25. Senjata Baru Enju 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum pergi ke desa yang dituju, Baha bertanya-tanya pada para penjaga yang biasanya berpatroli di kota ini, Baha sangat senang ketika mengetahui jarak desa itu dengan Kota Panamax begitu berdekatan. Jadi, dirinya bisa bersantai dalam perjalanan ini.

Namun ... Apa yang menjadi ekspetasinya tidak sesuai dengan realita.

Desa itu sendiri sebenarnya berada di kaki gunung setinggi sepuluh kilometer, dan parahnya lagi, rute terdekat dari posisinya ke desa itu sangatlah berbahaya. Dia harus berjalan menyusuri anak tangga yang terbuat dari batu pualam yang sangat curam, bukan hanya curam, namun bentuk tangganya sendiri berlika-liku di tepian jurang.

Dia harus membuat keputusan dengan segera, apakah dirinya ingin menantang maut melewati rute berbahaya ini. Atau, dia bisa memilih rute lain, namun sebelum itu dia harus memutari gunung ini, dan akan memakan waktu yang lama karena lokasinya sangat jauh dengan lokasi dia berada sekarang.

Tiap kali dia melihat anak-anak tangga di tebing dari kejauhan, keringat mengalir deras, dan detakan jantungnya berpacu. Tubuhnya lemas saat itu juga, dia tidak ingin mengambil risiko, jadi —

"Kau harus melewati rute ini apapun yang terjadi," ujar Oda menyela.

"Apa!" pekik Baha keras.

Tiupan angin menerpa tubuhnya, hal itu hampir membuat Baha kehilangan keseimbangan saat menapaki anak-anak tangga di lereng terjal ini. Anggota geraknya bergoyang tidak seimbang, sudah hampir lima menit dia berusaha untuk mempertahankan posisinya saat ini. Tidak bisa bergerak kemana-mana.

"Apa yang kaulakukan? Cepat bergerak, masa baru setengah jalan sudah berhenti." Suara Oda membuat Baha menjadi tidak fokus menyeimbangkan diri, dia tidak bisa mengatakan apapun dalam keadaannya saat ini.

Mengapa Baha tidak bisa bergerak ke atas lebih jauh, hal itu disebabkan karena semakin tinggi anak tangga, semakin sulit untuk dipijak dengan kaki. Ditambah lagi tidak ada pegangan tangga, yang membuat Baha harus merangkak dalam menaiki tangga curam ini.

"Jangan takut! Fokuslah menyeimbangkan tubuhmu, atur napasmu, dan kuatkan tekadmu," seru Oda dengan keras, dia tidak mau Baha takut terhadap rintangan kecil seperti ini. Baha hanya menelan ludah, ia tahu harus melakukan itu. Tetapi, semua yang Oda katakan, tidak mudah bagi Baha untuk melakukannya.

Baha tampak mengalami konflik batin, akankah dia melakukan apa yang Oda katakan, atau tidak melakukan apa pun. Dia memejamkan mata, seraya berpikir dan menenangkan diri. Dia menghela napas panjang berulang kali, sampai dirinya benar-benar tenang.

Dua jam kemudian Baha membuka matanya, ekspresi tegang dan cemas sudah menghilang sepenuhnya. Saat ini dia menampakkan aura yang sangat berbeda dari sebelumnya, tidak ada lagi tanda keragu-raguan. Semua anggota tubuhnya kembali berada dalam kontrolnya, dia menarik napas panjang, dan dengan percaya diri melanjutkan menaiki anak tangga ini dengan gagah berani.

Rasa takutnya tadi seolah-olah hanya ilusi, semua perasaan negatif benar-benar telah disapu bersih ke dalam kehampaan. Baha telah berubah 180 derajat, dia seperti orang yang telah dilahirkan kembali.

Dalam dua jam sebelumnya, Baha telah mengalahkan dirinya sendiri, rasa takut telah berhasil dia taklukkan. Saat ini dia lebih bisa mengontrol emosinya, keadaan mentalnya telah berubah. Baha sendiri tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

Melewati anak tangga yang curam ini seperti menaiki tangga biasa baginya, dua puluh menit berselang, dia telah berhasil melewatinya. Sesampainya di atas, baha menghela napas lega. Dia sendiri bahkan tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dalam alam bawah sadarnya. Tetapi, satu hal yang pasti, dia sudah tidak takut lagi untuk melewati tangga curam tersebut.

Sebuah notifikasi masuk, layar semi transparan dari telapak tangannya muncul.

[Adrenaline Rush berhasil dipelajari!]

[Adrenaline Rush (Passive) Basic Lv. 1 : Kemampuan mengontrol emosi ketika menghadapi situasi yang berbahaya, menghilangkan status [Fear] saat berada dalam situasi tertentu]

* * * * * * *

Enju sedang mencari bahan baku untuk membuat belati kembarnya, saat ini dia sedang mencari informasi kepada pandai besi yang berada di dalam bengkel. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, bahan baku yang sangat cocok untuk membuat belati kembar adalah borazon.

Borazon adalah logam yang sangat keras, tetapi sayang, keberadaannya sangatlah langka. Logam ini hanya terbentuk jika gas nitrogen dipanaskan dengan tekanan sekitar tujuh gigapascal dalam suhu 1.800 celcius di dalam perut bumi.

Menurut desas-desus, hanya ada lima senjata di dunia ini yang berbahan baku borazon ini. Bagi Enju, memakai borazon sebagai bahan baku senjatanya akan menjadi misi yang mustahil. Jadi, dia memutuskan untuk mencari bahan lain yang umum digunakan dalam pembuatan senjata.

Sekali lagi, Enju harus mencari informasi lagi dan lagi. Tidak terasa, hari mulai gelap, dia belum menemukan logam apa yang cocok sebagai bahan baku untuk pembuatan belati kembarnya. Dengan langkah lemas, dia kembali ke tempat di mana pandai besi pemabuk tinggal.

Dia duduk di kursi yang hampir lapuk, bersandar kemudian memejamkan mata. Dia berpikir keras, bahan baku apa yang bisa dia dapatkan ketika tidak memiliki uang. Dia sempat berpikir untuk berhutang kepada seseorang pemasok logam dari pertambangan, dia juga punya ide untuk menjadi penambang agar bisa memperoleh logamnya sendiri.

Sayangnya, kedua ide itu tidak dapat dia lakukan. Jika berhutang, dia takut tidak akan bisa melunasinya, dan belum tentu dia bisa mendapat orang yang bisa meminjamkan uangnya. Kalau menjadi penambang, tubuhnya tidak memungkinkan untuk pekerjaan ini. Diperlukan tenaga yang ekstra untuk pekerjaan berat seperti penambang, lagipula dia tidak mengerti karakteristik logam yang bagus untuk dijadikan bahan baku senjatanya.

"Huft, apa yang harus aku lakukan?" keluhnya.

Enju menatap kosong tumpukan senjata belati kembar yang tidak layak pakai di ruangan itu, mereka berserakkan dan sebenarnya sangat mengganggu. Pikirannya jauh melayang, dan tanpa ia sadari, matanya menutup.

"Itu dia!" Enju melompat dari kursi tua dan menatap tumpukan belati kembar dengan mata berbinar-binar. Pasalnya, dia sudah mendapatkan sebuah ide. Idenya adalah meleburkan senjata-senjata belati yang tidak terpakai ini menjadi logam, kemudian menempanya kembali menjadi belati kembar yang baru.

Ide ini sama sekali tidak pernah muncul sebelumnya, dia mendapatkan ide ini dari mimpinya semalam. Enju sangat gembira, dia langsung bergegas ke tempat peleburan logam yang letaknya tidak jauh dari rumah penempa mabuk itu. Dia menunggu di luar, selagi belati-belati kembar tersebut dilelehkan. Karena suhu di dalam ruangannya sendiri sangat tinggi, Enju memutuskan untuk pergi ke tempat lain terlebih dahulu. Dalam prosesnya, mereka menggunakan lava cair untuk melelehkan logam-logam agar menghemat waktu.

Dalam waktu satu jam, senjata-senjata belati kembar yang sudah tua itu sudah menjadi beberapa batang logam yang terlihat bagus. Dengan cepat, Enju pergi ke tempat pandai besi pemabuk itu. Untuk transaksi pembayaran, Enju menjual beberapa batang logamnya dan menyisakan dua batang. Kedua batang itu akan dijadikannya sebagai bahan baku pembuatan belati kembarnya.

"Aku telah mendapatkan bahan bakunya, umm ... Apa kamu bisa membuatkan senjata belati kembarnya sekarang?" pinta Enju kepada sang penempa mabuk yang tengah terbaring di mejanya. Mata merah penempa itu menatap Enju, dia mengedarkan matanya lalu menutupnya. "Mana arak yang ... hik... aku minta sebelumnya?"

"Temanku sedang mengambilnya pak," kata Enju. "Tidak ada arak, tidak ada belati ... hik... kembar," balasnya.

Enju pun ke luar rumah, dan mengharapkan agar Baha cepat kembali.

* * * * *

"Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkannya?"

"Mudah saja, kau akan menjadi asistenku malam iini," kata pramutama bar itu dengan senyuman khasnya.

Di dalam tavern, berdiri seorang pria dengan ekspresi bingung di meja kasir. Walaupun ada seseorang bersamanya, tetap saja tidak dapat mengubah ekspresinya. Dia sesekali melirik rekannya yang sangat lihai meracik minuman.

Pria dengan pakaian kemeja putih berompi hitam dengan dasi kupu-kupu di kerahnya beratraksi, dia menuangkan minuman ke gelas pelanggan dengan cantik. Para pelanggan yang duduk terkesima dan bertepuk tangan, Baha memperhatikan semua pergerakannya.

Baha bertugas mencuci gelas dan membereskan peralatan, ketika tugasnya selesai, sesekali ia membantu menjaga kasir dan melayani pelanggan.

Sebagian besar pelanggan memesan minuman beralkohol, tetapi tidak sedikit pula yang memesan minuman koktail klasik. Baha jadi tahu beberapa jenis minuman berdasarkan aromanya. Itu adalah malam yang panjang baginya.

Saat pagi harinya, kepala Baha terasa sangat pusing. Wajahnya tampak pucat, dia baru saja mengetahui bahwa dirinya tidak cocok berada di tavern itu. Aroma minuman beralkohol berhasil membuat kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang, sampai pada akhirnya ia jatuh pingsan.

Dia sendiri tidak tahu mengapa dia bisa berada di ranjang, dengan langkah sempoyongan. Baha berjalan ke luar.

"Ini di penginapan, semalam kau pingsan, dan pramutama bar itulah yang membawamu ke sini."

"Oh begitu ya."

Baha bertanya kepada seorang wanita dewasa, dan mengetahui bahwa saat ini dia berada di penginapan kecil yang berada di desa. Baha pun berjalan ke tavern untuk meminta maaf karena tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan benar.

Baha menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf, tidak bisa menjalankan tugasmu dengan baik," sesalnya. Pramutama bar itu tersenyum khas, dan berkata, "Jangan dipikirkan, kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik ... Ah ya! Ini arak yang kau cari bukan? Aku sudah membuatkannya untukmu."

Dia terkejut bukan main saat disuguhi sepuluh botol arak yang menjadi misinya, tetapi ada rasa tidak enak dalam hatinya. Apakah ia berhak untuk menerima kebaikan pramutama bar tersebut.

"Tetapi—" kata Baha ragu.

"Ambil saja, anggap saja ini hari keberuntunganmu," jawabnya santai.

[10 Botol Arak berhasil didapatkan!]

Baha tersenyum dan langsung menerima semua botol-botol arak itu, lalu dia memasukkannya ke dalam penyimpanan dimensinya. Sudah saatnya untuk kembali, Baha segera pamit kepada pramutama bar itu, lalu meninggalkan desa yang sangat asri itu.

"Sensei, mengapa banyak sekali orang berhati mulia di dunia ini?" tanya Baha, pagi-pagi adalah waktu paling cocok untuk menggerakkan tubuhnya sembari berlari. Lagipula, pusing kepalanya sudah berangsur-angsur membaik.

"Tidak juga, malah menurutku banyak sekali orang-orang berhati busuk di dunia ini. Tidak! Manusia adalah makhluk seperti itu, selalu saja dikendalikan oleh hawa napsu mereka sendiri." Perkataan Oda membuat Baha kebingungan.

'Anak ini terlalu polos, dia sama sekali tidak mengerti betapa gilanya dunia ini, bukan hanya dunia ini sih. Dunia manapun juga pasti sama, pasti diisi oleh orang-orang busuk.' Batin Oda. Dia hanya berharap agar Baha tidak berhubungan dengan orang seperti itu di masa depan nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro