5. Sahabat Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dilihat dari sudut pandangnya saat ini, terlihat pepohonan rindang yang berjarak agak longgar dari satu pohon ke pohon lainnya. Di permukaan tanah tampak rerumputan yang tumbuh sepanjang betis orang dewasa, beratapkan langit biru azure yang memesona.

Sudah setengah jam mereka berjalan menuju selatan, mengarah ke sebuah gua yang sudah lama terbengkalai. Gua itu adalah bekas peninggalan leluhur penduduk desa, dulunya, para leluhur diceritakan tinggal dan menetap di dalam tanah. Entah apa maksud dan tujuannya, namun para penduduk desa percaya tujuan leluhur untuk tinggal di dalam tanah, adalah melakukan sebuah ritual untuk pemujaan kepada roh alam yang hidup di alam bebas.

Seiring berjalannya waktu, penduduk mulai meninggalkan adat tersebut. Kini, semua hanya legenda yang diceritakan turun temurun ke anak cucu mereka.

Setelah menjadi gua pemujaan, perlahan gua tersebut beralih fungsi menjadi tambang. Tambang ini sudah nonaktif akibat pernah runtuh dan memakan korban seluruh pekerja tambang di bawahnya.

Sekarang, gua ini sudah tidak dihuni selama berpuluh-puluh tahun lamanya, sehingga banyak makhluk yang menetap dan berkembang biak di dalamnya. Salah satunya adalah goblin.

"Jadi, kita akan berburu goblin?" Baha bertanya sembari memegang sebuah pedang yang hampir berkarat dan rusak di tangannya, dia menatap Understeel dengan raut wajah datar.

"Maafkan aku, pedang ini adalah salah satu yang aku punya. Jadi, kau harus memakai pedang lamaku yang hampir rusak itu, hahaha."

Sungguh konyol Understeel memberi Baha sebuah pedang rusak, tetapi Baha tidak marah, dia hanya berjongkok sembari mengambil batu yang dia dapatkan di sungai kemarin.

*Ctang*

"Tunggu! Apa yang kau lakukan pada pedangku!?" Matanya selebar mangkuk tatkala melihat Baha mematahkan ujung pedangnya dengan sebuah batu.

"Sedikit mengubah tampilan pedang bututmu," jawab Baha acuh.

"Hentikan, pedang itu sangat berarti untukku ... Hentikan!"

Baha tidak mempedulikannya, dia mengambil ujung pedangnya, dan menghancurkan seluruh bodi pedang berkarat itu. Kini, pedang berkarat itu penyok dan bengkok.

"Kejam, apa yang telah kau lakukan!" Understeel protes, pedang itu memang butut dan rusak. Namun, banyak memori yang terkenang terkandung dalam pedang itu, Baha seharusnya tidak serta merta menghancurkannya begitu saja.

"Jangan protes, pedang itu setindaknya akan rusak dalam sekali tebasan saja. Lebih baik aku memanfaatkan ujung pedang yang masih bagus ini untuk dijadikan mata tombakku."

"Jangan sok tahu! Bukankah kau baru saja belajar pedang, darimana pemahamanmu tentang daya tahan pedang? Pedang ini setindaknya bisa digunakan seminggu lagi kau tahu?" Understeel marah, urat di dahinya terbentuk samar-samar.

Sekarang, mereka berdua berjalan berjauhan. Understeel memimpin jalan, sementara Baha berada sepuluh meter di belakang. Meskipun dia sudah meminta maaf tentang perbuatan yang telah dilakukannya, tetapi, Understeel masih merasa jengkel kepadanya.

Baha hanya menghela napas berat, satu-satunya teman yang dia punya ini berhasil dia buat marah karena perbuatannya sendiri. Dia tidak mengira bahwa pedang itu memiliki kisah emosional tersendiri yang berarti bagi Understeel.

Selagi berjalan, Baha menyelesaikan tombaknya dengan ujung pedang yang dia rusak sebelumnya. Sungguh aneh, seluruh pedang itu berkarat, tetapi ujung pedangnya malah terlihat mulus dan terawat.

Mereka sudah melihat letak gua tersebut, Understeel masuk ke dalam gua tanpanya. Baha hanya menggeleng-geleng, dia pun masuk mengikuti Understeel dari belakang.

Di sepanjang jalan, dia melihat mayat-mayat manusia kerdil berkulit hijau yang sudah mati. Sepertinya Understeel sudah membereskan semua ini.

"Hoooh, jadi makhluk ini bernama goblin. Terlihat bentuk tubuhnya yang mirip manusia tetapi memiliki banyak sekali perbedaan, warna kulitnya hijau, hidung dan telinga runcing, bentuk wajahnya juga kecil dan aneh. Hmm, lihat kuku-kuku tangannya, sangat runcing dan tajam."

Baha baru pertama kali melihat makhluk itu, setelah memperhatikan mayat tersebut, dia melanjutkan perjalanannya menuju bawah tanah. Dia bergumam, pasti akan ada banyak makhluk-makhluk aneh seperti ini yang bertebaran di Dunia Paraleum.

Jalan semakin sempit, dinding gua mengecil hampir setengah dari pintu masuk, suara tebasan pedang masih terdengar menggema terpantul oleh dinding gua.

Sampailah Baha di sebuah ruangan besar yang berada di dalam gua, ruangan itu sangat luas. Ini adalah lokasi pertambangan yang sebenarnya, bisa dilihat di sekitar dinding gua terdapat banyak bijih-bijih besi. Di lantainya sendiri masih tersisa bekas-bekas peralatan pertambangan, seperti beliung, topi pelindung, dan gerobak.

Beberapa meter di depannya, Understeel tengah berhadapan dengan puluhan goblin bersenjatakan kapak dan beliung. Dia tidak terlihat kesulitan, itulah menurut Baha.

Namun tampaknya tidak demikian, dari balik kegelapan, munculah sesosok goblin yang memiliki postur tubuh yang tinggi besar. Dia membawa batang kayu di punggungnya, tanpa melakukan gerakan pemanasan, dia langsung mengarahkan batang kayu tersebut untuk menyerang Understeel.

Terkejut sekaligus terperangah, Understeel beruntung masih bisa menghindari serangan tersebut. Sayangnya, dia kehilangan keseimbangan karena lantai gua yang cukup licin.

Goblin besar tidak menunggu Understeel untuk berdiri, dia langsung melemparkan batang kayu tersebut ke arahnya.

Sepersekian detik waktu berputar, Baha langsung melesat dengan kecepatan penuh melempar tubuh Understeel menghindari batang kayu yang melayang ke arahnya.

"Nyaris saja!" Baha yang ikut terpental setelah melempar Understeel langsung berdiri dengan memegang tombaknya.

Understeel meringis karena tubuhnya membentur dinding gua setelah dilempar Baha. "Ugh! Kau kasar sekali!"

"Ups, maaf. Woaah! Anak panah ini hampir mengenai kakiku!" Dari titik buta mereka berdua, puluhan anak panah terlontar dari balik kegelapan.

Dengan sigap, mereka berdua menjaga jarak, lalu mengambil langkah mundur. Mereka menatap waspada sekumpulan goblin yang menjaga gua ini, ekspresi Understeel dan Baha menjadi goyah tatkala melihat selusin goblin yang berdatangan untuk membantu.

"Umm, aku rasa kita terlalu ceroboh," bisik Baha dengan suara paling kecil yang dia bisa keluarkan.

"...." Understeel tidak bisa menjawab, mereka berdua tidak memperhitungkan akan ada kejadian seperti ini. Kesalahan mereka adalah tidak merencanakan penyerangan gua ini, mereka berdua main asal masuk dan membunuh tanpa rencana yang bagus.

Baha mengambil langkah mundur sejengkal demi sejengkal, diikuti dengan Understeel.

"Lari!" Baha langsung melesat seperti cheetah ke belakang untuk melarikan diri.

"Woy! Tunggu!" Understeel ketinggalan beberapa langkah di belakang Baha.

Seluruh goblin ikut mengejar mereka dari belakang sembari melesatkan beberapa anak panah.

Kecepatan manusia memang lebih cepat daripada goblin, tidak butuh banyak waktu bagi mereka untuk melepaskan diri dari pandangan para goblin itu.

Baha dan Understeel kini berada di tepi sungai berbatu dengan aliran air yang begitu tenang, terlihat pantulan langit di permukaannya. Dasar sungai bisa terlihat dengan jelas karena level kejernihan airnya yang tinggi.

Understeel duduk di atas batu, sementara Baha rebahan di rumput karena lelah sehabis melarikan diri barusan.

Baha duduk sembari menggosokkan hidungnya. "Maaf karena telah merusak pedangmu, aku tidak tahu pedang itu memiliki ikatan emosional denganmu."

Understeel tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Mereka berdua saling diam, tak berbicara. Setelah beberapa lama, barulah Understeel bicara.

"Tidak, aku sudah tidak memikirkan pedang itu lagi." Understeel menoleh ke belakang, mengarah kepada Baha. "Hey Baha, bisakah kau menjadi temanku?"

Baha tersenyum dengan menampakkan gigi putihnya. "Kau tahu, aku sudah menganggapmu sebagai teman semenjak aku menginap di rumahmu. Tentu saja boleh, aku juga tidak keberatan."

"Begitu ya!"

Mereka berdua tertawa bersama-sama dengan bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro