7. Lulus Seleksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Understeel maju menjawab panggilan Kapten Gus, orang-orang bertepuk tangan sembari berseru, "Maju Understeel! Kamu pasti bisa!"

Baha tidak tahu bahwa Understeel adalah idola gadis-gadis desa, dia memiliki wajah yang tegas dan berwibawa. Tatapannya penuh dengan pesona, ketika melihat wajahnya, mereka akan merasakan perasaan berbunga yang melebihi semesta.

Mungkin daya tarik yang dia miliki berasal dari rambut merahnya, dia mungkin satu-satunya pria yang memiliki warna rambut berwarna merah di kerajaan ini.

"Lihat aku Understeel!"

"Understeel, menikahlah denganku!"

Alis Baha bergetar tatkala mendengar penyataan gadis-gadis ganas yang sedang jatuh cinta itu, dia merasa sedikit kasihan dengan Understeel.

Understeel tidak memedulikan semua itu, kali ini dia harus fokus dengan tujuannya. Sebagai orang terkuat di desa, dia harus berhasil menyelesaikan dan memenangkan ujian akhir ini.

Understeel memegang pedangnya dengan erat, wajahnya mengerut untuk memfokuskan seluruh perhatiannya pada pertarungan ini. Kapten Gus tersenyum sembari berseru lantang, "Mari mulai ujiannya!"

"Traang!"

Kedua pedang saling bersentuhan, menimbulkan suara besi yang memenuhi udara. Understeel langsung melancarkan serangan dengan semua kemampuannya, sementara Kapten Gus hanya fokus untuk menepis serangan yang datang.

Kapten Gus melompat mundur untuk memberi tempo, sembari mengambil napas. Serangan Understeel barusan berhasil membuatnya kewalahan.

Kapten Gus mengambil napas dalam, sembari memejamkan mata. Seketika itu pula matanya terbuka, dia mengambil napas dalam sembari menatap Understeel.

"Kali ini aku akan menyerang, kau siap?"

Understeel menyunggingkan senyum. "Kapan saja Guru!"

Ujung pedang hampir melukai leher Understeel dalam rentang waktu singkat, serangan Kapten Gus berhasil membuatnya terkejut bukan kepalang.

"Awas leher!"

Sekali lagi, tebasan yang dilancarkan Kapten Gus bukan main-main, melihatnya saja terasa seperti hidupmu akan hilang begitu saja. Dengan refleks yang dia punya, Understeel berhasil menghindari serangan fatal itu sekali lagi.

Understeel mundur kali ini, memberikan tempo untuk menghadapi Kapten Gus. Bulir keringat sebesar biji jagung menetes dari dahinya, detak jantungnya menderu tatkala berhasil menghindari serangan barusan.

"Bukan main-main, Kapten Gus benar-benar ingin menebas leherku," batinnya.

Understeel menyeka lehernya dengan jemarinya, dia merasakan perih di bagian tertentu. Betul saja, ada luka gores yang tipis di lehernya, setetes darah keluar kemudian terusap oleh tangannya.

Understeel maju sekali lagi, dia tidak ingin Kapten Gus yang unggul dalam pertarungan ini. Dengan upaya dan semangatnya, dia terus memberikan Kapten Gus perlawanan dengan segenap kemampuannya.

Ayunan dan tebasan, disertai putaran dan tusukan. Bunyi besi berbenturan dengan percikan kemerahan menghiasi lapangan pertandingan. Kedua orang terus melancarkan serangan, mereka hampir berimbang secara teknik dasar.

Bagaimanapun gerakan yang Understeel peragakan, tidak ada serangan yang berhasil mengenai Kapten Gus dengan sempurna. Hanya sedikit serangan yang mampu merobek pakaiannya.

"Understeel, lulus!"

Semua orang bersorak, pertandingan ini merupakan pertandingan paling sengit yang terjadi diantara peserta lainnya. Suara tepukan tangan dan siulan memenuhi arena lapangan, namun Understeel masih menatap tidak percaya.

"Tapi guru, aku belum mengalahkanmu." Understeel bingung dengan pernyataan Kapten Gus barusan.

Kapten Gus menepuk pundak Understeel. "Pertandingan ini bukan dinilai dari siapa yang menang melawan siapa, pertandingan ini dinilai dari seberapa banyak kemampuan dan teknik yang kalian miliki. Kemampuanmu memang sudah bagus dari awal, aku ingin mengetesmu sedikit, aku ucapkan selamat atas kelulusanmu!"

Understeel melihat Kapten Gus dengan penuh semangat. "Terima kasih guru!"

Understeel kembali ke tempat duduk peserta, Kapten Gus kembali menyebutkan nama-nama peserta yang tersisa. Pada akhirnya, nama Baha dipanggil, ini adalah pertandingan penutupan.

Baha melangkah maju, sekarang dia bertatapan langsung dengan Kapten Gus. Dengan hati-hati, dia menarik pedangnya dari sarung kemudian mengatur kuda-kuda.

Alis Kapten Gus menyipit, jujur saja, dia belum pernah melakukan sparring dengan Baha. Dia hanya mengetahui kemampuan dasar tombaknya saja, dia cukup penasaran dengan teknik pemuda ini.

"Silakan maju."

Tanpa menunggu lama, Baha langsung menerjang Kapten Gus dengan pedangnya. Dia mengincar dadanya secara langsung, menusuk dengan akurat.

Kapten Gus tidak mencoba menangkisnya dengan pedang, tetapi lompat ke belakang untuk memberi jarak lebih.

"Hampir saja, aku sedikit lengah tadi, aku lupa bahwa dia mempraktikkan ilmu tombak pada pedang yang dia gunakan," batinnya.

Baha melompat mencoba memperkecil jarak dengan Kapten Gus, dia mengayunkan pedangnya untuk menebas kali ini. Kedua mata pedang saling bertabrakkan, menciptakan suara dentingan yang sangat keras.

Kombinasi teknik tombak dan pedang yang Baha kuasai, membuat Kapten Gus cukup kewalahan pada awal pertandingan. Kapten Gus dengan cepat menguasai alur pertandingan, kombinasi Baha sudah tidak lagi efektif saat ini.

"Tunjukkan kemampuanmu, apa cuma segini yang kau punya?" kata Kapten Gus dengan nada meremehkan.

Baha tidak terpancing dengan umpan yang dilemparkan oleh Kapten Gus, dia lebih memilih fokus ketimbang mendengarkan perkataannya.

"Sial, timingnya belum tepat!" Baha memekik dalam hati, mencoba mencari waktu yang tepat untuk melakukan serangan pamungkasnya.

Dua menit berselang, kini Baha berada di ujung tanduk. Semua serangannya telah terbaca, dan pertahanannya sangat lemah. Jika dia terus diserang seperti ini, akan membutuhkan beberapa waktu untuk menjatuhkannya.

Melihat Kapten Gus menebas dengan kuat dan cepat ke arahnya, Baha menyunggingkan senyum kecil. Tanpa ragu, dia melompat maju ke arah datangnya serangan tersebut.

Kapten Gus mencoba menghentikan tebasannya barusan, gerakan yang Baha lakukan terlalu berbahaya, dia bisa kehilangan nyawa di tempat.

Namun, ada yang salah. Baha bermanuver dengan membungkukkan tubuhnya, sehingga tebasan setinggi dada tersebut berhasil dihindari. Pedang yang Baha pegang saat ini mengarah ke pinggang Kapten Gus, dia baru menyadari hal tersebut sepersekian detik kemudian.

Dengan refleks yang hebat, Kapten Gus mengeluarkan belati dari ikat pinggangnya untuk membelokkan serangan yang Baha lancarkan. Serangan rahasia dari Baha yang tidak Kapten Gus sadari berhasil digagalkan, tetapi mata belati yang tajam itu berhasil menyobek sedikit pinggang Baha.

Baha langsung bersimpuh sembari memegangi pinggangnya yang terluka, sementara Kapten Gus masih menatap tidak percaya dengan teknik yang Baha tadi peragakan.

"Ugh, sial! Ini cukup sakit." Baha meringis kesakitan, darah segar perlahan mengalir seperti air, membasahi baju yang dia pinjam dari Understeel.

Kapten Gus langsung berhenti dari lamunanya, dia langsung memeriksa luka Baha. Beberapa peserta dan penonton panik, tetapi Kapten Gus segera menenangkan semuanya, karena dia bisa mengatasi luka seperti ini.

"Sini kuperiksa lukamu!" Kapten Gus membuka baju Baha, luka yang dialami Baha tidaklah dalam, namun itu merupakan luka yang cukup lebar.

"Aku akan membawamu ke tenda untuk diobati, jangan terlalu banyak bergerak untuk beberapa saat."

Baha pun dibawa ke tenda untuk merawat lukanya agar membaik, di sana ada Kapten Gus, dan para peserta yang berhasil lolos seleksi untuk menjadi prajurit.

Luka yang Baha serita sudah diperban sekarang, dia sudah bisa bergerak dengan leluasa. Kapten Gus mengumpulkan peserta yang lolos, mereka berkumpul di depan tenda Kapten Gus.

"Selamat untuk kalian karena berhasil melewati tes untuk menjadi prajurit, tepuk tangan untuk kita semua."

Semua peserta yang lulus bertepuk tangan, hanya ada enam orang yang Baha lihat. Berarti tes menjadi prajurit cukup sulit dilalui, diantara puluhan orang yang ikut pelatihan, hanya ada enam yang berhasil lolos.

Baha tersenyum kecut, sepertinya dia gagal dalam tes ini. "Understeel, semoga kau bisa mencari asal usulmu setelah menjadi prajurit nanti."

Kapten Gus menoleh, kemudian mengusap pundak Baha. "Apa yang kau katakan? Jangan berkata seolah-olah kau tidak lulus."

"Apa maksudmu Kapten Gus?" Baha mengerutkan dahi, dia tidak bisa menebak maksudnya.

"Hahaha, aku lupa bilang. Selamat, kau lulus dalam seleksi!" Semua orang langsung bertepuk tangan, Baha hanya bisa tersenyum lebar sembari menggaruk-garuk kepalanya dengan malu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro