Bab 5. Pulau Buangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam nan panjang, bagi Inu. Dirinya asyik membaca buku cerita yang baru saja ia temukan. Hingga rasa kantuk tak tertahankan.

***

Inu merasa asing, sepertinya bukan di kamar rahasia. "Ini aku di mana?" guman Inu.

Terdengar suara memanggil Inu dari balik pintu, Ia pun mendekat dan keluar kamar, tak ada siapa pun. Ia pun menyusuri sudut rumah yang asing baginya.

Di salah satu kamar, akhirnya iya menemukan tiga saudaranya. Namun terasa asing baginya. Makin dekat, Inu pun akhirnya bisa bertegur sapa dengan Ino, dan dua gadis cantik.

"Kita ada di mana, Mbak Ita?" tanya Inu.
"Lagi di losmen, kita kan lagi liburan di Desa Pasir." sahut Ita.

Tanpa banyak kata, Inu meninggalkan ketiganya, Ia menikmati keadaan sekeliling.

Akhirnya bisa ke pantau.

Keesokan harinya.

Tiba-tiba kami mendengar sirene. Terdebgar sayup-sayup di antara deburan ombak, "sepertinya dari pulau seberang sana?" tunjuk Ino.
"Bisa jadi," Inu dan Ino saling pandang, heran.

"Serem ya," celetuk salah satu orang yang berdiri di depan mereka berdua.
"Maksudnya?" sahut Ino.
"Pokoknya serem deh! Kalian jangan mendekat!" sahut Bapak berbaju merah.
"Kalian, jangan terlalu lama berlibur di sini!"

"Emang ada apa?"

Bapak bertopi M bercerita....

Zaman dahulu, pulau diseberang dijadikan tempat pembuangan orang-orang yang menentang orang berkulit putih. Waktu negeri ini dijajah oleh Belanda. Ada bangunan penjara di sana. Suatu hari, terjadi kebakaran hebat. Konon, banyak penghuni lapas tak ada yang selamat.

Setelah kejadian itu, tak dibangun lagi, semenjakitu, Pulau sepi dan tak berpenghuni. Tak ada nelayan yang berani singgah di Pulau itu.

"Kenapa?" tanya Inu penasaran.

"Karena, diganggu hantu penghuni lapas."

"Tapi, kenapa ada bunyi sirine?"

"Kalian, jangan ke sana. Jika mau selamat!"

***

Keesokan harinya, saat Inu, Ina, Ita dan Ino duduk di tepi pantai.
"Semalam, kami mendengar suara sirine lagi," ujar Inu kepada Mbak Ita dan Mbak Ina.

"Mbak juga dengar semalem." sahut Ita.

"Paman, juga beberapa kali mendengar suara sirine. Aneh, juga sih setiap hari berbunyi."

Kami ingat cerita seorang Bapak kemarin, seketika bulu kuduk merinding. Apa benar ada hantu?

Di sisi lain, ada segerombol orang berlalu lalang. Ada yang membawa ikan, ada juga yang sedikit mencurigakan. "Paman Teo, kok serius banget?" tanya Ino.

Tanpa Paman Teo ketahui, gerak-geriknya dipantau oleh dua bocil.

Sore menyapa, Inu dan Ino sangat serius, mengamati gerak gerik Bapak bertopi koboi. Gerakannya sangat mencurigakan.

"Siapa orang otu? Apa hubungannya dengan bunyi sirine? Untuk apa sirine dibunyikan?" tanya Inu penasaran.

"Iya, masa hantu! Bagaimana kalau nanti malam kita keliling." usul Ino.

"Boleh, tapi ini rahasia kita berdua."

"Oke!"

Malam harinya, Inu dan Ino mengendap-ngendap, menyelidiki sekitar pantai. Di sana, ada Bapak bertopi koboi dan beberapa orang berompi. Salah satu dari mereka, Ino mengenali. Orang bertopi M.

Sinar mentari mengagetkan Inu dan Ino, awan biru di atas langit. "Mbak Ita, Mbak Ina, kalian mau tahu rahasia?" ujar Inu.

"Rahasia apa? Pulau itu?" tunjuk Ita.

Suara sirine berbunyi.

"Mungkin, karena aku dan Ino memergoki Bapak bertopi koboi dan Bapak bertopi M semalam." ujar Inu, "Kami berdua membuntuti mereke sampai Pulau itu." lanjutnya.

"Janji ya, Mbak. Jangan cerita ke Bapak, aku keluar malam-malam." pinta Inu kepada Mbaknya.

"Iya, Mbak janji. nanti malam, jika mau gerilya lagi, ajak Mbak ya?"

"Siap!"

Sosok mencurigakan, kembali lagi terlihat. Mata elang Inu, siap mengawasi. Teropong ditangan pun siap. "Kita akan berpetualang lagi, siap menyelediki Pulau Buangan."

"Setuju!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro