2 - (NOT) LITTLE MERMAID

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

You're not broken, darl. You're not damaged goods. You're refined. You're valuable and precious beyond anything. -unk

Hari ini waktunya ambil nilai renang. Setelah kemarin gagal dalam tugas basket, Audy berniat untuk bersungguh-sungguh dalam uji coba kali ini. Jujur saja, ia takut tenggelam. Sekali lagi, dengan porsi kelebihan lemak di tubuhnya malah membuat Audy takut bahwasanya tiba-tiba bukannya gaya bebas yang dilakukan, justru gaya batu yang membuatnya mendekam dalam air.

Saat ia dan beberapa anak sekelasnya baru memasuki kawasan kolam renang tertutup dalam gedung sekolah, mata gadis itu menangkap perawakan indah bak dewa yunani tengah duduk santai di pinggir kolam.

Seorang pemuda dengan kulit tan dan rahang tegas, tengah tertawa bersama kawan-kawan di dekatnya. Cengiran kotak yang terkesan polos ditambah lesung pipi sebelah kiri turut menciptakan kesan elok dalam dirinya. Belum lagi postur tubuh tegap dengan perut kotak enam yang sedikit samar. Sepertinya Tuhan sedang dalam mode bahagia saat menciptakan manusia yang satu itu. Terlalu sempurna sampai-sampai Audy tak sadar kalau tangan kirinya sudah ditarik asal oleh seseorang.

"Liatin apa sih?"

"Oh, Key, itu...masa g-ganteng!"

Keyandra, satu-satunya makhluk hidup di sekolah yang mau berteman dengan Audy. Audy sendiri bingung, saat anak lain menyudutkan dirinya, Key selalu ada di sisi Audy. Sial saja kemarin Key ada acara di luar kota, jadi harus izin dan tak bisa menemani Audy.

"Oooh, Alaska? Anak IPS 3 ya? Emang ganteng sih. Kapten basket angkatan. Siapa juga yang gak suka dia."

Bagaimanapun, Audy juga manusia. Bisa merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis, terlebih pada pahatan tangan Tuhan yang indah itu.

"Key kenal?"

Key mengangguk, menggiring Audy untuk duduk di kursi santai tepian kolam renang. Menunggu urutan nama mereka djpanggil karena kali ini absen di mulai dari bawah. "Kenal sekilas. Pas pensi, gue nge-LO sama dia."

Audy hanya manggut-manggut, beberapa detik setelahnya memohon Key untuk menceritakan apa saja yang ia ketahui tentang si kapten basket itu. "Gak banyak, yang gue tau dia ramah, baik gitu. Gak milih-milih temen, anak sosial yang gampang bersosialisasi. Manusia yang gantengnya gak manusiawi. Terus, setau gue dia jago olahraga, pinternya sih standar, tapi pas joget kece bener!"

"Joget?" Audy sedikit memiringkan kepalanya, meminta penjelasan lebih lanjut mengenai kalimat terakhir teman dekatnya tadi.

"Iya, dance! Bukan cuma yang kayak korea-koreaan, dance lagu barat juga bisa dia!"

Maka sedetik setelah itu, kedua bola mata Audy membulat sempurna. Talenta dewa hidup itu terlalu banyak, bukan hanya rupa tapi juga bakat. Terlalu sempurna. Rasanya Tuhan terlalu tak adil dalam menakdirkan hidup manusia. Kenapa harus ada manusia sesempurna Alaska disaat ada juga makhluk buruk rupa macam Audy.

"Dia cinta hewan, Dy. Lembut dong ya. Awalnya emang keliatan galak, apalagi pas natap tuh tatapannya tajem. Dia kalo udah kecewa, kalo ga diem, emosinya berantakan. Anak sebelah, si Oliv, tau kan? Mantannya tuh. Oliv nya sih bodoh, ketauan selingkuh, jadi takut bawaannya kalo ketemu Alaska. Kalo marah anaknya serem, bisa ilang kontrol, mana gak punya pawang."

Kembali lagi Audy hanya mengangguk paham mendengarkan penuturan Key. Sepertinya sosok Alaska memang agak sulit ditebak. Buktinya, ia periang seperti hangat cahaya matahari, tapi bisa juga semenyeramkan iblis saat amarah mengambil alih tubuhnya.

Tak lama berselang, Audy kedapatan bagian terakhir bersama kelima teman sekelasnya. Jantungnya berdegup tak karuan. Bukan, bukan karena ini gilirannya. Tapi karena kumpulan singa di kolam belakang yang satunya tak henti-henti menatap ke arah mereka. Bukan salah tingkah tentu, Audy tidak sepercaya diri itu untuk mengira bahwa ia-lah yang menjadi pusat perhatian.

Setelah selesai melakukan pemanasan kecil, keenam siswi kelas 11 IPA 1 bersiap di posisi mereka masing-masing. Seruan peluit menggelegar nyaring, memantul memenuhi dinding kawasan kolam renang. Mereka segera menjatuhkan diri ke air, lalu berlomba cepat agar sampai lebih dulu setelah dua kali bolak-balik.

Tetap saja, seberapa keras pun usaha Audy untuk maju menjadi yang terdepan, pada akhirnya kalah juga. Dari total waktu sepuluh menit yang diberikan, kelima kawannya berhasil mencapai ujung kembali di waktu ke empat sampai enam menit, sementara Audy baru sampai pada saat stopwatch menunjukkan waktu sepuluh menit lewat lima detik.

"Aduh, kamu lagi. Apa yang bikin susah buat naikin nilai di pelajaran saya sih, nak?"

Audy bersusah payah bangkit dari kolam renang, menumpu diri pada tangga besi di sisi kolam renang. Kemudian berdiri sedikit terhuyung ke hadapan guru olahraganya itu. "S-saya udah usaha biar cepet, pak." Bibirnya sedikit bergetar menahan dingin.

"Nilai kamu cuma naik dua poin dari yang kemarin. Latihan lagi, kalau bisa badan kurusin biar enteng. Saya mau pas pengambilan nilai dua bulan lagi kamu sudah bisa lebih cepat dari pada ini." Dan tentunya, kalimat tersebut cukup menohok hati seorang Audy. Dimana sang guru memerintahkannya untuk mengurangi berat badan. Meskipun tidak salah, namun tetap saja sakit hati. Ia sadar diri memang tubuhnya terlalu besar untuk bisa sekedar mengapung di air.

Kemudian sang guru olahraga meninggalkan kawasan kolam renang. Menyisakan anak-anak kelas yang tengah bersiap untuk membersihkan diri. Sebelum tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari sisi lain.

"Ngeliat dia berenang berasa liat dugong gak sih? Tapi yang raksasa."

"The giant mermaid dia mah! Bukan little lagi. Badan segede gaban, untung gak tenggelem."

Lalu meledaklah tawa di dalam sana. Hinaan demi hinaan terus dilontarkan padanya. Sebutan lain untuknya, dugong raksasa.

"Udah jelek, gemuk, ansos, hidup lagi! Jadi sampah masyarakat aja udah!"

Sementara Audy menatap nyalang pada sekumpulan gadis dengan tubuh ramping berisi, cukup ideal, tapi seharusnya tak berarti mereka bisa menjatuhkan yang lebih buruk. Anak laki-laki kelasnya malah terkekeh melihat bahan candaan mereka terbawa emosi. Kemudian melanjutkan olokan terhadap gadis itu. Nafasnya memburu, tangan Audy mengepal, tapi ia masih terlalu waras untuk mengingat bahwa sekarang ia berada di tempat umum.

"BERISIK!"

Hening.

Seluruh perhatian kawasan kolam renang teralih kepadanya. Termasuk atensi seorang pemuda yang memang sedari tadi memperhatikan keributan kecil itu.

Ia manusia, punya perasaan. Merasa kini amarahnya sungguh sulit untuk ditahan. Sesak memenuhi dada, bulir bening sudah bergerumul di pelupuk mata, wajah putihnya kian memerah menahan panas di hati. Ia malu, malu sekali setelah dua kali diperlakukan tidak mengenakkan di muka umum.

Baru ingin maju dan menampik ujaran kebencian yang dilayangkan kepadanya, seorang lagi gadis muda yang tengah terduduk santai di dekat kolam sengaja menyandung kaki gempal milik Audy. Menyebabkan empunya tersandung dan kehilangan keseimbangannya. Saat yang tepat bagi sekumpulan gadis itu mendorong jatuh tubuh berisi Audy kedalam kolam. Setelahnya terdengar suara kecipak air yang begitu kasar, menggema ke seluruh sudut ruangan.

Key yang baru datang dengan dua buah handuk besar di tangannya tampak terkejut saat melihat tubuh sahabatnya sudah berada di tengah kolam. Berusaha menyesuaikan meraup udara sebanyak-banyaknya, lalu merunduk. Terisak kecil dengan tubuh luar biasa menggigil.

"AUDY!"

Key menaruh asal dua buah handuk di atas kursi tepi kolam, lalu berjongkok di pinggirannya, mengulurkan tangan seolah ingin membantu sahabatnya itu. Tiba-tiba, kerah baju renangnya ditarik oleh seseorang, membuatnya terpaksa menoleh dan sedikit berjengit kaget saat mendapati salah satu teman kelasnya disana.

"Mending ikut kita, dari pada jadi temen babi itu. Kasian, dia jalan sama lo dikira babu nanti."

Key hanya diam, mengerjap sesekali sambil mencerna perkataan gadis barusan. Lalu mengibaskan tangan si gadis ke udara, matanya menatap tajam seolah membara tanpa mau padam.

"Sembarangan. Idiot. Cewek berpendidikan mana yang sukanya nge-bully orang? Hewan aja kayanya lebih berpendidikan dari lo kali, ya?!"

Sorot mata gadis itu sempat menyiratkan keterkejutan, namun kembali netral setelah sebuah kekehan nyaring terdengar. "Gue cuma nawarin, bareng kita-kita atau nama lo tenggelem dalam popularitas karena mau temenan sama anak cacat fisik macem dia. Sayang, cantik-cantik gini kok temenannya sama gajah." Lalu melengos pergi begitu saja setelah menjentikkan jari—memerintahkan ketiga kawannya untuk mengikuti langkahnya.

Key hanya bisa menggeleng keheranan, kemudian kembali ke tempat dimana sahabatnya terkurung bersama jutaan molekul air. Membantu Audy meski harus kepayahan mengingat bobot tubuh sahabatnya yang lumayan besar.

"Dy? Kenapa? Mau cerita?"

Audy hanya diam, tampak acuh terhadap pertanyaan sahabatnya itu. Keduanya kini duduk terdiam di tepi kolam renang dengan Audy yang tidak mau mengeluarkan sepatah katapun.

Inisiatif Key kemudian adalah mengambil kembali handuk besar yang ada dikursi tepi kolam, kemudian menutupi tubuh Audy dengan handuk tersebut. Yang satunya digunakan untuk membalut rambutnya guna menghindari dingin.

Key kemudian mengusap punggung remaja tanggung di sebelahnya, memeluknya walau ia tahu tubuhnya bahkan lebih kecil dari pada tubuh Audy. "Dy kalo mau cerita, Key bakal seneng banget, deh..." Cara bicaranya melembut, Key terlampau tahu, Audy yang sedang tertekan cukup sulit jika diajak bicara dengan bahasa sehari-hari.

Kembali terdengar isakan kecil dari kedua belah bibir merah muda itu. Mentari di matanya berubah menjadi awan hitam, mengutus hujan tanpa warna turun meski belum diizinkan, kedua netranya seolah menyorotkan ketakutan akan kabut pekat, obsidiannya bagai menggelap menjadi kian kelam, rona wajahnya menghilang. Wajah manis itu berubah menjadi pucat, macam mayat yang kembali hidup.

"Mau ke kelas?" Sementara sahabatnya masih membujuk Audy secara halus. Yang dimaksud hanya bisa menggeleng sambil sesenggukan.

Key meneguk ludah susah payah, lalu membantu Audy bangkit agar tidak terlalu lama terkena air. "Ya udah mending mandi dulu. Atau mau izin pulang aja?"

Audy kembali mengangguk tanpa mau lagi berkata-kata. Hatinya cukup hancur, diperlakukan sebegitu parah dan memalukan di depan umum oleh teman sekelasnya sendiri.

***

Note :

Love ya! xoxo!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro