereka berikan itu makin menjauhkan mereka dari putri mereka. Maka pasangan suami-istri itu menyusun rencana yang akan kembali mendekatkan mereka pada anak gadis mereka.

"Nadin," panggil papanya.

Gerakan Nadin yang tengah menyendok nasi terhenti sejenak. "Apa?"

"Rencananya besok Sabtu kita mau jalan-jalan ke alam," ujar pria itu.

Dahi anak remajanya itu mengernyit. "Ke alam?"

"Iya, ke hutan, jalan ke air terjun, naik gunung," jelas ibunya.

"Oh, oke, kayaknya seru," tanggap Nadin.

Lalu ia menyadari satu hal. "K- ke alam?"

Orang tuanya serempak mengangguk dengan senyum merekah. Berbeda jauh dengan anak gadis mereka yang kini menampakkan wajah tegang, cemas, disertai kaki yang lemas.

Gimana kalau nggak ada sinyal? Aduh, duniaku runtuh.

── * ‹ ° . . ° › * ──

Saya kembali membawa hasil ketikan yang tak kalah absurd lainnya. Bahkan ini lebih lebih absurd lagi dari yang sebelumnya .-.

Selasa, 2 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro