22. Mirip!?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Enju, dimana tempat yang kau maksud itu?" tanya Baha.

Sembari berlari secepat yang dia bisa, Baha menolehkan kepalanya, menunggu reaksi Enju. Sementara Enju hanya menatap lurus ke depan, kemudian berkata, "Sebentar lagi, tempatnya berada tepat di depan kita."

Seketika itu pula Baha mengerutkan alisnya, dia tidak melihat adanya sebuah rumah di depan visinya, yang ada hanya sekumpulan pohon yang tinggi dan lebat. Tidak! Sebuah pohon yang terlihat lebih tinggi dan lebih berdaun lebat terlihat di atas pohon-pohon kecil itu. Letaknya persis di depan mereka.

Sebuah pertanyaan muncul di benak Baha, dia bertanya kembali, "Berhubungan dengan rumah temanmu ... Apa yang kau maksud pohon besar itu?" jari telunjuknya dia arahkan untuk mengkonfirmasi.

"Benar! Apa ada masalah?" jawab Enju sembari menelengkan kepalanya.

*Kraaakk*

Suara pepohonan yang tumbang, terdengar jelas dari belakang mereka. Membuat kedua orang itu bergidik ketakutan, Enju melirik ke belakang, tampak kepulan asap pekat yang membubung tinggi ke langit. Mereka diikuti oleh sekelompok pria beruang berwajah merah, semua pria beruang itu mengejar mereka dengan nafsu membunuh yang tinggi.

"Baha, lari lebih cepat! Ini semua salahmu karena melukai batang hidung pria beruang itu dengan seranganmu," cecar Enju, wajahnya semakin memucat tatkala menyadari jarak antara mereka dengan kumpulan beruang itu semakin menipis.

"Lho!? Mengapa kau menyalahkanku?"

"Sudah diam dan lari saja!"

* * * * * *

Sudah beberapa hari berlalu semenjak Guild Indonesia menemukan Boss besar yang menunggu lantai dua Dungeon Ducheorgy. Level Boss yang begitu tinggi ini menyebabkan penaklukkan Dungeon tertunda. Untuk mengakali hal ini, para Patriot dari Indonesia mencari cara lain untuk meningkatkan level dan kekuatan mereka masing-masing.

Situasi di atas melahirkan sebuah ide yang cukup berisiko, yakni ekspedisi keluar Benua Tengah. Agung sudah mengutus beberapa orang untuk melakukan perjalanan ini, rute yang dipilih Agung mengharuskan utusannya ini melewati Kerajaan Bindex, sebuah Kerajaan yang mata pencaharian utama penduduknya adalah tukang pandai besi ini.

Kerajaan ini memiliki ibukota yang jaraknya cukup dekat dengan batas Benua Tengah dengan Benua Barat. Ya! Kota Panamax berjarak dua puluh kilometer dari perbatasan dua benua.

Benua Barat adalah benua yang sebagian besar wilayahnya ditutupi oleh lebatnya hutan. Pohon yang tumbuh di sini memiliki tinggi yang ekstem, pohon yang paling rendah saja sudah memiliki tinggi sekitar dua ratus meter. Hampir tidak ada cahaya mentari yang mencapai tanah benua ini, sebab daun-daun yang dimiliki oleh pohon di sini berbentuk seperti kanopi yang melebar.

Benua barat disinyalir tidak memiliki negara, setiap ras yang hidup di sana terbagi menjadi beberapa suku-suku yang banyak sekali jumlahnya. Ras yang mendominasi wilayah itu adalah Elf, Goblin, Orc, Troll, dan berbagai macam ras Beastmen.

Walaupun pengetahuan tentang keadaan di benua itu sudah banyak diketahui oleh orang-orang di Benua Tengah, namun kekuatan ras di sana masih tidak banyak diketahui. Hal inilah yang membuat Agung rela mengirim utusannya ke Benua Barat untuk mencari informasi.

Alasan Agung memilih mencari informasi di Benua Barat ialah, hubungan antara Kerajaan Bindex dengan Kerajaan Mid Terra bisa dibilang cukup baik, kedua kerajaan ini terlibat langsung dalam hubungan ekonomi. Kerajaan Mid Terra menjual barang mentah berupa material berjenis logam, sementara Kerajaan Bindex menjual barang jadi berupa senjata maupun perlengkapan yang berkualitas tinggi.

Kedua kerajaan ini hampir tidak pernah bergesekkan dalam hal militer, hubungan masa lalu kedua kerajaan ini pun diceritakan sangat rukun, tidak ada yang memulai konfrontasi.

Di mejanya, Agung harus mengurus beberapa dokumen-dokumen. Ameliah juga membantu menstempel surat-surat yang sudah ditandatangani oleh Agung.

*Tok Tok*

Suara ketukan pintu membuat kedua orang ini teralihkan dari pekerjaan mereka.

"Masuk!"

Seorang pria memakai pakaian mirip Ninja masuk, dia memasang wajah yang rumit. Agung dan Ameliah terkejut ketika melihat pria ini datang, Agung langsung bertanya, "Mengapa kau sudah kembali, bukankah kau baru empat hari pergi? Apa ada masalah?"

Pria berpakaian hitam itu mengangguk pelan. "Sebenarnya, ada masalah yang cukup runyam di daerah perbatasan Kerajaan Mid Terra dengan Kerajaan Bindex," ucap pria itu dengan lirih.

"Cepat jelaskan apa yang terjadi di perbatasan!" seru Agung.

Pria itu langsung menjelaskan kejadian dengan detail mengenai hal yang dia saksikan di perbatasan dua kerajaan itu. Agung yang mendengarnya seketika mengerutkan alis, Ameliah yang mendengarnya juga sama terkejutnya dengan Agung.

"Apa! Kerajaan Bindex menutup perbatasannya, mengapa?" tanya Agung mendesak.

"Itu ...."

Pria berpakaian hitam itu menjelaskan lagi, dia berkata bahwa desa di sekitar Kerajaan Bindex telah diserang oleh sekelompok orang yang membawa bendera Kerajaan Mid Terra. Kejadian itulah yang membuat Kerajaan Bindex mencurigai Kerajaan Mid Terra, mereka mencap Kerajaan Mid Terra berbahaya.

Setelah mendengar apa yang terjadi, Agung langsung menyuruh pria berpakaian hitam tadi segera pergi dari ruangannya.

"Guild Master, kejadian ini terasa aneh," ucap Ameliah dengan suara lirih.

"Kau benar, ada sesuatu yang salah. Sebaiknya kita telusuri dan cari tahu masalah ini."

Mereka berdua keluar dari ruangan mereka dan bergegas ke perbatasan Kerajaan Bindex.

* * * * * *

"Hmmnngghhh."

Seorang wanita berambut pirang mengeluarkan suara lenguhan kecil, dia merasa kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya. Jangankan menggerakan tubuh, membuka kelopak matanya rasanya sulit sekali.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut, gadis itu meringis pelan, masalahnya denyutan itu semakin lama semakin terasa sakit. Sebuah gambaran pria berambut hitam tersenyum, lalu menghilang ditelan oleh kobaran api yang menyala-nyala terngiang jelas di pikirannya. Airmata perlahan keluar dari kantung mata, kemudian mengalir dengan lembut melewati pipinya.

'Mengapa aku tidak bisa melupakannya ...,' gumam gadis itu dalam hati.

* * * * *

"Bagaimana kondisimu Accelina, apakah sudah membaik?" tanya Hendrick sembari memberinya segelas teh hangat yang baru saja diseduh. Accelina mengangguk pelan, dia tersenyum ringan, matanya yang terlihat lesu dan lemah menatap Hendrick, kemudian berkata, "Aku baik-baik saja paman, jangan khawatirkan aku. Sebentar lagi pasti kondisiku akan membaik, aku mungkin harus beristirahat lagi."

Accelina menaruh gelas berisi teh hangat di papan kayu, kemudian membungkus tubuhnya dengan selimut. Hendrick dan istrinya hanya geleng-geleng kepala, walaupun Accelina bilang dia telah membaik, namun perilakunya menunjukkan hal sebaliknya.

Hendrick bangun dari duduknya, dia menyuruh istrinya untuk mengawasi Accelina sementara waktu. Tidak jauh dari tempat itu, kelompok The Seven Cloak juga sedang beristirahat. Hendrick menghampiri mereka.

"Kita sudah dekat dengan perbatasan Kerajaan Mid Terra, pastikan kalian berstirahat dengan cukup," ujar Hendrick sembari mengambil selembar kertas, dan pena dari dalam tasnya. Dia terlihat sedang menulis sesuatu.

Wu Lao berdiri dan bertanya, "Apa yang sedang sohib tulis di sana?"

Flasson dan Understeel turut berdiri, mereka juga ingin tahu.

"Aku akan mengirim pesan ke ibukota Kerajaan Mid Terra. Aku memiliki seorang kenalan di sana, aku memintanya untuk menjemput kita setelah sampai di perbatasan nanti."

Ketiga orang itu mengangguk pelan, Red Hood Grandma ikut berkumpul.

"Kira-kira berapa lama kita akan sampai ke perbatasan?" tanya Red Hood Grandma.

Hendrick yang sedang mengikat surat yang dia tulis itu di kaki burung merpati pengirim surat yang dia bawa menjawab pertanyaan Red Hood Grandma. "Kira-kira akan memakan waktu satu hari satu malam dengan kondisi kita saat ini."

Sebenarnya mereka bisa saja sampai ke perbatasan lebih cepat, namun kondisi Accelinalah yang membuat pergerakkan mereka menjadi terhambat. Harapan mereka adalah mereka bisa bergerak ke Kerajaan Mid Terra secepat mungkin.

* * * * * 

"Enju! Katakan dengan jelas di mana pintu masuknya!"

Dengan panik, Baha berseru keras. Pasalnya, Enju melupakan pintu masuk rumah temannya itu. Bukan! Ini sebenarnya adalah pohon! Mereka telah mencari pintu itu selama kurang lebih lima menit, Enju masih meningat-ingat dengan keras.

"Diam dulu! Aku sedang mengingatnya."

Baha tidak bisa menunggu lagi, sebab kumpulan beruang marah sudah terlihat di belakangnya. Waktu semakin berkurang, jarak antara mereka berdua dengan kumpulan beruang menjadi sangat dekat. Jantung Baha berpacu cepat, dia bingung harus bagaimana. Dia masih melihat Enju memejamkan matanya berpikir dengan serius, sementara di belakangnya dia bisa merasakan aura membunuh yang sangat kuat. Punggung Baha telah basah dengan keringat dingin.

"Enju cepat!" pekik Baha.

"Ah! Aku ingat! [Open Realm of Tree's]!"

*SWOOOSSHH*

Sosok Baha dan Enju menghilang dalam sekedip mata, meninggalkan jejak berupa butiran cahaya yang menyebar ke segala arah sebelum akhirnya menghilang. Kumpulan pria beruang yang marah menjadi bingung dengan peristiwa itu, mereka yang kehilangan jejak Baha dan Enju segara mencari ke tempat lain.

Di dataran berumput sejauh mata memandang, sepasang manusia jatuh begitu saja ke lautan rumput berwarna hijau itu. Mereka tidak sekalipun merasa sakit, karena tekstur rumput ini sangat lembut, mirip dengan gumpalan kapas.

Realm of Tree's merupakan sebuah dunia independen yang terbentuk secara alami, biasanya Realm ini dihuni oleh para Dryad. Ras Dryad bisa mengendalikan tanaman, tidak sesederhana itu. Ras Dryad bisa dibilang adalah wujud dari tumbuhan itu sendiri, eksistensi mereka dengan alam tidak bisa dipisahkan.

Dalam setiap hutan, ada satu buah Realm of Tree's. Jadi tidak heran mengapa ada sebuah Realm of Tree's di hutan ini.

"Jadi di mana temanmu?"

Baha hanya bisa melihat dataran rumput yang sangat luas, beserta langit berwarna biru tanpa awan di sana. Yang jadi pertanyaannya, dia tidak sekalipun melihat adanya seseorang di sekitarnya.

"Myria! Di mana kau!" seru Enju dengan suara lantang, wajahnya diliputi kekhawatiran.

Tidak ada jawaban dari seruan Enju, yang ada hanya embusan angin semilir yang sangat sejuk, menerpa kulitnya. Tiba-tiba sebuah cahaya berwarna hijau lumut muncul di depan Enju, awalnya cahaya itu hanya sekecil kacang polong, namun semakin lama, cahaya itu semakin besar hingga seukuran tubuh manusia.

Cahaya hijau itu samar-samar berubah menjadi wujud sesosok manusia, visi Baha menangkap bayangan tubuh seorang wanita, lekukan yang indah tanpa cela terlihat sangat jelas. Lama kelamaan, beberapa bagian intim wanita itu dibungkus oleh sulur tanaman.

Cahaya hijau perlahan pudar, sosok wanita itu terlihat semakin jelas. Ujung kakinya terlihat sangat menawan ketika menginjak di lantai rumput, pahanya yang tersingkap memperlihatkan lekukan mulus berwarna putih murni. Bagian pusarnya pun tidak memiliki pertahanan, bagian sekitar dadanya sangat menawan, walau ditutupi oleh sulur tanaman, tetapi tidak menutupi keindahan ukurannya yang mini tersebut.

Rupa dari sosok wanita ini sangatlah cantik, rambutnya yang berwarna hijau limau tampak sangat anggun. Bibirnya yang berukuran kecil terlihat sangat cocok dengan wajahnya yang tirus. Setelah wujudnya menjadi jelas, dada Baha terasa sesak, matanya membelalak lebar-lebar.

Wanita bernama Myria ini, sangat mirip dengan Tama!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro