Bab 4. Teka-teki Saputangan Ita

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga anak yang hobi berpetualang dan memecahkan misteri, berkumpul di kamar. Mereka berulang kali mencoba memahami apa yang tertulis di saputangan.

Inu serius dan mencoba menirukan apa yang iya lihat di saputangan, coretan-coretan pun terbentuk diselembar kertas yang sedari tadi ia pegang.

Inu mengeja apa yang tertera di sana.
"Wetan Sangkalputung," eja Inu.
"Mbak, Mbak," teriaknya.
"Apa?" sahut Ita dan Ina.
"Apa arti petunjuk ini ya?"
"YUk, tanya, Bapak saja." ajak Ita.

Mereka bertiga memberanikan diri untuk bertanya kepada Paman Teo, di ruang tamu sedang ada Bapak RT dan beberapa teman Paman Teo.

"Kalau, menurut Paman ini menuju ke sebelah timur, terus sangkalputung sepertinya menunjuk ke pasar yang ada di dekat taman kota."

"Emang, di timur pasar ada apa?" tanya Ino.
"Gedung bekas pabrik gula," sahut BApak RT.
"Boleh kami membantu?" tanya Ita.
"Boleh, tapi hati-hati, jangan lupa labari kami."

Setengah jam berlalu, Inu, Ina dan Ita mengendap-ngendap di TKP, Mereka menuju ke salah satu gedung tua di sana. Mengintip dari celah jendela.

"Bagaimana?" tanya Inu.
"Kosong, coba ke kamar yang di sana!" tunjuk Ina.

Dengan hati-hati mereka mendekati ruangan lain yang ada di gedung tua. Ita yang mendapat tugas menghubungi sewaktu-waktu. Ina dan Inu pun berjalan hati-hati.

"Ya, ada Ino di dalam, dan ada dua anak lainnya." ucap Ita berbisik.
"Mbak Ita, telepon Bapak, cepat!"
Ita pun menghubungi Bapaknya. Paman Teo segera meluncur ke TKP dan membawa sejumlah polisi dan meringkus para penculik itu.

Polisi membebaskan Ino, dsn dua anak lainnya yang ada di gudang. Ketiks Ino bertemu tiga saudaranya, dia langsung mendekati Inu. "Kamu, bisa baca pesanku?" tanyannya.

"Iya, walau awalnya cuma lihat kotak berjejer."
"Pesan yang ada di saputangan?" tanya Paman Teo.
"Iya, waktu aku di bawa ke rumah makan. Aku dapat ide untuk membuat pesan. Supaya mereka tidak curiga, aku mita kunyit dan bolpoin, dan bilang mau hias kuku," cerita Ino panjang lebar.
"Terus?"
"Ya, aku tulis aksara jawa pakai kunyit."
"Daaan, bisa terlihat saat saputangan kena air sabun," sambung Inu.

"Pintar kalian, Noda kuning kunyit akan berubah menjadi merah jika diberi senyawa basa, dan sabun termasuk basa." puji Paman Teo.

Mereka pun pulang dengan selamat, Ino dan Inu senang bisa menambah wawasan sejak tinggal di desa Sumilir. Mereka pun tambah rajin membaca buku tentang aksi detektif yang memecahkan suatu permasalahan.

Rembulan bersinar, semua anggota keluarga menikmati malam dengan menonton acara hiburan di salah satu rumah tetangga. Di desa Sumilir, masih terpelihara kebiasaan menonton bersama setiap malam minggu. Walaupun, di sana sudah banyak warga yang mempunyai televisi. Tapi, kebiasaan sejak tahun 1980 itu tetap ada.

Keesokan paginya, setelah membantu orang tua, Ina, Ino, Ita dan Inu seperti biasa berada di tempat rahasia. Kali ini Ita, yang membuka buku bersampul merah.

Pulau Buangan

"Apa ya? Apakah kita akan ke pulau?" tanya Ino.
"Entah, Mbak juga tidak tahu."
"Kira-kira apa ya? Mungkin penonton tahu?" canda Inu.

Note :
Wetan : Timur
Sangkalputung : Nama pasar

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro