23. Kotanya Pandai Besi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Enju menarik Myria ke tempat yang agak jauh dari Baha, mereka terlihat membicarakan sesuatu di sana. Baha hanya bisa melihat dengan tatapan tidak percaya terhadap sosok Myria.

"Myria! Mengapa kau mengubah wujudmu menjadi orang asing di sini?"

"Aku hanya menyesuaikan wujudku dengan memori dari pria yang kau bawa itu."

Enju sama sekali tidak mengerti mengapa Myria harus repot-repot mengubah wujudnya, padahal memperlihatkan wujud aslinya tidak akan berdampak buruk sama sekali. "Apakah ada alasan mengapa kau mengubah wujudmu Myria?"

"Umu ... aku ingin mencari tahu apakah pria itu mempunyai niat yang jahat padamu atau tidak," celetuk Myria.

Mulut Enju menganga tatkala mendengar alasan Myria yang terdengar agak aneh, bukankah Myria terlihat sangat protektif terhadapnya? Dalam hatinya yang terdalam ia memang senang karena memiliki orang yang mengkhawatirkannya, namun di sisi lain dia juga tidak enak kepada Baha nantinya. "Myria ... bukannya apa, namun aku yakin bahwa Baha adalah orang yang sangat baik, buktinya dia menyelamatkanku dari kejaran manusia beruang itu, walaupun dia sendiri tahu perbedaan levelnya terpaut sangat jauh."

Myria tidak menggubris perkataan Enju, dan malah maju mendekati Baha.

Baha berhasil kembali dari lamunannya ketika Myria selesai berbicara dengan Enju, dia benar-benar terkejut dengan rupa Myria, wajahnya persis serupa dengan Tama. Hal yang berbeda dari keduanya adalah bentuk dan warna rambut mereka, rambut Tama berwarna cokelat yang panjangnya sebahu, sementara Myria berwarna hijau limau selutut.

Myria bergerak menghampiri Baha, sementara Enju mengikut di belakang. Baha terbangun, dia membersihkan pakaiannya dengan tangannya. Dia menampakkan wajah yang aneh, karena dia sendiri bingung untuk berekspresi seperti apa.

"Baha, perkenalkan ini Myria. Dia adalah temanku yang merupakan ras Dryad, dia menetap di Realm of Tree's ini," ujar Enju, Myria di belakangnya pun menganggukan kepalanya, dia maju untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, namaku Myria. Sebelumnya aku ingin berterima kasih telah melindungi Enju dari musuh abadi rasnya, yakni manusia beruang," kata Myria sembari menundukkan kepalanya.

"Ah, tidak masalah. Yang aku lakukan hanyalah membalas budi, Enju sendiri pernah menyelamatkanku sebelumnya, jadi sudah sepatutnya aku menolongnya juga ketika dia sedang dalam kesulitan." Myria melirik kemudian tersenyum misterius, Enju yang di sampingnya membuang wajah sembari memainkan rambut perak panjangnya.

"Jangan berkata seperti itu, kau telah menyelamatkan teman baikku. Walaupun itu hanya sekedar balas budi, tetapi dampaknya sangat besar kepada hati Enju kau tahu?" kata Myria sembari terkikik pelan.

Enju langsung membekap mulut Myria, kemudian menariknya ke belakang menjauhi Baha. "Apa yang kau katakan Myria bodoh! Bagaimana kalau Baha menyadarinya?"

"Hmm ... bukankah itu hal yang bagus, lagipula kau kan sudah bukan anak-anak lagi." Myria tersenyum nakal, Enju pun hanya bisa kesal karena Myria masih saja mengungkit-ungkit masa lalu.

Umur bangsa dryad sangatlah Panjang, sejarah mencatat bahwa dryad yang memiliki umur tertua yang masih hidup sampai saat ini, memiliki umur seribu tahun. Umur Myria saat ini sudah memasuki seratus. Pantas saja Myria mengejek Enju, karena dialah yang sudah merawat Enju saat dirinya masih kecil.

Saat awal Enju masuk ke hutan ini, dia berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Seluruh tubuhnya terluka dan kondisi psikisnya terganggu. Tatapan matanya kosong dan hampa, seperti jurang kegelapan yang tidak akan pernah berakhir. Baju yang ia kenakan sudah sobek di berbagai tempat, kulitnya kusam, dan rambutnya pun berantakan.

Berjalan tanpa arah untuk mencari tempat yang aman adalah tujuannya, hari demi hari dia lalui, sampai pada suatu hari dirinya sampai di pohon yang ukurannya paling besar di antara yang lainnya. Ia pun duduk sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Dia menatap kunci dengan ukiran antik di tangannya, dia sudah lupa mengapa benda itu bisa ada di tangannya. Tetapi dia tahu bahwa benda ini sangatlah penting, dia tidak sekalipun berpikir untuk membuang kunci yang hampir mencelakakan dirinya kala itu.

Sampai dia akhirnya tertidur.

Namun ketika matanya terbuka, pemandangan di depannya sudah jelas berbeda dengan yang sebelumnya. Awalnya pepohonan sejauh mata memandang menjadi dataran luas yang kosong. Tetapi dia melihat sesosok wanita dengan tubuh ramping dan wajah tirus di dekatnya, rambutnya yang berwarna hijau limau melambai, membuat Enju terpukau untuk beberapa saat.

Nah, pada saat itulah ketika Enju dan Myria bertemu untuk yang pertama kalinya.

"Enju, aku pinjam tubuhmu sebentar." Dalam waktu singkat Myria masuk ke dalam tubuh Enju, Enju yang mau menolak akhirnya pasrah, sehingga membuat tubuhnya saat ini telah diambil alih oleh Myria sepenuhnya.

Baha hanya menatap ke tanah, tidak memiliki keberanian untuk melihat wajah Myria sekali lagi. Tidak ada wajah yang paling dia rindukan selain wajah Tama di dunia ini, ketika dia melihat wajah Myria, dirinya merasa bersalah. Dia tahu ini sangat aneh, namun penampilan Myria benar-benar telah membuat Baha syok.

*Braakk*

Baha didorong dengan keras sehingga tubuhnya terlentang di tanah, dia kaget sekaligus bingung. Sesuatu sedang mendudukinya, siapakah orang yang mendorong dan menjatuhkannya? Enju atau Myria?

Rambut berwarna perak teruntai ke bawah, menutupi wajah Baha. Sensasi menggelitik terasa di kulitnya ketika bersentuhan langsung dengan rambut perak yang sengat lembut itu. "Enju! Apa yang kau lakukan?" ujar Baha sedikit panik.

Enju tidak menjawab, melainkan malah menjatuhkan seluruh tubuhnya di atas tubuh Baha. Sehingga kedua tubuh insan itu saling bersentuhan, tetapi anehnya Baha tidak merasakan sedikitpun beban, malah dirinya merasakan sensasi yang aneh.

"Uhhh ... Enju, kau!?

Wajahnya memerah seperti tomat ketika Enju menciumi lehernya dengan liar, dia tidak bisa tidak menikmati hal ini. Enju sudah menguasainya, tidak ada celah bagi Baha untuk lepas dari pelukannya. Dia adalah laki-laki yang masih perjaka, dihantam oleh sesuatu seperti ini akan membuatnya lepas kendali sampai kehilangan akal.

"Enju ... hentikan!"

Baha berusaha melepaskan diri, tetapi karena dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk melarikan diri dari kejaran manusia beruang, tenaganya sudah benar-benar habis tak bersisa.

Cahaya berwarna hijau limau di iris mata Enju menghilang, dan seketika itu pula wajah Enju merona merah seperti kepiting rebus. Di belakangnya kilatan cahaya keluar dari tubuh Enju, lalu membentuk wujud manusia dari fragmen-fragmen cahaya tadi. Itulah Myria.

" ...."

Suasana jadi membeku dan hening, tidak ada yang mengeluarkan sepatah kalimat pun. Enju masih malu, sangat malu. Wajahnya telah sepenuhnya dicelup oleh warna merah yang terang. Di belakangnya Myria hanya bersiul sambil membuang wajah ke arah lain. Pipi Baha juga memerah, tapi itu jelas tidak semerah Enju.

Baha mencoba memahami situasi yang barusan saja terjadi, dia berpikir dalam-dalam. Myria jelas bisa memasuki tubuh seseorang dan mengendalikannya dengan mudah! Apakah ini adalah kemampuan khusus bangsa dryad? Dia tidak tahu.

Dia melihat wajah Myria sekali lagi, matanya terbelalak tatkala wajahnya kali ini sudah berbeda dengan yang sebelumnya. Awalnya wajahnya jelas-jelas mirip dengan Tama, namun kali ini parasnya menunjukkan seorang wanita kisaran umur tiga puluhan. Perubahannya tidak hanya itu, bodinya juga berubah menjadi lebih berisi dan ramping.

Auranya menunjukkan kedewasaan sejati, tidak salah lagi, dia adalah wanita yang kecantikannya di atas rata-rata. Baha sempat terpana sesaat, dia tidak percaya apa yang barusan dia lihat. Apa jangan-jangan ... perubahan ini juga merupakan salah satu kemampuan dryad.

Enju menatap Baha. "J-jangan salah paham ya! Bukan aku yang mengendalikan tubuhku, jangan berpikir yang tidak-tidak oke!" katanya dengan suara gemetar.

"Myria bodoh!" pekik Enju sembari berlari meninggalkan mereka berdua, Baha dan Myria saling menatap semringah.

* * * * * * *

"Myria, sekali lagi terima kasih."

Butuh dua hari bagi Enju untuk memulihkan lukanya, berkat bantuan energi penyembuhan bangsa dryad, dia telah sembuh seperti sedia kala. Sudah saatnya bagi Baha dan Enju untuk pergi dari tempat ini, karena sebetulnya keberadaan kedua orang ini mengganggu keseimbangan Realm of Tree's.

"Tak masalah, lagipula kita ini kan keluarga." Perkataan Myria membuat kedua mata Enju memerah dan berkaca-kaca. Cairan bening menggenang di pelupuk matanya, tinggal menunggu waktu untuk meluncur bebas. Tetapi, dia berusaha menahannya karena tidak ingin terlihat lemah. "Myria ...."

Sia-sia saja, semua upayanya tidak membuahkan hasil, air mata itu meluncur membasahi kedua pipinya. "Myria! Aku senang sekali kau bersedia menjadi keluargaku."

Enju mengeluarkan semua perasaannya yang terpendam kepada Myria, mereka berdua berpelukan erat bak sepasang saudara yang telah lama tak berjumpa. Baha hanya bisa menunggu mereka selesai.

Satu jam kemudian.

"Sampai jumpa lagi Enju, berhati-hatilah!" perintah Myria, tangannya melambai-lambai.

"Ya! Sampai ketemu di waktu selanjutnya, aku berjanji untuk mengunjungimu lagi." Kali ini Enju tersenyum lebar, sembari membalas lambaian tangannya. "Dan kau Baha, jagalah Enju dengan baik. Aku tidak ingin mendengar keluhan Enju nanti." Baha hanya bisa mengangguk terpaksa dengan permintaannya. Tetapi, dia akan berusaha untuk menjaga Enju dengan seluruh kemampuannya.

Tubuh mereka berdua perlahan dibungkus oleh cahaya tipis, lalu tubuh mereka perlahan memudar dari Realm of Tree's. Sampai menghilang sepenuhnya.

Dalam visinya, Baha melihat sebuah kota besar yang tersembunyi di balik gunung batu. Saking besarnya sampai membuatnya berekspresi lucu, bahkan Enju pun sampai menutup mulutnya untuk menahan tawa.

Tidak sabar untuk melihat kota itu lebih dekat, dia segera beranjak pergi ke kota tersebut. kota ini sungguh menampilkan pemandangan eksentrik yang indah, terletak di sekitar gunung berbatu berwarna abu-abu. Semua rumah penduduknya terbuat dari batu, yang biasanya di ambil dari tambang. Ya! Kota ini adalah kota pertambangan terbesar di seluruh Benua Tengah, bukan hanya itu kota ini sebenarnya adalah ibukota Kerajaan Bindex, yakni Kota Panamax.

Di jalan utamanya, kalian tidak bisa melihat penjual makanan, kereta kuda, ataupun hal-hal umum yang ada di kebanyakan kota besar. Tetapi, di sini kalian bisa melihat gerbong-gerbong pengangkut bahan tambang yang banyak sekali, semua logam mulia yang umum dikenal maupun yang langka dapat ditemukan dengan mudah di tempat ini.

Karena sektor ekonomi utamanya adalah pertambangan, tidak heran jika sebagian besar penduduk di Kota Panamax ini juga berprofesi sebagai penempa senjata, zirah, helm, maupun barang lainnya. Pandai besi Kerajaan Bindex telah dikenal luas dan memiliki banyak sekali pelanggan dari Benua Tengah, jalan hidup mereka sebagai penempa sudah turun temurun sejak dahulu kala.

Harga senjata atau zirah yang dibuat oleh pandai besi di sini berkualitas tinggi, dan tentu saja harganya juga tidak masuk akal. Bahkan belati saja bisa dibanderol seharga lima puluh koin emas. Perbedaannya bagaikan langit dan bumi, padahal harga belati di tempat lain saja berkisar lima sampai sepuluh koin perak.

Sungguh harga yang fantastis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro