[15] Pak Bos Cari Mantu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ayoo, vote dulu sebelum baca, vote+komentar kalian berharga banget loh buat aku😁

Follow instagramku: chocodelette.
Thankyou😘

ENJOY😁

Aku yakin, perlahan tapi pasti hatinya bakal terbuka dan bisa nerima aku kok.

-Dyvette-

Hari Minggu pagi, Dendi bangun dari tidurnya yang super nyenyak dengan perasaan yang sangat bahagia. Gimana ngga bahagia coba, dia ngerasain tidur di kasur yang super empuk.

Orang kaya mah beda, kasur aja enyoy banget.

Dendi tidur di rumah bosnya, di kamar tamu, ngga sekamar sama Dyvette kok. Bisa disetrum hidup-hidup sama Pak Bos kalau sekamar.

Dia bisa nginep di rumah itu karena waktu semalam mau pulang, ban mobilnya kempes karena robek. Dia yakin itu ulah Arkan. Dan semalam, bengkel mobil udah pada tutup jadi Dyvette minta dia nginep.

Dendi yang malas beranjak dari kasurnya, memilih menutup tubuhnya dengan selimut rajut berwarna pink.

Selimut aja dirajut, man, pasti mahal banget nih.

Dendi mengedarkan pandangannya ke kamar yang didominasi abu-abu dan putih ini, dalam hati ia berharap suatu saat ia bisa tinggal di rumah yang memiliki kamar semegah ini. Bukannya ngga bersyukur sama rumah orang tua yang ia tinggali sekarang, tapi kan pengen tuh dia jadi orang kaya.

"Apa gue resign dari kantor terus bikin kantor bareng Cesar ya?"

Ia bertanya pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian ia merutuki pemikirannya, dia masih terikat kontrak dengan perusahaan yang sekarang selama lima tahun. Kontrak kerja sebagai imbalan dia yang udah dibayarin kuliah di luar negeri.

"Oke, lima tahun lagi, sekarang gue ngumpulin gaji dulu aja."

Dendi mulai berkhayal, lima tahun dari sekarang, dia dan sahabatnya akan membangun kantor langsung dua cabang. Satu di Jakarta Dendi yang pegang, dan satu lagi di Bandung bakal sahabatnya yang buat. Terus karyawannya bakal temen-temen deketnya dulu aja, yang kira-kira bisa diutangin gaji dulu buat bulan-bulan awal karena takut belom punya untung perusahaannya.

Di tengah lamunannya, ia tersadar saat pintu kamarnya - eh kamar yang ditempati - diketuk. Ia bergegas membuka pintu, takut kalau yang ngetuk itu bosnya.

"Pagi, Mas." Dyvette di muka pintu sudah membawa nampan yang ada makanannya banyak.

"Pagi."

"Sarapan bareng yuk." Sebelum mendapat jawaban dari laki-laki yang fokus melihat makanannya yang dibawa, Dyvette langsung melangkah masuk ke kamar itu, menuju balkon kamar.

Dendi mengikuti langkah Dyvette. Pagi ini yang ia lihat, perempuan itu memakai satu set piyama abu-abu dengan banyak gambar panda. Lagi-lagi piyama yang dipake itu baju lengan pendek dan celana pendek yang cuma menutupi sepertiga pahanya.

Dia menarik nafasnya dalam, berusaha sabar menghadapi perempuan yang kini berjalan di depannya.

Saat Dyvette membuka balkon kamar yang Dendi tiduri, mulut Dendi terbuka lebar. Jujur, dalam hatinya ia ngga menyangka balkon yang simple bisa ditata bisa se-elegan dan se-keren ini.

Mereka duduk sebelahan, setelah Dyvette meletakkan makanan itu di meja.

"Dimakan dong, Mas."

Dendi mengangguk. Pertama ia memecahkan telor kuning yang setengah matang dan tersenyum waktu isinya luber. "Kamu makan juga dong."

Dyvette mengangguk. Ia mengambil pisau dan garpu lalu memotong sosis.

Itu semua ngga lewat dari penglihatan Dendi, membuat salah satu bagian tubuhnya terasa ngilu. Namun dia mencoba untuk menahannya.

Lalu dengan santainya, Dyvette menusuk sosis yang sudah dipotong dengan garpu. Membuat Dendi secara reflek memegang bagian tubuh yang ngilu.

Anjrit, sarapan doang aja bisa ngilu gin!

Disaat Dyvette ingin memasukan sosis itu ke dalam mulutnya, Dendi memegang tangan Dyvette lalu mengarahkan garpu itu ke mulutnya dan langsung mengunyahnya dengan cepat.

"Kamu makan yang lain aja, jangan sosis."

Dyvette bingung, namun ia menurut semua yang dikatakan Dendi.

Dari jam sembilan pagi, Dendi ikut Pak Bos untuk ketemu orang di luar. Sampai hampir jam makan siang pun mereka belum balik ke kantor, membuat takut dia musti makan siang bareng Arkan.

Dyvette Pastika: Mas Dendi dimana?

Lima menit belum dibalas, Dyvette mengirimkan pesan lagi.

Dyvette Pastika: Makan siang bareng, kan?

Dyvette berinisiatif mengganti nama kontak Dendi di ponselnya menjadi...

Calon Suami❤: Saya makan di luar sama Pak Bos.

Dyvette Pastika:Yah, aku makan sama siapa dong?

Calon Suami❤: Sama Jason aja.

Iseng, Dyvette bertanya.

Dyvette Pastika:Kalo sama Mas Arkan boleh?

Read.

Dyvette Pastika:Mas, kok ngga dibales, marah ya?

Read.

Calon Suami❤: Iya.

Dyvette tertawa di mejanya. Dendi marah? Cemburu dong? Hatinya melonjak bahagia.

Dyvette Pastika: Uluh-uluh, jangan marah dong Mas😝😝

Calon Suami❤: Saya ngga marah.

Dyvette Pastika: Bohong😝 tadi ditanya marah apa engga, katanya iya.

Calon Suami: Bukan

Calon Suami: Itu maksudnya, iya boleh aja kal mau makan sama Pak Arkan

Calon Suami: Saya kan ngga berhak ngelarang.

Di mejanya, Dyvette tertawa bahagia. Entah kenapa, dia yakin laki-laki itu sudah sedikit membuka hati untuknya dan sedikit menerima kehadirannya.

Ia langsung menghampiri Jason untuk mengajak makan siang, sebelum Arkan keluar dari ruangannya dan memaksa untuk makan siang bareng karena Dendi ngga ada.

Di hadapan Dendi kini sudah terhidang beberapa makanan, namun dia ngga enak kalau musti makan duluan karena di depannya si Pak Bos lagi telponan. Padahal ngeliat makanan sebanyak ini, perutnya langsung keroncongan. Biasanya mah engga.

"Maaf Den, bikin kamu nunggu, harusnya makan duluan aja."

Dendi tertawaa canggung. "Ngga apa-apa, Pak, masa saya ngeduluanin?"

Pak Bos ikut tertawa. "Duluan juga ngga apa-apa, kan kamu yang bayar."

Dendi melotot seketika. Tadi dia sempet ngeliat menu makanan di restoran timur tengah ini, satu porsi makanannya aja udah kaya uang makannya dua minggu. Apalagi ini semeja penuh.

Bangkrut coy.

"Saya bercanda, Den, jangan shock gitu."

Dendi bernafas lega, akhirnya ia bisa menyantap makanannya tanpa takut akan mati kelaparan karena ngga makan tiga bulan ke depan.

Dugaan Dendi bener, si Pak Bos kayanya emang cuma kepengen mamerin betapa kaya rayanya dia deh dengan menuhin meja ini dengan makanan, buktinya in the end yang dimakan cuma dua lauk itupun diambilnya dikit.

"Den, saya liat kamu yang paling sering ngabisin waktu sama anak saya, kan?"

Dendi mengangguk ragu. Dalam hati bertanya, emang bener dia yang paling sering ngabisin waktu bareng? Tapi iya juga sih, kan Dyvette ngga disukain sama perempuan satu kantor.

"Iya deh kayanya, Pak."

"Avi pernah cerita ngga ke kamu kenapa dia nolak Arkan?"

Arkan lagi, Arkan lagi.

"Ngga pernah, Pak."

Cerita kenapa nolak sih ngga pernah, cerita dilecehin pernah tapi!

"Saya bingung kenapa dia nolak Arkan, padahal saya bilang kalau dia mau nikah sama Arkan dia ngga perlu cape-cape kerjain hal yang dia ngga suka, dia bisa kejar dunia yang dia suka."

Saya dong ngga bingung, Pak. Justru saya bingung kalau anak bapak mau nerima Arkan. Penjahat kelamin brengsek kaya gitu kok mau dijadiin mantu? Mendingan saya kemana-mana lah!

"Emangnya kenapa musti sama Pak Arkan, Pak?"

"Arkan itu kan anak baik."

Pale lo, anak baik! Kalo lo tau anak lo dilecehin juga mau lo jedotin tuh kepalanya Arkan di aspal.

"Pekerja keras juga."

Main hape mulu dibilang kerja keras? Lah gue apa?

"Kurang apa lagi coba?"

Kurang kaya saya, Pak.

Dendi tersenyum kikuk. "Kaya ngga ada kurangnya ya, Pak." Padahal mah bejibun!

"Saya bingung Avi cari yang kaya gimana coba?"

Yang kaya saya, Pak! Tapi sayang, yang kaya saya cuma satu.

"Kurang tau, Pak." Dendi lagi-lagi tersenyum kikuk.

"Kamu tau ngga Avi di kantor tuh lagi deket sama siapa? Cowok dari lantai lain gitu?" Pak Bos penasaran banget.

Ya sama gue! Orang nempel mulu sama gue, ngga sempet kali ngelirik cowok di lantai lain.

"Saya ngga tau, Pak."

Pak Bos mendesah kecewa. Ia bersandar ke kursi yang ia duduki.

"Salah saya nanya ke kamu, kamu kan di kantor terlalu fokus kerja."

"Saya kan butuh duit, Pak." Dendi tersenyum kikuk. Tapi kan emang bener, dia kerja buat dapet uang.

"Saya butuh mantu nih." Pak Bos mengacak rambutnya frustasi.

Kira-kira si Dendi udah luluh belom nih? WKWKWK

Dear Dendi...

Dear Dyvette...

11/06/2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro