11. Tidak Perlu Ahli di Setiap Bidang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Serangan terus dilancarkan, Understeel mati-matian bertahan. Wu Lao mulai kehilangan tenaga dan kehabisan napas, sementara Baha masih terus menyerang tanpa mengurangi tempo.

"Pertarungan ini benar-benar mengadu daya tahan, aku penasaran siapa yang memiliki daya tahan paling tinggi." Kapten Gus masih menebak siapa di antara ketiga orang itu yang memiliki daya tahan paling tinggi.

Understeel yang melihat Wu Lao beristirahat langsung menyerang tanpa peduli dengan keberadaan Baha, dia lebih memprioritaskan mengurangi jumlah lawannya. Wu Lao sontak melompat untuk memperlebar jarak, Baha mengejar Understeel dari belakang.

Wu Lao mundur lebih jauh sehingga Understeel tidak bisa lagi mengejarnya, kali ini hanya ada Baha yang berhadapan dengannya.

"Baha aku minta maaf, tetapi, kau harus berakhir di sini." Understeel sudah sangat siap untuk menjatuhkannya.

Kepercayaan diri Understeel bukan tidak berdasar, dia sangat yakin bahwa kekuatannya cukup untuk menjatuhkan Baha. Mengingat rekor setiap pertarungannya melawan Baha, dia tidak pernah sekalipun kalah.

"Haah ... haaah .... Kita lihat saja!" Baha langsung menyerang tanpa ancang-ancang, Understeel yang belum siap sontak terkejut dibuatnya.

Baha maju dan menusukkan pedangnya dengan kecepatan tinggi, Understeel yang sempat kehilangan momentum berusaha lebih keras untuk menyamai kecepatan tusukan Baha. Alhasil, dia berhasil menangkis pedang Baha, dengan harga semua tenaganya terkuras saat itu juga.

Tidak berhenti sampai disitu, Baha langsung menyerangnya bertubi-tubi dengan pedangnya. Gerakan menusuk yang diperagakan Baha bukanlah sesuatu hal yang mudah ditangkis oleh sebilah pedang, Understeel tidak bisa memblokir semua serangan tersebut.

Beruntung Baha hanya meningkatkan kecepatannya dalam teknik pedangnya barusan, jikalau dia meningkatkan kekuatan dalam permainan pedangnya tadi, tubuh Understeel pasti sudah menjadi daging cincang.

Luka yang dialami Understeel tidaklah dalam, namun sangat menyakitkan karena lukanya hampir tersebar di seluruh badannya. Understeel terkapar di tanah, tenaganya benar-benar habis terkuras.

Baha berdiri di depan Understeel, dengan pedang yang dia tancapkan di tanah untuk menopang tubuhnya yang sama lemasnya.

Understeel tersenyum melihat sosok Baha. "Darimana tenaga yang kau dapatkan tadi?"

"Zzzzzzzz..." Baha tertidur, dagunya tertopang pada pegangan pedangnya, tubuhnya terkulai lemas.

Understeel hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia sangat kaget sekaligus bingung.

Fuuuuttt!

Siulan kembali berbunyi, tanda permainan telah selesai. Para gadis membawa keranjang dengan wajah gembira, sementara Wu Lao menyeret keranjang dengan lemas. Tenaganya sudah habis, sampai pada titik dia sudah tidak bisa mengangkat tangannya ke atas.

Flasson kembali dengan pincang dan penuh noda tanah, Understeel kembali sembari membopong Baha yang tengah tertidur pulas.

Kapten Gus hanya tertawa melihat anak buahnya itu. Semua orang terkejut melihat penampilan Understeel yang babak belur berdarah-darah, mereka mengerumuninya. Kapten Gus langsung menyuruh semua orang untuk menepi karena dia ingin memeriksa kondisi Understeel.

Setelah memastikan bahwa tidak ada luka yang fatal, dia memberi Understeel sebuah pil berwarna hijau tua berbau rumput. Kapten Gus mendorong Understeel untuk segera menelannya, karena lukanya harus dihentikan pendarahannya.

Dia langsung bersandar di bawah sebuah pohon karena sudah lemas dan lelah, semua orang juga melakukan hal yang sama. Kapten Gus langsung memeriksa kaki Flasson yang terkilir, dengan kemampuannya, kaki Flasson yang terkilir langsung dibenarkan ke posisi semula.

"AAHHHHH!" Dia menjerit karena gerakan yang tiba-tiba dari Kapten Gus, kakinya yang terkilir sudah menjadi lebih baik, meski bagian tendonnya masih terasa sedikit tidak nyaman.

Di tempat lain, Wu Lao mencari tempat yang sunyi dan hening untuk segera bermeditasi, dengan bermeditasi, dia dapat dengan mudah mengembalikan tenaganya, sekaligus menghilangkan semua kepenatan.

Para gadis yang tidak terlalu kelelahan segera membuat api untuk persiapan makan siang, rencananya mereka akan membuat sup dari sayuran yang sempat mereka temukan di hutan ini.

Kapten Gus kembali memeriksa Understeel. "Bagaimana kondisimu, apa sudah membaik?"

"Ya kapten, setindaknya tidak ada pendarahan lagi, aku perlu banyak istirahat untuk menghilangkan semua bekas luka ini."

Kapten Gus dan Understeel saling berbincang, Understeel memberi tahu Kapten Gus perihal keluh kesah yang dia alami. Dia merasa bahwa kemampuan dan teknik berpedangnya masih harus terus diasah, dia terganggu dengan banyaknya bakat di sekitarnya.

Flasson dengan kecepatannya, Baha dengan daya tahannya, Wu Lao dengan kecepatan regenerasinya, Nalulu dengan daya hancurnya, Filly dengan kelincahannya, dan Ruby dengan keterampilannya.

Menyamakan kemampuannya dengan semua orang membuat dia menjadi terbebani dengan semua itu, dia merasa tidak berdaya.

"Hahaha! Sangat bagus kau bisa melihat kemampuan rekan-rekanmu, tetapi ada satu hal yang harus kau tahu. Kau tidak harus sempurna dalam segala hal."

"Kapten Gus, aku yang terkuat di desa. Aku punya kewajiban untuk menjadi kuat dalam segala aspek, dan bertanggung jawab dengan apa yang disematkan orang-orang terhadapku sebagai orang terkuat!"

"Perspektif yang kau lihat salah, jangan terbawa dengan mudah oleh perkataan orang lain sehingga dirimu menjadi terbebani. Kau memanglah yang terkuat di desa itu, terkuat dalam artian yang paling sulit untuk dikalahkan dalam kondisi berduel. Ingat satu hal, ada begitu banyak bakat dan kemampuan super yang ada di sekitar kita tanpa disadari. Aku ingin kau menyikapi semua hal dengan perlahan, jangan tergesa-gesa seperti ini, berusahalah sesuai dengan batas yang kau punya. Jangan pernah berbangga diri, meski kau adalah muridku yang terkuat."

Kapten Gus menepuk kepala Understeel, dia tersenyum tipis. Sepertinya dia terlalu banyak berpikir sehingga tidak bisa berpikir rasional, memang dia yang terkuat, namun jangan sampai terlena akannya.

Sepertinya dia mulai menerima masukan Kapten Gus, dia tidak harus mendengarkan semua perkataan orang lain. Dia memang yang terkuat diantara mereka, tetapi dia bukanlah yang tercepat seperti flasson, intinya setiap orang punya kemampuannya masing-masing dalam suatu bidang.

* * * *

Sinar rembulan menyinari kuil kuno yang kondisinya sudah hampir roboh, dindingnya sendiri telah penuh dengan lumut dan sulur yang hampir menutupi seluruh area bangunan itu.

Sarang burung di langit-langit, lantai batu yang sudah mengelupas dan hancur, banyaknya batu bata yang hilang dimakan usia menjadi poin yang menambah kesan horror pada kuil tua ini.

Jika diperhatikan lebih teliti, jalan masuk kuil ini sangat berbeda dengan bagian yang lain. Tampak banyak jejak kaki yang membekas di lantai, meski sangat tipis, namun di lain sisi menjadi sangat aneh mengingat kuil ini adalah kuil kuno.

Dalam lorong-lorong yang gelap itu, terdapat sebuah ruangan yang disinari oleh cahaya pelita. Terlihat seorang pria dengan jubah hitam kelam dengan topi kerucut bersimbol aneh.

Wajahnya benar-benar tertutupi oleh bayangan, memberi kesan gelap dan menakutkan. Di depannya terdapat sebuah bak mandi dari logam berbentuk setengah lingkaran, yang di bawahnya terdapat tungku yang membara dengan api panas.

Di dalam bak mandi tersebut, tertidur seorang gadis desa yang pakaiannya telah dilucuti, dia bersandar di sana tanpa sehelai benang pun. Dari udara hampa, air tiba-tiba muncul dari dasar bak mandi, merendamnya sampai bagian lehernya.

Air berwarna hitam yang beraroma busuk, selang beberapa waktu, timbul buih dan gelembung. Pria berjubah hitam tersebut menggigit jarinya, darahnya dia teteskan ke dalam bak mandi tersebut.

Tidak sampai disitu, dia mulai menari dan membacakan sebuah mantra penuh aliran magis. Sembari memegang tongkat yang diujungnya terdapat bel kecil yang berdenting terus menerus, dia praktis sedang melakukan sebuah ritual.

Gadis itu pun terbangun, melihat kondisinya sekarang, dia langsung berteriak histeris. Suaranya bergema ke seluruh kuil, sampai terdengar oleh orang yang lewat di depan kuil kuno tersebut.

Orang-orang yang mendengar suara lengkingan itu percaya, bahwa itu adalah roh yang terjebak di kuil tersebut selama ratusan tahun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro