30. Perang Dimulai!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bagaimana bisa hilang!? Kan sudah kubilang untuk berhati-hati."

Mereka berlari di sepanjang jalan, mencari orang yang telah mencuri belati kembar milik Enju.

"Aku harus bagaimana Baha, jangan marah dong," kata Enju dengan wajah memelas.

Terlalu sulit menemukan senjata belati kembar di kerumunan orang sebanyak ini, mereka berdua memutuskan untuk berpencar, hal ini dilakukan agar pecarian menjadi lebih efektif.

Baha naik ke bangunan tinggi, agar jangkauan penglihatannya luas, dia fokus mengamati satu per satu orang dari atas.

Sementara Enju masuk ke gang-gang sempit, kalau dia jadi pencuri, dia akan segera menjauh dari keramaian. Simpelnya Enju mencari menggunakan insting.

Usaha yang mereka lakukan terbilang sangat sulit, pasalnya mereka harus mencari dua bilah pedang di antara tiga puluh ribu orang.

Mereka berdua mengandalkan keberuntungan saat ini.

Baha merasa ada yang janggal dengan perilaku orang-orang di sekitarnya. Dia turun dari atap bangunan untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Ada serangan! Kota Rendz telah dikepung!" Suara itu datang tanpa diketahui siapa yang berbicara.

Seketika itu juga, semua warga menjadi panik dan berlari pontang-panting menyelamatkan diri. Mereka masuk ke dalam rumah-rumah dan tempat persembunyian.

Situasi kacau balau dan penuh dengan sesak, Baha berusaha mencari-cari keberadaan Enju.

Sayang dia tidak bisa menemukan Enju dimanapun, dia akhirnya memutuskan untuk melihat apa yang terjadi di luar kota.

Di jalan, dia melihat orang bertudung hitam yang dia temui di restoran sebelumnya. Sabit besar di punggungnya sangatlah mencolok, sehingga memudahkan Baha untuk mengenali orang itu.

Di sampingnya, berjalan seorang gadis yang lebih pendek darinya. Dia juga memakai tudung, terlihat sedikit rambutnya yang berwarna cokelat.

"Hey, kau orang yang tadi di restoran bersama dengan gadis kucing perak bukan?" Orang tadi menyapa.

Baha tidak menanggapi, matanya terfokus oleh benda yang berada di pinggang gadis di sampingnya, benda ini serasa tidak asing.

"Kemana gadis kucing perak itu kawan?" tanyanya.

"Ah, dia ada---" Baha terus menatap benda di pinggang gadis itu, menyadari dirinya diperhatikan, gadis itu menyembunyikan benda itu di balik badannya.

Pria berambut merah memiliki tanda tanya besar, ada apa dengan kedua orang ini?

"Baha, apa kau temukan belati kembarku?" Dari kejauhan tampak Enju yang berlari ke arahnya.

Gadis berambut cokelat terlihat gelisah dan panik, dia menyembunyikan benda tadi di balik badannya.

"Aku belum menemukannya, namun---" Baha melirik gadis berambut cokelat yang sedang berdiri sambil bersandar di dinding, masih dalam posisi menyembunyikan benda di tangannya.

Enju kini memperhatikan gadis itu, menyelidiki apa yang sedang disembunyikannya.

Bukan cuma Enju, pemuda berambut merah kini juga menyelidikinya.

"Anastasya, apa yang kau sembunyikan?" Pria berambut merah mengerutkan kening.

"Kakak Dean, aku---" Wajah Anastasya hampir menangis, dia berkata, "Maafkan aku, ini aku kembalikan senjata kakak berambut perak, aku tidak ... umm ... bermaksud untuk---"

Anastasya membuka tudung di kepalanya, lalu menundukkan kepalanya meminta maaf.

"Kan sudah kubilang jangan mencuri barang orang lain lagi, harus berapa kali lagi kukatakan Anastasya!" Dean memarahi Anastasya.

"Kak Dean, ampun." Anastasya berkata dengan suara lirih, matanya hampir berkaca-kaca.

"Kembalikan barang itu segera!"

"Baik kak."

Anastasya berjalan pelan ke arah Enju, lalu menyodorkan belati kembar milik Enju.

"Kak, maaf telah mencuri pedangmu yang berharga ini, aku menyesal." Wajah Anastasya murung, dia pasti akan dimarah-marahi, tidak salah lagi.

Enju tidak bereaksi banyak, dia hanya tersenyum ringan kala melihat keimutan gadis bernama Anastasya ini.

"Lain kali jangan diulangi lagi, kan kasihan kami mencari belati kembar itu." Enju menepuk pelan kepala Anastasya.

Anastasya tersenyum ringan, baru kali ini dia tidak dimarahi oleh orang asing yang tercuri barangnya oleh dirinya, dia langsung merasa bahwa Enju adalah orang yang pantas menjadi kakak perempuannya.

Dean hanya mendengus pelan, kemudian berbicara dengan Baha.

"Kita harus segera pergi dari tempat ini, karena tempat ini sudah dikepung oleh pasukan iblis." Wajah Dean bermasalah dan terlihat agak tidak nyaman.

"Benarkah itu, kalau begitu kita harus segera pergi. Namun, apakah kau mengetahui jalan keluarnya?" Baha bingung, bagaimana cara mereka melarikan diri sedangkan lokasi mereka saat ini telah dikepung.

"Kakak, bukankah kita bisa lewat lorong rahasia yang kita temui untuk keluar dari tempat ini?"

Dean mengangguk, kemudian mengajak mereka menuju lokasi yang dimaksud.

Lokasinya berada di sebuah gudang yang sangat tua, kayu yang menjadi pondasi bangunannya saja sudah rapuh, apabila ditendang maka sudah dapat dipastikan akan rubuh.

Mereka masuk satu per satu, dimulai dari Anastasya, Enju, Dean, baru kemudian Baha.

"Tunggu Baha ...." ucap Oda lewat telepati.

"Aku merasakan aura kegelapan di sekitar kota ini. Hoaammmm, aku terbangun ketika merasakan aura ini, walaupun sangat tipis, tetapi aku yakin ini adalah aura yang jahat. Cepat kita periksa!" Oda memaksa.

Baha tidak punya pilihan lain, dia akhirnya menunda dan meminta rekan-rekannya untuk pergi lebih dulu.

"Aku akan menyusul kalian, kalian pergilah dulu." Tanpa mendengar jawaban dari rekan-rekannya, Baha berlari dengan cepat.

"Baha, tunggu!"

"Kita harus pergi Kak Enju!" Anastasya menarik lengannya, dengan wajah memelas.

Enju tidak bisa mengikuti Baha, karena Anastasya mencegahnya untuk pergi. Dengan berat hati, dia ikut dengan mereka ke lokasi yang aman.

* * * *

"Apa ini!!" Baha kaget bukan main melihat ribuan pasukan di depan visinya.

Dark Warrior benar-benr telah mengepung Kota Rendz dengan sempurna, bisa dilihat bahwa tidak ada celah untuk kabur sama sekali.

Pasukan Kerajaan Bindex yang berada di sini hanya berjumlah sekitar dua ribuan, sementara Dark Warrior di depan mereka berjumlah hampir dua puluh ribu dengan persenjataan lengkap.

Perbedaannya sepuluh kali lipat, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengalahkan pasukan Dark Warrior.

Baha juga dapat merasakan tekanan mengerikan ketika dia melihat semua pasukan dengan zirah gelap ini mengepung kota.

"Sensei, ini jumlah yang gila." Ini adalah jumlah musuh terbesar yang dia hadapi dalam hidupnya saat ini.

Seluruh tubuhnya gemetaran, sebenarnya dia takut menghadapi musuh sebanyak ini.

"Walaupun mereka sangat banyak, level mereka hanya berada dikisaran lima puluh sampai tujuh puluh saja, tidak terlalu sulit bagimu untuk mengalahkannya dalam duel satu lawan satu."

"Lagipula kau harus terbiasa dalam pertempuran besar seperti ini, keadaan seperti ini sangat berguna untuk melatih mental kita. Di masa depan, kau mungkin akan menghadapi musuh yang jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan musuh di depanmu sekarang ini." Oda melanjutkan penjelasannya.

"Kau harus mengerahkan seluruh kemampuan yang kau miliki sekarang, jangan pernah mengendurkan semangat dan fokuslah dalam pertempuran. Aku hanya bisa memberimu sedikit bantuan dari kata-kataku saja, selebihnya kau harus melakukannya dengan dirimu sendiri," kata Oda tegas.

Baha memfokuskan dirinya, dia mengambil napas dalam-dalam lalu melihat medan di depannya dengan wajah serius.

'Sudah saatnya, aku memperlihatkan hasil latihan dan pengalaman yang telah aku lalui sampai saat ini. Sudah sejauh mana yah kekuatanku?' batin Baha.

Dia langsung mengambil posisi bertarung, lalu mengambil busurnya dari penyimpanan spasial.

Tangan kirinya menahan busur, sementara tangan kanannya menarik tali busur dengan sekuat tenaga.

Sambil menjaga stabilitas, dia membidik target di depannya dengan mata kiri tertutup, sehingga mata kanannya melihat dengan sangat terfokus.

Sebuah anak panah berwarna biru langit terbentuk dari udara kosong, inilah yang dikenal dengan [Mana Arrow]

Dalam satu napas, dia melepaskan anak panahnya ke arah target. Embusan angin bertiup ringan menggerakkan sedikit rambutnya.

Tidak berhenti sampai situ saja, dia langsung menarik tali busur sesaat setelah Mana Arrow pertama dilepaskan.

Menyebabkan rentetan Mana Arrow yang tiada habis ke arah Dark Warrior dari kejauhan.

*Ctak*Ctak*Ctak*Jleb*

Bidikan Baha tidak sepenuhnya presisi ke bagian vital, namun tidak ada satu pun anak panah yang meleset.

* * * *

Catatan Penulis

Jangan lupa untuk selalu memberi dukungan dengan cara mem-vote, mem-follow akun author, dan memasukkan cerita PWWOG ke dalam reading list kalian yah.

Sampai jumpa di tahun 2020!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro