21. Buff Versus Boost

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pria beruang berlari ke arah gadis kucing dengan kecepatan tinggi, dengan efek percikan petir yang timbul di seluruh tubuhnya membuat aura menindas yang keluar bertambah berat. Pria beruang ini jelas telah memakai seluruh mana-nya untuk mengeluarkan Skill pamungkasnya ini.

Pertarungan tingkat tinggi pecah, angin bertenaga tinggi menyapu habis seluruh isi hutan, membuat hewan dan monster secara naluriah menjauh dari lokasi tersebut. Bagaimana tidak dikatakan pertarungan level tinggi? Jika pria beruang ini memiliki level dua ratus, dan level gadis kucing ini berkisar di angka seratus tujuh lima.

Dengan cepat, pria beruang menukik tajam setelah mengambil lompatan dari jarak jauh. Gerakannya ini membuat gadis kucing terkesiap, dia segera menghindari pedang besar yang mengarah ke batang lehernya. Gerakannya sangatlah mematikan, kecepatannya dapat dikatakan hampir menyamai kecepatan gadis kucing tersebut. Jika dipikir, belati ganda yang menjadi senjata gadis kucing praktis bukan tandingan pedang besar milik pria beruang.

Ketika kedua kekuatan itu diadu, pedang besar langsung mementalkan gadis kucing berambut perak jauh-jauh. Untungnya, gadis kucing berhasil mendaratkan kakinya di sebuah dahan pohon yang kukuh, untuk menghindari cedera di area kakinya. Pria beruang menatap remeh gadis kucing itu.

"Kemana rasa percaya dirimu tadi nona? Apakah sekarang kau mengerti bahwa level adalah segalanya, semakin tinggi levelmu semakin besar kekuatanmu. Kau yang sekarang tidak lebih dari seekor burung yang terperangkap di dalam sangkar, cepat berikan kunci itu! Atau aku akan berubah pikiran," gertak pria beruang.

Gadis kucing, " ... "

Merasa pertanyaannya dihiraukan begitu saja oleh gadis tersebut, pria beruang menjadi tersinggung dan langsung menerjang mengarah ke hadapan gadis itu. Sembari mengayunkan pedang besarnya dengan kedua tangannya, dia seratus persen yakin bahwa kemenangan berada digenggaman tangannya.

Tanpa ia duga, bukannya menghindar, gadis kucing malah berlari maju ke arahnya. Dengan dua belati yang dia genggam sekuat tenaga, menandakan bahwa ia siap untuk beradu senjata secara langsung dengan pria beruang yang kekuatannya sendiri sebesar gunung.

"Kau mencari kematian!" pekik pria beruang keras-keras.

"Diamlah!"

*Traaang*

Kedua senjata yang saling berbenturan menimbulkan gelombang kejut, menyebabkan riak angin di udara menjadi tidak stabil dan mengamuk. Efek dari angin yang mengamuk ini menyebabkan ribuan pohon dalam radius lima kilometer terpotong dan tumbang. Hal ini disertai dengan munculnya kepulan debu yang tebal dan pekat menjulang tinggi ke langit.

Setelah beradu senjata dalam ayunan tunggal, mereka melanjutkan gerakan dengan melompat mundur untuk menjaga jarak. Karena kecepatan gadis kucing lebih unggul, ia langsung dapat melukai pria beruang dengan interval waktu yang hanya satu detik setelah mereka mendarat. Telat bereaksi, pria beruang mendapatkan luka diagonal sedalam satu inci. Belati ganda milik gadis kucing belumlah cukup untuk menembus jauh ke tubuh pria beruang yang memiliki pertahanan fisik tinggi tersebut, dia cepat-cepat menarik belatinya, kemudian menerjang lagi dengan cara yang sama.

Tidak terima jika diserang terus-menerus tanpa ada perlawanan yang berarti, pria beruang berteriak. Pedang besarnya ia pegang sekuat tenaga, kemudian memutar tubuhnya untuk menyingkirkan gadis kucing yang terus saja melukai kulit terluarnya.

Gadis kucing bereaksi cepat, ia melompat mundur untuk menghindari serangan memutar tadi. Menjaga jarak antara dia dengan pria beruang tersebut.

"Kau!" Tatapan mata pria beruang menjadi gelap, dalam bentrokkan yang terjadi sebelumnya, fakta bahwa dia belum melukai gadis kucing sehelai rambut pun adalah jelas. Padahal dia telah mendapatkan buff setelah mengorbankan seluruh mana-nya, tetapi hal itu belum cukup untuk melukai gadis kucing? Jangan bercanda!

Tanpa menunda waktu lebih lama, gadis kucing melancarkan serangan tanpa henti ke arah pria beruang. Selama beberapa waktu, pertarungan mereka telah berlangsung hampir dua jam.

"Gadis itu akan segera kalah, kita harus cepat pergi dari tempat ini!" ucap Oda tiba-tiba, dia semakin gelisah tiap waktu.

Baha yang mendengar pun seketika mengerutkan keningnya. "Apa yang kau maksud sensei? Bukankah jelas bahwa gadis itu unggul dalam segala aspek dipertarungan ini? Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa gadis itu akan segera kalah sensei?"

Baha dalam posisi tengkurap kala itu, ia menghindari terpaan angin yang menggila, pertanyaan itu dia lontarkan.

"Menurutmu seberapa dalam luka yang berhasil dicetak oleh gadis itu?" Baha menjawab, "Itu hanya luka yang pendek, lalu apa masalahnya?"

Baha mengalihkan pandangannya ke arah pertarungan itu lagi, terlihat pria beruang yang dilapisi oleh darah kental berwarna merah pekat di sekujur tubuhnya. Disisi lain keadaan gadis kucing dalam kondisi yang lebih baik, dia hanya menerima luka lecet yang tipis di pergelangan lengan dan kakinya.

"Justru itu masalahnya! Kau tidak tahu bahwa buff yang dihasilkan dari elemen listrik yang dikeluarkan pria beruang tidak akan habis dalam waktu singkat. Sementara, boost yang dimiliki oleh gadis kucing itu akan segera habis waktu pemakainannya."

Baha menjadi bingung dan berkata, "Apa maksudmu sensei?"

"Umumnya status boost memiliki batas waktu dalam pemakaiannya, tergantung seberapa banyak esensi darah yang dipakai. Pertarungan ini bisa dikatakan berat sebelah, pertama perbedaan level mereka yang jauh, kedua pertahanan fisik masing-masing individu, ketiga pengalaman bertarung, keempat strategi dan taktik pertarungan, dan terakhir daya tahan. Pria beruang jelas lebih unggul dalam segala hal dibandingkan dengan gadis kucing itu."

Baha masih melihat pertarungan mereka dengan raut wajah yang khawatir. "Kau benar sensei, jika dipikir lagi, gadis kucing hanya unggul dalam hal kecepatan saja."

Oda mengangguk. "Maka dari itu, kita harus segera pergi dari tempat ini! ... Gadis itu mulai melemah!"

Di depan mereka, kondisi gadis kucing menjadi abnormal. Gerakannya semakin berkurang kecepatannya, setiap serangan yang ia lancarkan menjadi tumpul. Cahaya perak yang membungkus badannya pun ikut meredup.

Mengetahui kondisi boost-nya akan habis sebentar lagi, gadis kucing mengambil langkah seribu secepatnya. Setelah masuk ke dalam hutan untuk melarikan diri, wajah pria beruang menyunggingkan senyum menyeringai.

"Oy! Mau pergi kemana kau?" pekik Oda tatkala melihat Baha berlari, mengarah ke jalur pelarian gadis berambut perak. Dia mengeluarkan Hard Composite Bow dari cincin spasialnya, mengejar gadis berambut perak yang berlari masuk ke hutan yang lebat.

Baha menghiraukan semua perkataan Oda, setelah dia berlari sejauh lima kilometer­­­—

*Kaboom*Kraak*

Suara benturan keras terdengar, tiada lagi malam yang tenang dan damai. Asal suara ini tidak jauh, hanya beberapa meter di depan Baha.

Setelah seratus meter, barulah terlihat sekelompok pria beruang yang tengah mengepung seorang gadis yang dalam keadaan kritis. Tubuhnya dipenuhi oleh cairan berwarna merah, tangan kanannya telah patah.

Kumpulan pria beruang itu menyerang gadis kucing, gadis itu hanya bertahan dan menghindari semua serangan yang datang padanya. Sebuah pukulan dengan keras menghantam wajahnya, sampai terpental dan jatuh dengan keras di tanah yang keras. Seteguk darah keluar dari mulut kecilnya.

Keadaannya sangat memprihatinkan, pakaiannya compang-camping, hidung dan mulutnya mengalirkan darah segar, rambut peraknya bernoda darah, ekornya sudah tidak utuh lagi. Ada sebuah benda yang dia genggam dengan erat di genggaman tangannya, yakni sebuah kunci. Sejak dulu, mempertahankan eksistensinya adalah tugas yang ia emban.

"Berikan kunci itu nona!" kata pria beruang yang dia ajak duel satu lawan satu, memiliki tubuh paling besar diantara mereka. Wajahnya menatap gadis itu dengan tatapan tajam.

Gadis itu hanya terdiam sambal mengepalkan tangannya, wajahnya menatap nanar pria beruang tersebut. "Tidak akan! Bahkan jika kau membunuhku!"

"[Perfect Fatal Snipe]!"

*Whuush*

Sebuah anak panah tunggal dilesatkan begitu saja dari tali busur, dengan kecepatan yang menandingi kecepatan suara, bergerak menuju kepala pria beruang.

* * * *

Situasi akibat dampak dari kematian Patriot bernama Krisna di Guild Indonesia telah pulih sepenuhnya. Khususnya di kalangan tokoh papan atas Guild, mereka makin giat menaikkan level dan skill mereka di Dungeon Ducheorgy, monster tikus tanah yang membunuh rekan mereka telah berhasil dikalahkan.

"Dengan ini, arwahnya akan bisa tenang."

"Ya ... Mari pergi."

Kedua orang itu meninggalkan sebuah batu yang tertancap di tempat kejadian perkara, nisan ini bertujuan sebagai tanda bahwa ada salah satu teman mereka yang telah gugur.

Setelah boss lantai tikus tanah berhasil dikalahkan, tiba-tiba lantai di gua tersebut berguncang sedemikian kerasnya. Membuat semua orang yang berada di sana terperangah.

"Apa yang terjadi!"

Lantai di depan mereka runtuh ke bawah, dengan suara yang keras. Lima menit telah berjalan, akhirnya guncangan berhenti. Sebuah ruangan muncul tepat di tempat tanah yang runtuh itu.

Agung sebagai ketua maju lebih dulu, diikuti sepuluh member terbaik Guild Indonesia.

"I-ini ... Sebuah tangga!"

"ini wajar bukan, setelah kita mengalahkan boss lantai. Mekanisme dungeon secara otomatis akan membuka lantai selanjutnya. Aku terkejut karena guncangan tadi, aku kira ada musuh lain yang bakal muncul dari tanah," ujar Agung santai, dia maju untuk memeriksa tangga.

Guild Indonesia telah kehilangan dua member sejauh ini, yang pertama adalah Krisna yang gugur di pertempuran melawan tikus tanah, sementara member lainnya yang bernama Gerhana telah pergi entah kemana.

Hal ini menyebabkan Guild Indonesia semakin turun dari peringkat Guild, posisi mereka berada di urutan dua puluh lima saat ini.

* * * * *

"Apa yang kau lakukan bodoh!"

Di sebuah hutan yang luasnya berhektar-hektar, seorang gadis berambut perak sedang digendong bak seorang putri oleh pemuda yang dia selamatkan sebelumnya. Mereka berdua berlari menembus lebatnya hutan dengan tergesa-gesa.

"Tubuhku bergerak sendiri, tak usah dipikirkan," jawabnya singkat, ekspresi gadis berambut perak itu menjadi tenang ketika mendapati dirinya digendong oleh pemuda ini.

"Terima kasih," katanya dengan suara lemah.

"Apa yang kau katakan? Ini balas budi karena kau telah menyelamatkanku waktu itu," kata pemuda itu dengan senyuman lebar.

Wajah gadis itu menjadi kesal. "Aku tidak peduli lagi huh, bukannya senang karena aku bilang terima kasih tetapi kau malah membahas masalah itu."

*KABOM*

Suara ledakan terdengar jelas, barisan puluh pohon runtuh akibat efek dari ledakan di belakang mereka. Terlihat beberapa pria beruang mengejar mereka dengan wajah yang buruk.

"Gadis kucing, kemana kita harus pergi sekarang?!"

"Jangan panggil aku gadis kucing! Panggil aku Enju!" katanya sambil berteriak marah.

"Kalau begitu panggil aku Baha ... Hey! Ini bukan waktunya untuk berkenalan! Kemana kita harus pergi sekarang?!" pekik Baha.

"Terus berlari, di depan ada rumah temanku. Kita bisa minta tolong kepadanya untuk mengurus beruang i— UHUK!!"

Gadis kucing berambut perak bernama Enju itu terbatuk disertai darah, wajahnya langsung pucat.

Baha yang melihat kondisinya hanya membiarkannya, tetapi dia mempercepat langkah kakinya ke tempat yang dimaksud oleh Enju.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro