33. Waktu Habis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bantu gadis itu, cepat!" Agung berteriak lantang, pasalnya seseorang gadis tengah diserang sampai terluka parah.

"Roger!" Enam orang melompat dari tempat persembunyian mereka.

Pramudya dengan dua pedangnya langsung membuat jarak di antara gadis itu dengan sosok pria beraura hitam. Agung dan Ameliah langsung membantu gadis itu untuk dievakuasi ke lokasi yang aman.

Sementara Azima langsung menyerang pria itu dengan busurnya untuk memecah fokus, Gavan dan Zay juga memberikan waktu untuk Agung dan Ameliah agar segera meninggalkan lokasi secepatnya.

"Cepat pergi, orang ini sangat cepat!" Azima memperingatkan.

Serangan pria itu sangat mematikan, dalam satu tarikan napas, semua poin darah Pramudya, Gavan, dan Zay langsung berkurang 25 persen. Mereka langsung mengaktifkan skill pertahanan fisik mereka.

Dari belakang, Anastasya mengejar Agung dan Ameliah yang membawa Enju.

"Kakak Enju, apa akan dia baik-baik saja Kak?"

"Tidak, kondisinya sangat kritis, kita harus mencari tempat aman untuk menyembuhkannya," jawab Agung.

Tidak lama kemudian, mereka menemukan lokasi yang cukup sunyi dan aman. Mereka meletakan Enju dan mulai melakukan pengobatan.

Ameliah mulai merapalkan skill penyembuhannya, dia berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan gadis kucing berambut perak. Di sampingnya, Anastasya tengah menggenggam erat tangan Enju. Agung hanya mengepalkan tangannya. Dia hanya bisa menjaga Ameliah untuk saat ini.

"Ggaahh!" Pram terpental jauh, dia sebagai anggota yang memiliki jumlah Health Point paling banyak harus menjadi tanker dadakan. Kerusakan demi kerusakan terus dia terima, armor yang dikenakannya juga sudah hampir hancur.

Saat Pram mundur untuk memulihkan Health Point-nya, Zay dan Gavan akan membantu menggantikan posisinya secara bergantian. Sebenarnya, kemampuan mereka tidak banyak membantu.

Mereka berdua memiliki Job Assassin dan Job Ninja, karena kedua job ini menitik beratkan status kecepatan mereka. Membuat keduanya sangat mudah untuk kehilangan Health Point lebih cepat, apalagi jika berhadapan secara terang-terangan begini. Potensi terbaik job mereka tidak bisa dikeluarkan.

Azima yang berada jauh dari mereka mencoba membidik pria hitam itu dengan anak-anak panahnya, namun, semua serangannya itu tidak membantu sama sekali. Dikarenakan kecepatan yang dimiliki pria hitam itu sungguhlah mengerikan.

Dalam beberapa menit, mereka terus bertahan dan bertahan. Hanya Azima yang memiliki kesempatan menyerang saat ini.

"Ini tidak akan mudah Gavan, kita tidak bisa begini terus," ujar Pramudya. Gavan memutar otaknya sembari mencari keberadaan musuhnya.

Health potion mereka sudah hampir habis, sementara mereka belum menemukan cara untuk mengalahkan pria beraura hitam itu. Gavan sebagai otak dari tim ini, terus mencari kelemahan pria hitam.

"Sial! Aku tidak bisa berpikir jernih, kita kekurangan informasi." Gavan mendecih.

"[Arrow Rain]"

Puluhan anak panah jatuh, membuat Gavan, Pram, dan Zay terkejut dibuatnya. Azima menyeru, "Dia lemah dengan serangan tipe area, aku sudah melakukan percobaan beberapa kali dengan [Arrow Bomb] milikku, cepat serang dia!"

Pria hitam itu memang sangat cepat, namun setiap pergerakannya dapat dilihat karena meninggalkan berkas aura hitamnya sendiri. Dari jauh, Azima dapat memperkirakan akan kemana perginya pria hitam itu. Dia pun memutuskan untuk menembakkan Arrow Bombnya, setiap serangannya tersebut, hampir tidak pernah dilewati oleh pria hitam itu.

Ya, dia menghindari serangan Arrow Bomb milik Azima.

Azima berpikir bahwa itulah kelemahannya.

"Kau jenius Azima, kita punya harapan!" seru Gavan. "Baiklah semua, siapkan semua serangan area terkuat yang kita miliki sekarang!"

Mereka mengangguk, dan langsung mengeluarkan skill area terbaik mereka dengan asal.

"[Arrow rain]"

"[Dual Sword Slash]"

"[Thousand Knife]"

"[Shuriken Kagebunshin no jutsu]"

"Bagaimana, apakah berpengaruh?" Walaupun dia melakukan apa yang Azima katakan, namun dia sendiri masih belum memiliki bukti apakah memang betul bahwa pria itu mempunyai kelemahan serangan area?

"Dia di sana!"

Dari jauh, Azima menunjuk ke sudut pepohonan yang gelap. Mereka langsung menoleh ke arah pepohonan itu.

Terlihat aura gelap khas dimiliki pria tadi di sekitarnya, jika diperhatikan lebih saksama....

"Pria itu terluka!" Pram berseru.

Dapat dilihat bahwa pria hitam itu kini dipenuhi noda darah di sekujur tubuhnya, dia sedang berlutut sembari memegangi otot bisep di lengan kirinya yang terluka parah. Mata pria itu menatap mereka dengan nafsu membunuh yang tinggi.

"AARRGGGHHHH!"

"Apa yang terjadi!?"

Pria hitam itu tiba-tiba melolong kesakitan, dia menggelepar kesakitan di tanah. Aura hitam yang dikeluarkannya berubah semakin pekat dan menciptakan hawa yang tidak nyaman.

Gavan dan rekan-rekannya bersiaga dan bersiap mundur, mereka memilih menyaksikan perubahan aneh pria hitam itu dari kejauhan.

Kabut hitam pekat mengelilingi tubuh pria itu semakin ganas, suara raungannya juga semakin memilukan. Seakan-akan tubuhnya sedang dicabik-cabik oleh pisau neraka.

Lima menit berselang, suara erangan itu menghilang, disusul oleh kabut yang perlahan-lahan lenyap. Gavan beserta rekannya mendekati tempat kejadian tersebut.

Setelah kabut benar-benar menghilang, tubuh pria itu juga ikut menghilang. Tidak ada jejak, tidak ada noda darah, semuanya lenyap begitu saja.

"Apa itu tadi?"

"Entahlah...."

Gavan dan ketiga temannya menuju lokasi Agung, setelah membereskan pria hitam, mereka langsung bergerak dengan kecepatan tinggi. Tidak butuh waktu lama bagi mereka menemukan lokasinya.

Terlihat Ameliah yang sedang membalut semua anggota gerak Enju dengan gips, semua tulangnya mengalami kerusakan, baik ringan maupun berat.

"Terima kasih Amel, aku berhutang padamu," ucap Enju lirih. Amel tersenyum. "Jangan dipikirkan, sebaiknya kau istirahat dulu untuk memulihkan lukamu."

"Bagaimana ketua, apa sebaiknya kita membawa gadis-gadis itu ke guild kita?" tanya Zay, dia khawatir dengan kondisi Enju.

"Sebaiknya begitu, aku akan mengabari Amel terlebih dahulu."

Agung memanggil Amel, mereka berbicara tentang Enju. Dia bilang apakah Enju harus dibawa ke guild atau tidak. Amel mengatakan akan membawa Enju ke guild, karena dia harus mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Amel juga bilang kepada Agung bahwa kekuatan Enju bisa membantu Guild Indonesia untuk bangkit. Apalagi kecantikan Enju yang di atas rata-rata, dia akan sangat membantu. Anggota Guild Indonesia sebenarnya kurang semangat dalam bekerja, kehadiran Enju nanti diharapkan bisa memotivasi para pria dengan paras indahnya.

Kurangnya motivasi kaum pria di Guild Indonesia disebabkan karena kurangnya anggota lokal mereka yang memiliki paras cantik. Amel mendapat ide seperti ini karena dia tahu jalan pemikiran pria yang mudah ditebak.

"Apakah pemikiran pria seperti itu?" tanya Agung bingung.

"Pemikiran pria sangat mudah dibaca, mereka akan semangat jika ada wanita yang cantik, apalagi dengan bodi sempurna seperti Enju. Aku yakin dia akan menjadi bintang di Guild Indonesia dalam waktu dekat."

"Aku tidak seperti itu, kau tahu," sanggah Agung.

"Aku malah berpikir bahwa kau pria yang aneh," kata Amel dengan senyum mengejek.

Agung mendesah lemas mendengar perkataan Amel, tetapi dia juga dapat memakluminya. Karena kekuatan Guild Indonesia sangat menurun drastis sejak awal kematian Krisna, mereka tidak bisa bangkit dan bersinar seperti dulu. Semua anggotanya sudah kehilangan motivasi mereka.

Amel melihat ada secercah harapan, karena anggota Guild Indonesia didominasi oleh pria. Dia ingin merekrut anggota non-patriot berparas cantik untuk meningkatkan semangat para Patriot Indonesia. Apalagi dia berpikir bahwa paras Enju sendiri tak kalah cantik dengan Five Angels, pemilik paras terbaik di antara semua patriot. Kemungkinan rencana ini sukses akan meningkat.

Agung dan Amel mengatakan kepada Enju bahwa mereka ingin dirinya untuk pergi ke tempat mereka, agar bisa dirawat lebih lanjut. Tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya.

Anastasya dan Enju saling berpandangan, ada ekspresi khawatir di wajah mereka. Agung tentunya dapat mengetahui hal itu, lalu meminta mereka berdua menceritakan hal apa yang membuat mereka khawatir.

"Aku takut Kak Dean mengkhawatirkanku, tetapi aku ingin ikut bersama Kak Enju," ungkap Anastasya.

"Huh, lagipula siapa yang akan mengkhawatirkan orang itu. Aku tidak peduli lagi dengan Baha," kata Enju dengan nada tak peduli.

"Um, baiklah. Aku akan mengutus Zay untuk mencari orang yang bernama Dean dan Baha, kemudian memberitahukan kabar kalian kepada mereka oke."

Enju dan Anastasya mengangguk setuju, Agung memberikan tanda kepada Zay untuk segera mencari keberadaan kedua orang tersebut.

Dalam sekejap mata, Zay langsung menghilang dari pandangan.

* * * * *

"Baha, ayo kita ke tempat Anastasya dan Enju, mereka sudah menunggu." Dean menepuk Pundak Baha yang juga ikut berduka atas kematian prajurit yang gugur.

Baha mengangguk ringan. "Baiklah."

Baru saja mereka berbalik untuk meninggalkan tempat itu, ada seorang pemuda berpakaian tertutup menghalangi jalan mereka.

"Apa kau orang yang bernama Dean dan Baha?" tanyanya.

Dean langsung bersiaga, tangan kanannya bersiap menarik sabit besar yang berada di punggungnya. Sementara Baha langsung melompat mundur sambil mengeluarkan busurnya.

Kejadian itu membuat warga dan prajurit setempat panik, orang berpakaian tertutup itu langsung membuka penutup wajahnya dan meminta semuanya agar tetap tenang. Karena dia hanya ingin berbicara dengan mereka berdua.

Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, Baha dan Dean menyimpan senjata mereka masing-masing dan mendengar perkataan pria tersebut.

"Maaf karena muncul tiba-tiba seperti tadi, itu sudah menjadi kebiasaanku. Oh ya, perkenalkan namaku Zay." Pria itu mengajak kedua orang itu untuk duduk terlebih dahulu.

"Tenang saja, tak usah dipikirkan. Jadi ... apa tujuanmu mencari kami?" tanya Dean dengan wajah menyelidik.

Pria bernama Zay itu langsung memberi penjelasan singkat tentang alasan mengapa dia mencari Baha dan Dean. Dia berkata bahwa saat ini gadis bernama Enju tengah terluka parah dan harus segera dibawa ke tempat perawatan. Dia mengatakan pula seorang gadis lain bernama Anastasya akan menemaninya. Dean dan Baha sempat terkejut, Zay menceritakan semua kejadiannya secara detail.

"Oh seperti itu, kalau begitu tidak masalah. Mohon bantuannya," kata Baha dengan penuh senyum.

"Dimana kalian akan merawatnya?" tanya Dean, dia sudah mengetahui bahwa adiknya itu sudah tidak lagi memedulikannya.

Zay menjelaskan bahwa mereka akan merawat Enju di Kota Celestial, dia menjamin bahwa Enju dan Anastasya akan diperlakukan dengan baik selama mereka berada di tempat itu.

"Ibukota Kerajaan Mid Terra yah, kalau begitu aku dapat tenang. Terima kasih telah mengabarkan hal ini kepada kami," ucap Dean dengan nada lebih sopan.

"Sama-sama." Mereka saling berjabat tangan satu sama lain. "Aku harus undur diri, masih banyak hal yang perlu aku lakukan," ujar Zay, lalu dia menghilang.

"Mereka berdua dan gadis bernama Anastasya itu sebenarnya ... adalah patriot juga. Hmmm, Patriot yang sudah tergabung dalam guild yang berada di Mid Terra berjumlah tiga puluh ribu. Sementara jumlah seluruh patriot sendiri adalah tiga puluh lima ribu. Berarti ada lima ribu patriot yang dikirim ke luar Mid Terra yah, dan salah satunya adalah mereka bertiga ... Aku harus memberi tahu fakta ini kepada ketua nanti," gumam Zay dalam hati. Zay sempat melihat ada tanda hitam di telapak tangan Dean, Baha, dan Anastasya sekilas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro