16. Gadis Berambut Perak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hutan hujan merupakan salah satu bioma yang basah dan lembab, ditambah bioma tersebut memiliki curah hujan yang tinggi menyebabkan banyaknya vegetasi baik flora maupun fauna yang tinggal di sana. Pohon yang berdaun hijau menjulang tinggi ke langit membentuk kanopi yang besar, sulur dan semak menutupi hampir seluruh permukaan tanah.

Di salah satu daerah yang ada di hutan tersebut, ada satu titik dimana tanaman rambat yang mengakar di tanah menunjukkan pergerakan yang tidak wajar. Mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang muncul dari dalam tanah, dalam rentang nafas yang pendek, tanaman rambat yang awalnya mengikat erat permukaan tanah menjadi terputus, dan memperlihatkan sebuah tangga yang berada di bawahnya.

Bersamaan dengan itu, terlihat seorang pemuda yang muncul dari kegelapan tangga, sosoknya tampak semakin jelas tiap detiknya. Setelah pemuda tersebut akhirnya mencapai permukaan tanah, dia menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya dengan sekuat tenaga.

"Fuahhh!"

Mimik wajahnya menunjukkan ekspresi lega, walaupun tubuh pemuda ini terlihat seperti jeruk kisut, kotor, dan juga diselimuti debu dan kotoran. Dia mengedarkan pandangannya ke arah tangga tempat dia datang sebelumnya, tidak jauh dari sana, terdapat sebuah lubang berdiameter satu kilometer. Pemuda itu mengintip ke dalam lubang tersebut, seketika itu pula wajahnya diliputi kengerian, lubang tersebut tampak seperti jalan ke neraka baginya.

Pemuda itu menyadari sesuatu setelah melihat ke dalam lubang. "Sensei, mengapa saat kita berada di dalam lubang itu tidak ada satupun cahaya yang terlihat di atas? Sementara murid ini bisa melihat ke bawah lubang, bukankah itu aneh!" kata pemuda tersebut, dia mengirimkan pesan melalui telepati. Memang benar! Pemuda ini baru keluar dari lubang tersebut, di sana dia tidak bisa melihat satu pun cahaya. Sementara ketika dia berada di puncak lubang, dia bisa melihat ke bawah lubang dengan jelas.

"Bukankah aku pernah mengatakan sebelumnya bahwa Hole of Abyss ini dilindungi oleh formasi sihir khusus? Nah! Inilah formasi sihir yang aku maksud, berdasarkan pengamatanku, ada dua formasi sihir yang melindungi Hole of Abyss. Yang pertama adalah formasi sihir penghalang cahaya, dan yang satunya lagi adalah formasi sihir ilusi." Kata Oda menjelaskan secara detail.

Tiba-tiba tubuh pemuda itu melemah sedemikian rupa, tenaga yang ia miliki sebelumnya seperti ditarik keluar oleh malaikat pencabut, kakinya bergetar tak kuasa menahan bobot tubuhnya, dalam beberapa kedipan mata, kakinya kehilangan keseimbangan dan jatuh mencium tanah.

"S ... Sen ... Sei ... Aku ... Ca ... Pek ...." pemuda itu tak sadarkan diri setelah mengatakan hal itu, sudah sebulan lebih dia menahan rasa kantuk, lapar, haus, dan lelah. Perjuangan hidup matinya di dalam Hole of Abyss, menaiki ribuan anak tangga untuk mencapai permukaan lubang sangatlah menguras energi. Pemuda ini memaksakan tubuhnya sedemikian rupa, wajarlah bila dia langsung pingsan karena hal itu.

Oda tersenyum kecil, "Kau telah berusaha keras, kerja bagus!"

***

Di sebuah penginapan kecil yang terletak jauh dari ibukota, seorang gadis dengan paras rupawan terbaring di ranjang tidak sadarkan diri. Ekspresinya sepucat kertas, pipinya yang halus telah lembab karena bekas tangisnya. Sudah satu bulan berlalu semenjak dirinya pingsan, kondisinya membuat orang lain khawatir, terutama bagi Hendrick dan istrinya yang merupakan paman dan bibi dari gadis ini.

Pintu kamar diketuk perlahan, seorang pria paruh baya masuk dengan langkah pelan. Wajahnya yang buruk membuat Hendrick dan istrinya yang berada di kamar itu ikut murung, pria itu berkata, "Aku sudah mencarinya, tetapi sayangnya aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya ... kemungkinan besar dia sudah ...."

Situasi menjadi hening, pria itupun berkata lagi, "Ini kesalahanku, aku meremehkan musuh dan terlena dengan itu ... Jika sekiranya aku tidak menahan diri maka ...." Ekspresinya menjadi rumit, pria itu melirik Accelina yang terbaring di ranjang, wajahnya makin suram.

"Tidak!" Hendrick menyela, "Kapten Gus tidak melakukan kesalahan apapun, yang pantas disalahkan adalah pria ini! Sebagai pamannya, aku tidak sanggup melindungi Accelina dan Baha waktu itu." Situasi saling menyalahkan ini semakin tak terelakkan, Kapten Gus yang pertama mengalihkan topik pembicaraan, "Bagaimana kondisi tuan puteri, apa ada perubahan?"

Istri Hendrick yang sedang mengelus kepala Accelina menggeleng ringan, "Tidak ada perubahan sama sekali ... Ini kali kedua bagi dirinya pingsan seperti ini." Hendrick mengangguk setuju, mereka berdua paling tahu tentang kondisi Accelina dibandingkan ayahnya sendiri Raja Gumbert. Walaupun mereka berdua tidak dikaruniai seorang anak, tetapi mereka memperlakukan Accelina seperti anak sendiri.

Accelina merupakan gadis yang sangat lembut dan murah senyum, dibesarkan oleh kasih sayang ibunya membuat temperamennya sangat lunak. Dia begitu menyayangi ibunya dengan tulus, tidak mengerti rasanya kesedihan dan kehilangan.

Barulah ketika ibunda Accelina meninggal dunia karena sakit yang aneh, Accelina terguncang, semua kebahagiaan yang dia miliki menghilang dalam satu malam. Accelina jarang tersenyum lagi, tetapi dengan perawatan paman Hendrick dan bibinya, kondisi Accelina berangsur-angsur membaik.

Tetapi yang lebih berpengaruh terhadap perubahan Accelina adalah teman satu-satunya, mereka berada di kasta yang sama, yakni sesama tuan puteri. Mereka berdua bertemu ketika Raja Gumbert selaku penguasa Kerajaan Krushield bertamu ke Kerajaan Mid Terra, Gumbert mengajak Accelina yang masih dirundung kesedihan setelah kematian ibundanya.

Kondisi mental Accelina langsung berubah seratus delapan puluh derajat, saat Accelina berangkat ke Kerajaan Mid Terra, ekspresinya sedih dan dingin. Tetapi setelah Accelina pulang ke Kerajaan Krushield, ekspresinya senang dan hangat.

"Oh! Aku tahu, aku pernah mendengar bahwa tuan putri pernah tidak sadarkan diri selama satu bulan karena terlalu sedih saat kematian ratu kan?" kata Kapten Gus mengangguk pelan, istri Hendrick memasang wajah sedih. "Benar! Saat itu dia benar-benar mengalami syok dan langsung pingsan di tempat."

Hendrick bangun dari kursinya dan berjalan perlahan ke arah jendela berkusen kayu, kemudian berkata, "Gus, jangan sekali-kali kau beritahu tentang kondisi Accelina saat ini ... Tidak, jangan beritahu Accelina saat ini ada bersamaku. Aku khawatir adikku akan cemas, apalagi ...." Hendrick yang memutus kata-katanya membuat Kapten Gus bingung. "Apalagi apa tuan Hendrick?" tanyanya.

Hendrick segera menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa, pokoknya jangan sampai berita ini diketahui olehnya, itu saja!" ucap Hendrick sembari melihat keluar jendela.

Di lorong penginapan, suara langkah seseorang berlari dengan kecepatan penuh terdengar. Orang itu membuka pintu kamar dimana Hendrick dan Kapten Gus berada, semua orang yang berada di dalam kamar menoleh ke arah pintu.

"Kapten! Flasson melapor bahwa pasukan kerajaan telah sampai!" Orang itu adalah Flasson, anggota The Seven Cloak tercepat.

Kapten Gus mengangguk, Hendrick berkata kepada Kapten Gus, "Gus, kau alihkan perhatian mereka, beri waktu kami selama lima menit untuk melarikan diri. Aku, istriku, dan Accelina akan pergi ke Kerajaan Mid Terra, aku juga meminjam kekuatan The Seven Cloak di bawah kendaliku, akan sangat berbahaya jika Accelina sampai terlacak. Aku serahkan tugas ini kepadamu!" Hendrick menggendong Accelina yang belum siuman di kedua lengannya, bersiap untuk pergi.

Hendrick dan istrinya paham betul soal kondisi Accelina, membawanya ke Kerajaan Mid Terra jauh lebih baik ketimbang membawanya pulang ke rumahnya.

Kapten Gus mengangguk dengan mantap. "Baik, Tuan Hendrick!" katanya, kemudian menoleh ke Flasson. "Ini tugas baru The Seven Cloak, lindungi Puteri Accelina, dan mulai saat ini, Tuan Hendrick yang akan membimbing kalian, kamu mengerti!"

Flasson berdiri tegak dan memberi hormat, "Siap kapten! Saya akan sampaikan ke semua anggota The Seven Cloak." Walau ekspresinya serius, namun intonasi suaranya cenderung datar.

"Bagus!" Setelah mengatakan hal itu, Kapten Gus berlari keluar meninggalkan ruangan itu.

Satu jam kemudian di hutan bagian selatan desa.

Seluruh anggota The Seven Cloak telah berkumpul kecuali Baha, bersama dengan Hendrick, istrinya, dan Puteri Accelina. Mereka bersiap melakukan perjalanan panjang ke Kerajaan Mid Terra, jarak kedua lokasi seharusnya hanya berkisar satu bulan jalan kaki. Dengan ini perjalanan panjang mereka, dimulai!

***

"Uggghhhh ... Kelinci kecil, kembali!" Suara seorang gadis itu menyebar seantero hutan, wajahnya jengkel karena melihat kelinci buruannya berlari begitu cepat, sampai-sampai dirinya hampir kehilangan jejaknya.

"Kelinci kecil, jangan kesana! Di depan ada lubang besar, kelinci kecil!" Wajah gadis itu menjadi buruk, takut hewan buruannya melompat ke dalam lubang. Dengan memegang dua belati di tangannya, gadis itu berniat mengubah jalur pelarian kelinci tersebut dengan melempar salah satu belatinya ke depan kelinci yang tengah berlari itu.

*Swooosshhh*

Suara belati berdengung, melesat ke depan kelinci tersebut dan menancap di tanah. Menyadari sebuah belati jatuh di tanah tepat berada di garis lurus jalur pelariannya, spontan kelinci tersebut langsung mengubah arah pelariannya menjauhi lubang. Gadis yang melihat hal itu juga mengejarnya dengan segenap tenaga.

"Hehehe ... Kena kau kelinci ke ... Ughhhh!"

Tiba-tiba gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh dengan posisi lucu, dia merintih kesakitan. Kulitnya yang sebening kristal telah kotor bernoda tanah, rambut perak panjangnya menjadi agak kusut, dan terdapat luka lecet di lutut dan sikunya. Telinga kucingnya menyusut, dan ekornya yang kotor dia bersihkan.

"Adudududuh ... Aku menginjak benda lembek apa barusan?" Sembari menepuk pantatnya untuk membersihkan debu yang menempel, gadis itu berdiri dan berjalan dengan terhuyung, mendekati objek aneh yang dia injak tadi.

Gadis itu menyingkirkan semak yang menutupi objek tersebut, di sana terlihat seseorang tergeletak di tanah dengan tubuh kering. Melihat hal itu, wajahnya membiru. "M-Mayat!" katanya dengan suara gemetar.

Dia mendekati objek yang terbaring di tanah, kemudian dia memeriksa apakah masih ada denyut nadi di tangannya. "Dia masih hidup!" pekiknya, dia merasakan denyut nadi di tangan pemuda itu. Walaupun keadaannya cukup memprihatinkan, bisa dibilang setengah mati, namun denyut nadi masih mengedut. Dengan hati-hati, gadis itu membopong Baha untuk dirawat lebih lanjut.

Setelah berjalan cukup jauh, sebuah pondok mungil terlihat di depan. Pondok yang terbuat dari kayu beratapkan daun ini adalah kediaman gadis berambut perak yang menyelamatkan Baha. Setelah mereka masuk ke dalam rumah, gadis tersebut segera membaringkan Baha ke kasur yang hanya beralaskan rumput bertekstur lembut.

Dengan ekspresi khawatir, gadis berambut perak menunggu Baha siuman, entah sampai kapan.

__________________________

Minna-san, Gimana kabarnya?

Pertama-tama ane ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pembaca dimanapun kalian berada.

Udah itu aja :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro