26. Senjata Baru Enju 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baha dan Enju tengah menunggu penempa pemabuk itu menyelesaikan belati kembar, mereka memprediksi pengerjaannya akan membutuhkan waktu yang lama. Agar tidak bosan menunggu, mereka berdua pergi berjalan-jalan di Kota Panamax daerah pasar.

Karena masih memiliki uang yang tersisa di penyimpanan dimensinya, Baha membeli beberapa camilan ringan, yang nantinya akan dimakan mereka berdua. Di Kota ini, camilan yang terkenal adalah kue kering dengan lumeran saus coklat yang manis. Sebenarnya ada banyak camilan yang terlihat enak, namun karena kantong Baha tipis, dia tidak punya pilihan selain membeli camilan dengan harga termurah.

Enju memaksa Baha untuk cepat-cepat ke puncak gunung, karena dia ingin sekali melihat pemandangan matahari terbenam di tempat ini. Informasi ini dia dapatkan dari penduduk desa. Nantinya camilan itu akan dimakan sambil menikmati pemandangan tersebut.

"Baha, lihat itu!" Enju menunjuk ke arah garis horizon, cahaya oranye kemerahan bersinar terang mewarnai awan-awan di sekitarnya, inilah pemandangan matahari terbenam yang terkenal itu. Baha juga merasa bahwa pemandangan ini cukup menakjubkan.

Mereka berdua sedang duduk bersebelahan di bongkahan batu marmer yang besar, disekitar mereka ada banyak orang yang ikut menyaksikan pemandangan matahari terbenam ini. Baha sesekali memakan kue kering sembari memandangi pemandangan, dan sesekali mencuri pandang ke wajah Enju.

Enju tampak sangat terpesona oleh keindahan matahari terbenam, sampai-sampai tidak sadar bahwa dari tadi Baha sedang memperhatikannya. Senyumannya bagaikan senyuman dewi yang turun ke bumi, sampai-sampai dapat mengalahkan keindahan pemandangan matahari terbenam.

Enju melirik Baha, wajahnya memerah malu tatkala mereka secara tidak sengaja saling bertatap muka dengan jarak yang sangat dekat. "Hey! J-jangan menatapku dong. Cepat arahkan pandanganmu ke arah lain!" Dia menghalangi pandangan Baha dengan kedua tangannya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona.

Setelah selesai menghabisi waktu memandangi matahari terbenam, sudah saatnya untuk mereka berdua kembali ke rumah penempa tukang mabuk itu. Mereka ingin memeriksa apakah senjata belati kembar sudah rampung atau belum.

"Ini pesananmu ... hik ... Aku harap itu sesuai dengan yang kau inginkan ... hik," kata penempa itu sambil memegang sebotol arak yang Baha dapatkan di desa kemarin. Biarpun dia seorang tukang mabuk, tetapi ketika menyangkut pekerjaan, dia akan melakukannya dengan serius.

Senjata belati kembar yang sudah jadi itu, dibungkus oleh sehelai kain berwarna coklat, mata Enju berbinar-binar melihatnya. Perlahan dia membuka kain itu dengan hati-hati, sepasang belati dengan bentuk seperti bulan sabit berada digenggaman tangannya. Dia mengibas-ngibaskan belati itu, mencoba menguji berat dan ketajaman belati tersebut.

"Sempurna! Ini benar-benar hebat," pekik Enju kegirangan, dia melompat-lompat sambil mengayunkan belati barunya dengan semangat.

"Enju, hentikan! Itu berbaha--- Whoa!" Belati tersebut hampir mengenai leher Baha, untung saja refleknya bagus, sehingga dia berhasil menghindarinya.

"Ehehe, maafkan aku." Enju tersenyum sembari memeluk belati itu.

* * * * * * *

"Bagaimana kondisi di perbatasan, apakah ada kemajuan?"

"Sama sekali tidak ada Ketua, mereka masih tidak mau membuka jalan." Sudah hampir setengah hari kelompok yang beranggotakan enam orang dari Guild Indonesia melakukan pengintaian terhadap masalah yang baru-baru ini terjadi di perbatasan antara Kerajaan Mid Terra dengan Kerajaan Bindex.

Mereka belum menemukan penyebab dari hubungan yang tiba-tiba saja renggang antara kedua kerajaan ini, jika masalah ini terus berlanjut, mereka khawatir hubungan dua kerajaan ini tidak akan bisa kembali seperti sedia kala.

"Apa yang harus kita lakukan Ketua?" tanya Ameliah, dia juga menyadari jika masalah ini tidak ditindak lanjuti, maka masalah ini akan menjadi semakin runyam. Agung berpikir sejenak, tentang apa yang harus dia lakukan untuk meredakan ketegangan ini.

"Aku pikir, kita harus berbicara dengan pasukan penjaga dari Kerajaan Bindex itu," usulnya.

* * * * * *

Malam berganti siang, di sebuah formasi bebatuan yang letaknya di puncak gunung. Tampak dua orang yang sedang menaklukkan sebuah monster batu, ukuran monster itu hampir setinggi empat meter.

Monster itu mengepalkan tinjunya, lalu memukul tanah di bawahnya sehingga menyebabkan retakan yang melebar ke segala arah dan kepulan debu yang menyebar ke udara. Pergerakan itu memaksa Enju harus mundur dengan cepat, karena jarak penglihatannya terganggu.

"Sial!"

"Enju mundur! Giliranku untuk menyerang." Baha mengambil posisi, dia berdiri dengan sikap sempurna di atas batu yang tinggi, dia meregangkan tali busurnya dan menahannya selama lima detik, kemudian melepaskannya dengan energi kinetik yang sangat besar.

[Perfect Fatal Snipe] dilepaskan begitu saja, melesat tajam dari jarak dua ratus meter. Terdengar bunyi batuan runtuh sesaat setelah anak panah itu masuk ke dalam kepulan debu. Enju dan Baha menunggu kepulan debu menghilang, di sana terlihat monster batu itu memiliki bekas lubang menganga di dadanya. Walau tidak memiliki darah, namun monster itu sudah terlihat kehilangan keseimbangan.

Tanpa basa-basi, Enju maju dan mengayunkan kedua belati kembarnya itu dengan segenap tenaganya, dia mengincar kaki monster golem itu, kakinya yang terpotong oleh bilah tajam belati milik Enju. Monster itu dikalahkan dengan mudah oleh Enju.

"Fyuh, bagaimana Baha? Apa levelmu sudah naik kali ini?" tanya Enju, alasan mereka ke tempat ini untuk berburu monster karena Baha ingin cepat-cepat menaikkan levelnya, dengan bantuan Enju, dia berhasil mencapai level tiga puluh dengan cepat.

"Bagaimana kalau kita istirahat terlebih dahulu? Kita lanjutkan sore nanti," usul Baha sembari menyimpan busurnya ke dalam penyimpanan dimensi. "Ide bagus! Mari kita makan, aku punya tempat yang bagus lho."

* * * * * *

"Orang itu sangat sulit dikelabui nanoja ...." ucap Nalulu lesu. Tetapi, bukan hanya dia yang tampak lesu, semua anggota The Seven Cloak juga berekspresi demikian. Rencana yang mereka susun telah digagalkan, bukan digagalkan sih, lebih tepatnya diacuhkan.

"Tidak kusangka dia bisa bertahan dari serangan mesum tersebut," kata Red Hood Grandma, dia juga tidak pernah menyangka hal itu.

"Beraninya kalian membuatku melakukan hal yang memalukan itu, awas saja, akan kubalas kalian!" keluh Filly, wajahnya semerah tomat.

Dalam kereta kuda yang bergerak, mereka semua murung karena hal tersebut. sementara sang korban, yakni Wu Lao tidak memedulikan mereka, dia sedang sibuk menatap ke luar jendela kereta kuda. "Jebakan seperti itu tidak akan mempan untukku," gumamnya pelan.

Kejadian seperti ini, seharusnya tidak usah diceritakan lebih jauh lagi.

Kota Celestial, adalah ibukota Kerajaan Mid Terra. Sebuah kota raksasa yang berdiri di sekitar bukit, sementara di atas bukitnya, dibangun istana yang sangat megah. Inilah rupa dari kota terbesar di benua tengah, bukan! Tetapi salah satu dari lima kota besar di seluruh dunia ini.

Kalian membutuhkan waktu satu hari untuk mengelilingi tempat ini, lokasinya sangat strategis, karena dataran rendah di tempat itu dikelilingi oleh sungai. Membuat musuh ataupun monster yang ingin menyerang kota ini akan dibunuh sebelum mereka dapat memasuki tempat ini.

Kota Celestial dibagi menjadi empat distrik. Pertama adalah distrik keluarga kerajaan, yang menempati istana adalah seluruh keluarga kerajaan. Selain para keluarga kerajaan, ada pula orang-orang paling berpengaruh yang tinggal di istana, sebut saja para ksatria agung dan orang-orang paling berjasa terhadap negeri ini dari masa ke masa.

Kedua adalah distrik khusus, ada empat mansion besar yang letaknya di sekitar istana. Di sana tempat tinggal para Patriot saat ini, di sekitarnya juga ada gedung-gedung tempat guild berada, totalnya ada 195 gedung yang berjejer rapi melingkar di bawah bukit.

Ketiga adalah distrik atas, letaknya ada di bagian dalam Kota Celestial. Di sini tempat tinggal kaum bangsawan, pedangang besar, ksatria, dan orang penting lainnya. Terakhir, yaitu keempat adalah disrik bawah, terletak di bagian luar Kota Celestial. Di sinilah tempat hunian warga biasa dan para pelancong yang singgah.

Rombongan Hendrick dan Cedrick telah sampai di pintu masuk Kota Celestial, di gerbang utama sisi utara dipenuhi para pendatang yang berbaris panjang menunggu giliran untuk pengecekan identitas. Mereka datang dari berbagai penjuru daerah untuk berbisnis ataupun sekedar singgah untuk istirahat dari perjalanan panjang.

"Mari kita masuk ke gerbang khusus," ujar Cedrick kepada semua orang dalam kereta kuda itu.

Gerbang khusus dikhususkan untuk orang-orang yang memiliki status penting di Kerajaan Mid Terra. Karena status Cedrick adalah ksatria suci, dia juga termasuk orang-orang khusus tersebut.

Para penjaga yang berada di pintu gerbang segera membuka gerbang, setelah melihat tanda bahwa yang akan masuk adalah Cedrick. Para penjaga menekan tombol, lalu pintu gerbang pun terbuka secara otomatis. Para anggota The Seven Cloak terkejut bukan main, mereka tidak pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya.

Mekanisme ini diciptakan oleh Patriot generasi sebelumnya, mereka membuatnya untuk memperkuat pertahanan Kota Celestial jika para Raja Iblis datang menyerang, ini hanya tindakan pencegahan yang mereka lakukan dari kemampuan dan pengetahuan dari dunia lain yang mereka miliki.

"Selamat datang Tuan Cedrick, apakah anda telah bertemu dengan teman lama yang anda ceritakan?" tanya seorang penjaga gerbang, dia cukup muda. "Ya, perkenalkan dia adalah Hendrick, teman lama saat aku masih menjadi prajurit biasa."

"Salam kenal," sapa Hendrick. "Senang bisa bertemu denganmu tuan, nikmatilah waktu anda di Kota Celestial kami."

Mereka pun bergerak masuk ke dalam Kota Celestial, para penumpang kereta kuda itu terkesima melihat pemandangan Kota Celestial yang sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Seperti yang diharapkan dari Ibukota Kerajaan Mid Terra, sangat hebat dan megah.

Bangunan-bangunan yag terawat dan bersih, itulah tampilan keseluruhan Kota Celestial. Mereka baru saja masuk ke Kota Celestial, tempat di mana mereka berada sekarang adalah distrik bawah, distrik paling bawah Kota Celestial sebenarnya seindah ini? Bukankah ini berlebihan!

"Apanya yang distrik bawah! Ini mah kelihatan dari sudut manapun adalah distrik atas nanoja!" pekik Nalulu dengan keras, dia terkejut bukan main. Begitu pun semua orang yang belum pernah ke Kota Celestial, mereka sangat terkejut dengan pemandangan di depan mata mereka.

"Bukan, tentu saja ini adalah distrik bawah. Semenjak kedatangan patriot generasi 28, banyak sekali perubahan di Kota Celestial. Salah satunya adalah infrastruktur bangunan yang tampak seperti sekarang ini," jelas Cedrick.

Di jalan utama, banyak sekali kereta kuda yang memiliki berbagai macam jenis berlalu-lalang. Jalan setapak yang lebar, taman-taman, hiasan-hiasan, dan benda-benda unik bertebaran di segala penjuru kota.

Anggota The Seven Cloak hanya melihat semua pemandangan aneh itu dengan mulut menganga lebar. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro