29. Munculnya Sang Pengabdi Kegelapan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wilayah Kerajaan Bindex dikelilingi oleh barisan pegunungan yang tinggi menjulang, menjadikan tidak banyak pendatang maupun pedagang yang datang.

Saat memasuki wilayah Kerajaan ini, mereka akan dihadapkan oleh medan yang terjal dan sulit ala pegunungan.

Garis perbatasan dijaga oleh para prajurit Bindex. Letaknya yang sulit dijangkau menjadikan Kerajaan Bindex jarang dikunjungi pelancong.

Sekarang Kerajaan Bindex sedang menghadapi musuh yang menyusahkan, pasalnya mereka dapat menyerang sebuah desa kecil dengan sangat cepat tanpa terlacak.

Mereka menyerang desa dengan cara yang tidak manusiawi, mereka akan membakar para manusia dan seluruh isi desa.

Saat prajurit datang untuk menghentikan aksi mereka. Bagaikan hantu, mereka menghilang dengan cepat. Hanya menyisakan puing-puing bangunan, api yang berkobar, dan asap hitam yang mengepul tinggi.

Saat diselidiki, setiap desa yang telah dihancurkan, tertancap sebuah kayu dengan bendera Kerajaan Mid Terra.

Rumor pun beredar dengan cepat, para orang-orang percaya bahwa Kerajaan Mid Terra memang menyerang desa-desa di wilayah Kerajaan Bindex.

Raja pun akhirnya mengirim pasukannya untuk berjaga-jaga di setiap wilayahnya. Pihak Kerajaan Bindex awalnya ingin berbicara dengan Raja Hans dari Kerajaan Mid Terra, namun melihat situasi perbatasan yang kacau, mereka mengurungkan niat.

Mereka memutuskan memberi kabar lewat surat untuk menghubungi pihak Mid Terra terkait masalah ini.

Satu minggu berselang tidak ada balasan dari pihak Mid Terra, membuat raja Kerajaan Bindex geram.

Saat ini, dia sedang mempersiapkan pasukan besar untuk mengagresi wilayah Mid Terra.

Sayangnya, Kerajaan Mid Terra malah disibukkan dengan mengirim bantuan ke Kerajaan Nasild yang tengah diserang Kerajaan North Window.

* * * *

"Baha, kapan kita akan sampai? Aku sudah lelah." Enju yang tidak terbiasa berjalan jauh sudah tidak kuat lagi berjalan. Sebenarnya bukan itu sih masalahnya.

"Bagaimana kau bisa lupa makan!?" Baha mengernyitkan alisnya, sementara Enju hanya memalingkan wajahnya.

Jika seseorang dalam kondisi [Hunger] stamina mereka akan berkurang 50%. Kondisi inilah yang dialami oleh Enju, akibatnya dia menjadi cepat lelah.

"Ya sudah, aku akan membuatkanmu sesuatu."

Enju memilih duduk di bawah sebuah pohon, sementara Baha mempersiapkan peralatan masaknya.

Baha memasak makanan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, masakan akhirnya selesai tidak lama kemudian.

Enju langsung melahap makanan itu, dia membersihkan semuanya tanpa sisa. Kemudian dia bersendawa pelan, wajahnya memerah tatkala mengetahui bahwa orang di sampingnya memperhatikannya sejak lama.

"Apa yang kau lihat!" Enju memelototi Baha, namun Baha mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Hey, jawab pertanyaanku!" Baha tidak menanggapi.

Setelah empat jam jalan kaki, akhirnya mereka sampai di sebuah kota, tampilannya jelas beberapa kali lebih kecil dari Kota Panamax.

Kota Rendz namanya, terletak di padang rumput yang luas, namun karena cuaca sedang panas, rumput yang seharusnya hijau jadi menguning. Banyak debu yang beterbangan tertiup angin, yang jika masuk ke mata akan membuat mata iritasi.

"Huft, apa-apaan angin kencang ini!"

Angin kencang tiba-tiba bertiup, debu dan pasir mengudara, Baha dan Enju yang berada di tengah-tengah padang rumput sontak terkejut.

"Uhuk uhuk, ada debu yang masuk ke tenggorokanku!" keluh Enju.

Baha kelilipan, jadi penglihatannya agak kabur. Mereka berjalan dengan susah payah menuju Kota Rendz.

Mereka langsung mencari air, Baha segera membasuh mata, sedangkan Enju minum untuk membasahi tenggorokan.

Rendz adalah kota yang cukup unik, mereka memiliki jumlah penduduk yang padat, namun sangat sedikit aparat keamanannya, membuat kota ini dikenal dengan tingkat kriminalitas tertinggi.

Banyaknya pasar gelap, rumah bordil, penjualan budak, dan aktivitas kriminal lainnya marak terjadi.

Baha bisa melihat banyak budak yang berkeliaran, mereka dapat dikenali dengan mudah, leher mereka biasanya dipakaikan kalung yang terbuat dari besi.

Ketika mereka berdua berjalan di keramaian, banyak sekali tatapan mata yang terarah kepada mereka. Baha tahu bahwa tatapan itu terarah pada Enju.

Enju merangkul tangan Baha, dan bersembunyi di balik punggungnya, dia sulit bernapas, keringat mengalir deras di dahinya.

"Baha, cepat pergi dari sini!" Dia mengerti, dan segera menarik Enju ke sebuah restoran.

Beruntung, hampir tidak ada seorang pun yang berada di restoran ini, namun ada seorang pria yang duduk di sudut ruangan sembari membawa sabit besar di punggungnya, wajahnya sendiri tidak begitu terlihat karena penutup wajah yang dikenakannya.

Enju duduk, sementara Baha pergi ke meja kasir untuk memesan minuman. Pria itu menatap Enju dengan tajam, membuat Enju sedikit bergidik.

Pria itu bangkit dari duduknya, lalu duduk di seberang Enju, dia menjadi tidak nyaman dan berniat pergi dari meja.

"Mau pergi ke mana? Mari kita ngobrol sebentar," ajak pria itu.

"Ah umm ...."

"Mau apa kau!?" Baha datang sembari membawa dua gelas di tangannya, karena menyadari bahwa pria ini memiliki tabiat yang mencurigakan.

Tanpa diperintah, Enju sudah bersembunyi di belakang Baha. Sementara Baha menatap tajam pria di depannya.

"Hmm, kau sudah punya rekan rupanya, padahal aku berencana merekrutmu jadi rekanku. Baiklah, maaf telah mengganggu waktu kalian, sampai jumpa."

Pria itu berkata sambil menyingkapkan tudungnya, terlihat dengan jelas wajahnya. Ekspresi yang tangguh, dan wajah yang enak dipandang, ditambah dengan rambut merahnya menambah kesan gagah.

Pria itu menundukkan kepalanya dan bergegas pergi dari tempat itu, dia dengan cepat menghilang di antara kerumunan.

Enju menghela napas lega, ternyata dia hanya ingin memintanya untuk bergabung dengan regunya. Dia kira pria tadi berniat jahat kepadanya, makannya Enju menjadi waspada.

"Haahh, aku kira pria tadi berniat jahat," desah Enju sambil duduk di kursinya semula, dia meneguk minuman yang telah Baha pesan.

Baha hanya tersenyum. "Tidak baik mencurigai seseorang jika hanya melihat dari luarnya, aku juga agak waspada juga sih."

Mereka membicarakan tentang kota yang baru saja didatangi, ada banyak hal-hal baru yang mereka lihat.

"Aku ingin menolong mereka semua, apa kau tidak kasihan dengan budak-budak itu Baha. Tatapan mereka kosong, dan tubuhnya tidak terawat dengan baik." Enju merasa simpati dengan para budak di kota ini.

" ...." Baha tidak menjawab, dia sendiri juga syok ketika ada manusia yang diperlakukan layaknya hewan.

Sebenarnya Baha juga ingin menyelamatkan mereka dan memberikan mereka kebebasan. Tetapi, dia yakin melakukan hal tersebut akan sangat sulit.

"Mengapa kebanyakan budak berasal dari ras setengah manusia?" tanya Enju, dia ingin membebaskan para budak di tempat ini.

"Aku tidak tahu ...."

Baha mengepalkan tinjunya, marah dengan orang yang seenaknya merengut kebebasan orang lain.

Berbagai macam budak tersebar di kota ini, ada yang sebagai kuli angkut, pengemis, pekerja bangunan, pencuri dan profesi kasar lainnya biasanya dikerjakan oleh budak laki-laki.

Tubuh mereka kurus kering, penyakitan, dan dipenuhi oleh luka.

Para budak perempuan punya kondisi yang tidak kalah buruk. Mereka biasanya dijadikan pemuas hasrat seksual tuan mereka, terkadang mereka pun akan disewakan ke rumah bordil untuk dinikmati oleh orang-orang.

Tentu saja tidak semua budak akan diperlakukan tidak manusiawi, namun sebagian besar pemilik budak melakukan hal tersebut.

Enju sangat tidak tahan melihat saudara sebangsanya diperlakukan dengan tidak manusiawi.

"Pokoknya kita tidak boleh lengah jika berada di kota ini, banyak sekali pencuri yang berkeliaran. Jangan sampai belati kembar barumu hilang, kau dengar Enju?"

"Aku tahu, memangnya aku sebodoh itu Baha bodoh!" Enju segera keluar dari restoran meninggalkan Baha.

Baha meneguk minumannya, kemudian dia pergi ke kasir untuk membayar tagihan. Dia mulai terbiasa dengan Enju yang selalu saja pergi awal-awal jika ada tagihan.

Dia berjalan ke luar dari restoran, namun ketika baru langkah pertama dia ke luar, Enju berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Baha, belati kembarku hilang!"

* * * * *

"Summon Dark Warrior!!"

Dari ketiadaan, muncul manusia dengan zirah bersenjata lengkap. Ada lima puluh dari mereka, dengan seragam berwarna hitam.

Di depan para Dark Warrior itu, berdiri seorang pria paruh baya dengan wajah garang.

"Argh, mengapa aku tidak bisa memanggil mereka dengan jumlah yang lebih banyak!" geramnya.

"Kalau cuma segini mana cukup!" Pria ini berniat untuk menyerang salah satu kota di Kerajaan Bindex.

Dia diberi tugas oleh seseorang untuk berbuat kekacauan di Kerajaan Bindex, karena dirinya telah dikaruniai dengan kekuatan kegelapan olehnya, mau tidak mau dia harus menjalankan perintahnya.

Dia juga disuruh menancapkan bendera Mid Terra tiap kali ada desa yang dia hancurkan. Tugas ini berhasil dia laksanakan tanpa satu pun kegagalan.

Dia mendapatkan bendera itu langsung dari orang yang menyuruhnya, dia sendiri tidak mengerti dari mana dia mendapatkan bendera-bendera tersebut.

Kali ini, dia diberi tugas untuk menghancurkan sebuah kota. Namun, masalahnya dia tidak bisa memanggil Dark Warrior lebih banyak karena kekuatannya tidak cukup.

Padahal, dia ingin membahagiakan orang itu dengan prestasi-prestasinya, dia ingin mendapatkan pengakuan dari orang yang telah memberinya kekuatan yang begitu besar ini.

Wajahnya memburuk, dia mendecakkan lidahnya.

"Apa yang kau lakukan di sana ...."

Dari balik pepohonan, seorang pria yang sepenuhnya berwarna hitam muncul. Tekanan yang diberikan orang ini sangat kuat, saking kuatnya sampai membuat pria paruh baya pemanggil Dark Warrior langsung berlutut ke tanah.

"Tu-tuan ... Apa yang anda lakukan di tempat seperti ini?" katanya terbata-bata.

Pria hitam itu berjalan ke sekeliling pasukan Dark Warrior, lalu kembali lagi ke hadapan pria paruh baya yang sedang berlutut.

"Sepertinya kau membutuhkan kekuatan lebih, aku akan meminjamkan padamu sedikit kekuatanku. Ambil ini!"

Pria paruh baya itu menangkap sebuah objek yang dilempar oleh pria hitam tadi. "Apa ini tuan?"

"Itu adalah Dark Pill, jika kau mengkonsumsinya, kekuatan yang kau miliki akan meningkat pesat---"

"Baik tuan, aku akan memakannya segera." Pria paruh baya tadi langsung menenggak pill itu utuh-utuh.

"Aku belum selesai bicara. Setelah kau mengkonsumsi pil itu kau akan mati."

"Apa! Arkh!!!"

Pria paruh baya itu langsung menegang dan terkapar menggeliat di tanah.

"Tetapi tenang saja, kau akan mendapatkan kekuatan yang besar dalam durasi 24 jam dari sekarang."

Setelah memberi tahu hal itu, sosok pria hitam langsung lenyap. Meninggalkan pria paruh baya yang masih kesakitan dengan senyuman menyeringai.

"Arrgghh! Dasar bajingan tua!"

Seketika itu pula, pasukan Dark Warrior-nya tumbuh ke angka yang mengerikan.

* * * * *

Setelah diskusi panjang dengan para prajurit dari Kerajaan Bindex, akhirnya para perwakilan dari Guild Indonesia dipercayai oleh mereka.

Sayangnya mereka masih belum sepenuhnya percaya, walau mereka bisa masuk ke wilayah Kerajaan Bindex, namun keenam anggota mereka diawasi oleh tentara elit berlevel tinggi.

Agung dan rekan-rekannya bersedia membantu masalah ini, mereka yakin bahwa orang-orang yang menyerang Kerajaan Bindex ini bukan berasal dari Kerajaan Mid Terra, melainkan hanya sekelompok orang mengaku dan membawa nama Mid Terra untuk berbuat kerusuhan.

Dari luar pos, terlihat seorang prajurit menunggang kuda yang datang dengan tergesa-gesa. Tampak ekspresinya yang khawatir dan cemas, dia adalah orang yang diutus untuk menyampaikan berita.

"Gawat! Kita harus ke Kota Rendz sekarang, para pasukan musuh telah mengepungnya."

Semua orang yang ada di pos menelan ludah, mereka harus segera datang membantu, jika tidak maka situasi akan memburuk.

"Cepat siapkan senjata dan perlengkapan kalian, kita akan bergegas untuk membantu, jangan sampai Kota Rendz jatuh ke tangan musuh!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro