38. Hyon Hana si Spesialis Sihir Api

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Accelina dan Hinelle memulai aktivitas di pagi hari seperti biasa. Setelah bangun pagi, mereka berdua biasanya sarapan dan minum teh di kamar yang mereka tempati berdua.

Selepas sarapan, mereka berdua selalu merawat tanaman di taman, mereka membantu para penjaga kebun menyirami bunga. Mereka belajar banyak tentang berkebun dari penjaga kebun, keduanya bahkan memiliki bunga yang dirawat oleh mereka sendiri.

Sebagai putri kerajaan, Hinelle diharuskan untuk mengetahui kondisi terkini kerajaannya, hubungan dengan negara lain, bangsawan yang berada di kerajaannya, dan pengetahuan umum lainnya. Maka dari itu, dia harus mempelajari semuanya dengan membaca buku di perpustakaan.

Accelina juga ikut membaca buku di perpustakaan, dia banyak membaca tentang sihir api. Dia terlihat begitu asyik, terkadang dia bisa saja membaca buku itu seharian penuh kalau tidak dihentikan oleh Hinelle.

"Accelina, mengapa kau begitu suka membaca mantra sihir api?" Hinelle yang beberapa hari terakhir memperhatikan buku yang Accelina baca pun penasaran.

"Umm, aku hanya ingin mendalami sihir api. Lagipula, bakat sihirku di elemen api sih." Accelina masih terpaku pada lembaran kertas di buku, tanpa melihat Hinelle.

Hinelle pun menceritakan bahwa dia memiliki seorang kenalan yang memiliki kemampuan sihir elemen api yang kuat, dia rasa Accelina bisa belajar darinya. Accelina sangat tertarik mendengar perkataan Hinelle.

"Bisakah kau mengenalkannya padaku, aku ingin belajar darinya Hinelle!" pinta Accelina dengan wajah bersemangat.

"Baiklah, nanti sore kita akan menemuinya." Mereka melanjutkan membaca buku mereka masing-masing.

Sore harinya, Accelina bersama Hinelle menemui orang yang memiliki sihir elemen api yang kuat. Mereka keluar dari istana dan menuju sebuah bangunan yang terletak di kaki bukit. Yang Accelina tahu, seharusnya ini adalah bangunan milik patriot.

Hinelle dan Accelina masuk ke dalam bangunan tersebut, di sana terlihat beberapa patriot yang tengah sibuk mengurus pekerjaannya masing-masing. Sebagian besar sibuk mengurus dokumen, dan data-data yang berisi tentang informasi mengenai monster, kota, desa, guild lain, dan sebagainya.

Mengetahui Putri Hinelle masuk, patriot sejenak memberikan penghormatan dengan membungkukkan punggung mereka.

Para patriot itu terkejut saat melihat seorang gadis di samping Putri Hinelle, mereka terbius oleh pesona yang dipancarkan gadis berambut pirang itu. Para pemuda langsung kehilangan kendali tubuhnya, mereka terpana hanya dengan satu kali pandang saja.

Hinelle tidak mempedulikan itu semua, dan langsung berjalan menuju tempat yang dia ingin datangi. Sementara Accelina mengikuti Hinelle dengan buru-buru. Para patriot muda itu berbisik-bisik.

"Siapa gadis di samping tuan putri?" kata seorang pemuda.

"Aku tidak tahu, namun wajahnya adalah kedamaian yang hakiki."

"Aku telah melihat wujud bidadari!"

Dan kata-kata pujian lainnya dilontarkan oleh patriot-patriot muda itu.

Keduanya masuk ke sebuah ruangan, di sana terlihat seorang gadis berambut pirang bergaya twintail. Dia tersentak kaget ketika melihat tuan putri masuk ke dalam ruangannya begitu saja, apalagi dia terlihat buru-buru.

"Tuan Putri, kau seharusnya memberi kabar sebelum datang ke sini, aku jadi tidak bisa memberimu jamuan." Gadis itu beranjak dari kursinya, kemudian menghampiri Hinelle.

"Tidak perlu, bukankah sudah kubilang kepadamu bahwa kita tidak perlu melakukan tindakan formal semacam itu. Bukankah kita sudah berteman?" kata Hinelle mengerutkan keningnya kesal, dia mengembungkan pipinya.

"Maaf, itu sudah jadi kebiasaanku," sesal gadis bernama Hana itu. "Lalu, ada gerangan apa tuan—um maksudku Putri Hinelle ke tempatku saat ini?"

Hyon Hana langsung menyadari bahwa Hinelle tidak sendirian, seorang gadis berdiri di belakangnya dengan canggung menatap ke segala arah. Ketika kedua mata mereka bertemu, gadis tersebut langsung membuang wajah.

"Ah, sebelum itu. Perkenalkan, ini adalah Accelina." Hinelle menarik pundak Accelina, dia dengan ragu memperkenalkan diri. "Anu, aku Accelina. Teman masa kecil Hinelle ... Dan...."

Accelina kehilangan kata-katanya, dia terlihat panik dan gelisah sendiri. Hinelle dan Hana tertawa ringan melihat hal tersebut. Accelina menjadi malu dengan pipinya berubah warna menjadi semerah tomat.

"Perkenalkan Accelina, aku Hyon Hana. Kamu bisa memanggilku Hana, aku juga merupakan teman dari tuan--- Um ... maksudku Putri Hinelle." Hana langsung menjabat tangan Accelina dengan mantap.

"Apakah aku juga bisa berteman denganmu?" tanya Accelina dengan suara canggung.

"Tentu saja!" Hana memeluk Accelina. mereka bertiga saling berbincang satu sama lain. Hana sempat bertanya kapan Accelina datang ke Kota Celestial.

Hinelle menjelaskan bahwa Accelina datang ke Kota Celestial, tepat setelah patriot pergi menuju Kota Nasild untuk membantu pasukan Mud Terra melawan pasukan dari Kerajaan North Window. Karena situasi sangat sibuk akhir-akhir ini, Hinelle belum sempat mengenalkan Accelina kepada teman-teman patriotnya.

Raut wajah Accelina terlihat sedih ketika keduanya membahas tentang Kota Nasild, kampung halamannya, perang telah terjadi, ribuan warganya terbunuh. Sementara dirinya malah melarikan diri dari istana, membuat Accelina merasa bersalah sekaligus sedih.

Hana yang menyadari perubahan raut wajah Accelina yang aneh, dia segera bertanya kepada Hinelle darimana dirinya berasal.

"Sebenarnya, Accelina adalah Putri dari Kerajaan Krushield yang sedang melarikan diri dari istana," jelas Hinelle dengan suara kecil, khawatir Accelina mendengarnya.

"Mengapa Putri Accelina melarikan diri, apakah ada kaitannya dengan peperangan yang terjadi di sana?"

"Umm, ini agak rumit," tukasnya.

Hinelle menjelaskan secara singkat mengenai kondisi yang dialami Accelina saat ini, tentang dia yang bertunangan dengan seorang pria yang tidak dikehendakinya. Lalu, karena tidak menyetujui Raja Gumbert selaku ayahnya sendiri, dia melarikan diri karena tidak akan bisa hidup dengan pria seperti itu.

Dia juga menjelaskan tentang pertemuan Accelina dengan seorang pemuda yang menjadi cinta pertamanya, pertemuan itu tidak berlangsung lama. Karena pemuda itu dikabarkan meninggal saat penyerangan Kerajaan North Window menuju Kerajaan Krushield.

"Aku yakin dia masih punya perasaan terhadap orang itu." Hinelle menatap Accelina dengan prihatin.

"Aku pikir juga begitu."

Accelina akhirnya tersadar dari lamunannya, dan menatap Hinelle dengan wajah mantap. Hinelle menghela nafas kemudian membicarakan maksud dan tujuan mereka berdua ke tempat Hana.

"Ah, jadi kamu ingin aku mengajari beberapa skill sihir elemen apiku kepada Accelina. Tentu saja, mengapa tidak? Ayo kita mulai latihannya sekarang." Hana langsung mengajak kedua orang itu pergi ke tempat pelatihan sihir.

Tempat pelatihan sihir berada di aula yang letaknya berada di belakang mansion tempat patriot berada, di tempat ini memang khusus dibuat untuk latihan sihir.

Seluruh gedungnya dilapisi oleh formasi anti serangan sihir, menjadikan lokasi ini cocok untuk orang-orang yang ingin melatih sihirnya tanpa menghancurkan lingkungan sekitarnya.

Di tempat ini, banyak patriot yang melatih sihirnya. Baik sihir berskala kecil, maupun yang sihir berskala luas. Saat Hana dan Putri Hinelle masuk, beberapa patriot menghentikan latihan mereka, sebagian besar dari mereka adalah para laki-laki.

Hana sudah dikenal memiliki paras yang sangat cantik, dengan rambut twintail khasnya yang berwarna pirang. Sudah keharusan bagi laki-laki untuk menghentikan aktivitas mereka, untuk menikmati wajah salah satu Angel Face dari dekat, selagi mereka bisa.

Namun, para laki-laki menyadari ada sesosok gadis yang tidak kalah cantik dari Hana. Dia berjalan di samping Putri Hinelle.

Para laki-laki dengan antusias tinggi langsung mengerubunginya, membuat Accelina menjadi agak ketakutan, dan meminta tolong kepada Hinelle.

"Hinelle, tolong aku!" Accelina merasa tidak nyaman, dia hampir menangis karena ketakutan.

"Kalian ini, rasakan sihirku! [Fire Style : Explosion]!" Hana langsung mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, kemudian tempat di sekitar laki-laki yang mengerubungi Accelina langsung meledak. Api membumbung tinggi, menerbangkan semua laki-laki tersebut jauh-jauh.

Di ruangan pelatihan sihir juga, semua orang yang berada di dalam akan memiliki resistensi tinggi terhadap serangan sihir. Mereka tidak perlu khawatir dengan luka yang mereka alami saat berlatih sihir di tempat ini.

"Hana, bukankah itu berlebihan?" Hinelle menegur Hana karena melempar semua orang dengan sihir cukup membahayakan. Tetapi, Hana tidak menanggapi dan hanya memeriksa Accelina yang saat ini sedang ketakutan.

"Accelina, kau baik-baik saja?"

"Ah, ya aku hanya terkejut karena sihirmu barusan. Sihir ledakan itu, apakah itu juga termasuk sihir api?" Accelina terlihat tertarik dengan sihir yang dikeluarkan oleh Hana.

Hana menjelaskan bahwa skill [Fire Style : Explosion] bisa masuk dalam kategori sihir elemen api, dia melanjutkan dengan penjelasan macam-macam sihir api yang dia ketahui dari buku yang pernah dia baca dari perpustakaan di Kota Celestial ini.

"Kalau kau ingin belajar lebih lanjut mengenai pengetahuan sihir, aku sarankan kamu membaca buku di perpustakaan. Di sana sangat lengkap dan detail. Nah, sekarang aku akan mengetes seberapa jauh pemahamanmu tentang sihir terlebih dahulu. Untuk memulainya, kamu bisa menyerang target di depan sana dengan [Fire Shot]."

Di tempat yang Hana tunjuk, berdiri beberapa target sasaran berupa sebuah piringan logam tebal yang digantung, di sampingnya ada sebuah alat yang bisa mendeteksi tingkat pemahaman sihir dari angka satu sampai seratus.

Ketika sebuah serangan Fire Shot mengenai target itu, maka alat tadi akan mendeteksi berapakah tingkat pemahaman sihir api orang yang melepaskan Fire Shot tersebut.

"Mengenai sasaran di sana?" Accelina memiringkan kepalanya bingung, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hana.

"Baik, akan aku contohkan caranya." Hana maju selangkah, lalu menjulurkan tangannya ke depan dengan sempurna. "[Fire Shot]!"

Sebuah bola api melesat dengan kecepatan cukup tinggi dari tangannya, menimbulkan embusan angin yang tidak lazim di sekitarnya. Kemudian bola api itu mengenai target sasaran, diikuti oleh bunyi seperti gong.

Hana mengajak Accelina untuk melihat hasil yang terdeteksi oleh piringan logam tersebut, di sana sebuah angka terlihat.

86%

"Itu adalah tingkat pemahamanku mengenai sihir api, mari kita lihat berapa tingkat pemahamanmu."

Accelina mengambil posisi, kemudian menembakkan Fire Shot ke piringan logam tadi. Api dengan cepat terlempar, namun tidak ada embusan angin yang keluar saat dia menembakannya, berbeda dengan yang Hana perlihatkan barusan.

Accelina menuju alat pendeteksi untuk melihat sejauh mana pemahamannya mengenai sihir elemen api, di sana terpampang angkanya.

40%

Bahu Accelina terkulai tatkala melihat hasil pemahaman sihirnya, dia tidak menyangka bahwa angka yang ditunjukkan begitu rendah.

"Hana, menurutmu Accelina harus mulai belajar darimana?" Hinelle menanyakan metode dasar apa yang harus dipelajari oleh Accelina.

"Hmm, apa yah?" Hana memainkan rambut twintailnya, sementara sel-sel saraf di otaknya bekerja mencari cara yang cocok untuk Accelina menyempurnakan sihir elemen apinya.

"Ah! Aku tahu harus kita harus mulai darimana!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro