Manja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Writer by LalaAlexi

•••

"Ren, Ren. Bangun."

Jiro menggoyang-goyangkan bahu Ren dengan cepat. Sudah sepuluh menit yang lalu Jiro membangungkan Ren yang tertidur di atas kasurnya, tapi tetap saja Ren tidak kunjung membuka matanya.

"Ren, sarapan dulu." Jiro mencoba menarik tangan Ren agar terbangun dari tidurnya.

Suara serak khas bangun tidur milik Ren yang terdengar sontak membuat Jiro sedikit bernapas lega.

"Nggak mau sarapan." Dan Ren langsung menarik selimut yang berada di bawah kakinya untuk menutupi tubuh serta memberi kode agar Jiro meninggalkannya.

"Semalem kamu begadang, Ren. Sarapanlah dulu, Rora nee udah masakin sarapan khusus buat kamu."

"Gendong," gumam Ren dari balik selimut.

"A-apa!?"

"Gendong. Aku kecapekan." Ren baru tidur jam lima tadi. Pekerjaannya sebagai hacker kali ini cukup berat. Kliennya sedikit cerewet hingga Ren kewalahan melayani apa yang dia minta.

Wajah Jiro sedikit memerah mendengar permintaan Ren yang terkesan manja itu, namun dia tetap menarik tubuh Ren lalu menggendongnya.

Suara sumpit terdengar meramaikan meja makan ketika Jiro menuruni tangga.

"Ren, sakit?" tanya Rora ketika melihat Jiro menggendong Ren.

"Nggak Rora nee. Ren cuma kecapekan," jawab Jiro sambil mendekati meja makan lalu menarik kursi untuk mendudukkan Ren.

Ren masih memejamkan mata. Dia hanya menggeliat tidak jelas karena tubuhnya sedikit kaku.

"Ren, makanlah." Ichiro menatap Ren dengan sedikit khawatir

"Ren nee, makan dong. Nanti badannya makin kecil, lho kalau nggak makan." Jiro langsung menginjak kaki Saburo yang duduk tepat di hadapannya.

"Aku hanya bercanda, bodoh!" Saburo dan Jiro akhirnya saling injak-injakan.

"Kalian! Ini di meja makan! Berhentilah!" Ichiro berusaha melerai kedua adiknya itu.

Rora mengabaikan apa yang terjadi di antara Yamada bersaudara.

"Habis makan, istirahatlah. Mumpung hari Minggu, kan?" Rora mengelus pipi Ren sambil menatap kantung mata Ren yang kian hari makin menghitam.

Rora kepo dengan klien Ren kali ini. Entah kenapa dia jadi kesal dengan klien macam begitu.

Terlebih semua komputer Ren tiba-tiba rusak lima hari lalu, makanya dia memutuskan untuk mengerjakan pekerjaannya dengan laptop milik Yamada bersaudara dan mengerjakannya di ruang keluarga.

Tidak jarang Ichiro maupun Jiro menemukan Ren masih bergelut dengan layar sebesar empat belas inchi di jam yang terlampau larut.

Kalau Ren ketiduran di depan komputer, Jiro akan membawa Ren ke kamarnya, sedangkan Ichiro akan menidurkan Ren di futon yang tersedia.

"Suapin." Permintaan sederhana itu membuat suasana di meja makan menjadi hening.

"Eh, Ren bilang apa tadi?" tanya Jiro.

"Suapin. Jiro." Jiro pun langsung memepetkan kursinya dengan kursi Ren.

Setelah kursi Jiro dan Ren berdempetan, Ren langsung menempelkan kepalanya ke lengan Jiro.

"Ren, duduk yang benar." Jiro langsung membenarkan posisi duduk Ren, tapi dia tetap menyandarkan kepalanya ke lengan Jiro.

"Suapin aja langsung," saran Rora dan Ichiro bersamaan.

"Aku ragu Jiro bisa nyuapin Ren nee dengan benar," celetuk Saburo sambil memberikan tatapan remeh ke Jiro.

Jiro hanya mendecak kesal dengan ucapan Saburo barusan, tapi dia mulai memotong telur mata sapi sebagai pembukaan.

"Buka mulutmu," ucap Jiro.

Ren pun membuka mulutnya lalu tidak lama setelah itu dia merasakan rasa gurih telur yang dibuat Rora.

"Kalau Ren kenapa-kenapa, jangan lupa telpon. Kami pergi dulu," pamit Rora dengan disusul Ichiro dari belakang.

Saburo dan Jiro menyahuti ucapan Rora, tapi Ren hanya sedikit melambaikan tangan.

Disuapan keempat, Ren menutup mulutnya rapat-rapat. "Udah."

"Ren, nanti kalau kamu--"

"Kenyang."

Saburo menahan tawanya ketika melihat Jiro sedikit bingung dengan kelakuan kekasihnya.

"Jalan-jalan sana!" Jiro mulai kesal dengan Saburo.

Saburo malas menanggapi. Dia langsung menaruh piring kotornya ke wastafel lalu pergi ke ruang keluarga.

"Jiro, jangan galak-galak sama Saburo. Dia masih kecil." Ini adalah kalimat terpanjang Ren sejak bangun tidur.

"Salahnya--"

"Aku ngantuk. Gendong!"

Jiro mengiyakan apa yang diperintahkan Ren.

Untung manjanya bukan pas di sekolah, batin Jiro sambil menggendong Ren.

"Makasih," gumam Ren sebelum benar-benar terlelap di gendongan Jiro.

Mendengar satu kata itu sukses membuat Jiro tersenyum.

Dikecupnya kepala Ren sekilas. "Sama-sama, Sayang."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro