[27] Persahabatan Dendi dan Caesar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

1000+ votes lagi ya😊

Disaat orang-orang mengangumi Artis Hollywood, gue malah mengagumi sahabat gue. Catet, kagum, bukan cinta!

-Dendi-

Tadi pagi Dokter yang cukup tua datang dan menanyakan pertanyaan yang sama dengan yang kemarin dokter agak muda tanyakan. Dokter itu datang beramai-ramai dengan empat dokter muda lainnya. Membuat Dendi takut.

Oh iya, keadaanya hari ini sudah sangat membaik. Tangan dan kaki kirinya sudah bisa digerakkan semua, namun memang masih sangat lemah dan gemetar, tapi kata Dokter itu udah kemajuan yang bagus.

Kini sudah hari ketiga Dendi di rawat. Hari ini Alia dan Bintang yang datang menjenguk tanpa ditemani suami-suami mereka.

Dendi bingung, kakak-kakaknya ini mau menjenguk dia apa mau ngobrol sama tunangannya? Karena nanya pertanyaan yang basi banget ngga sampe lima menit terus mereka duduk dan ngobrol dengan asik sama Dyvette.

Dendi merasa diabaikan.

Kebetulan Caesar lagi pergi makan siang bareng Deana.

"Mba ngga bawa apa-apa?" Dendi akhirnya bertanya itu demi memecah rasa bosannya.

"Tadinya bawa, tapi Mba balikin ke mobil."

Dendi manyun. Iklas apa engga sih mau ngasih sesuatu kok malah ngga jadi. "Bawa apa?"

"Mekdi, tapi tadi Mba ketemu Caesar, katanya kamu ngga boleh makan selain yang dikasih dari rumah sakit, jadi Mba masukin mobil lagi."

Dendi sukses makin manyun. Padahal dia paling suka makan burger dari situ, ayamnya dia juga suka walaupun dia lebih suka merek satunya sih, terus es krimnya dia juga suka. Dia pecinta junk food.

"Bawa sini sih Mba, pelit banget." Dendi menggerutu.

"Ngga boleh, kamu tuh."

Dendi bersumpah dalam hatinya, nanti waktu Caesar datang, dia bakal marah-marah. Enak aja Caesar merampas kebahagiaan duniawinya.

Di kasurnya pun, Dendi mengetikkan pesan makian untuk sahabatnya. Yang didominasi dengan menggunakan tangan kanan.

Di tempatnya, Dendi bisa mendengar obrolan kakak dan tunangannya. Itu juga membuatnya ingin marah-marah.

"Kamu nungguin Yoga terus-terusan?" Itu Mba Alia yang nanya.

"Ngga Mba, yang nonstop jagain mah Mas Caesar, Avi cuma dateng jam makan siang sampe jam makan malem.

"Caesar baik amat sama dia." Dendi melihat Bintang tengah menunjuknya. "Mba mah males jagain Yoga, dia kan rewel kalo lagi sakit."

Dendi kesal. Rasanya ia ingin kedua kakaknya cepat pulang. Selain karena ngga ada faedahnya kakaknya datang selain mau buang uang buat beli bensin sama bayar tol, kehadiran kakaknya juga membuat perhatian Dyvette teralihkan dari dirinya. Udah gitu bukannya ngasih semangat, malah ngejulid lagi.

"Mba, balik gih, jam besuk udah abis tau." Dendi kesel setengah mati.

Alia dan Bintang ketawa. Tapi bukannya pulang, dia malah melanjutkan obrolan dengan Dyvette.

Rasanya kalau Dendi bisa jalan dengan benar, dia mau menarik kedua kakaknya keluar dari kamarnya sekarang juga.

Dendi terbangun di saat ia merasakan tubuhnya basah. Dilihatnya langit di lewat jendela kamarnya masih gelap.

Samar-samar ia sadar apa yang membuatnya terbangun. Dilihatnya Dyvette yang tengah memunggunginya sedang membasuh tubuhnya dengan air hangat.

"Avi..."

"Eh? Mas jadi kebangun ya?."

Dendi melihat jam yang tergantung, jam lima pagi. Dia bingung kenapa subuh-subuh begini Dyvette ada disini. Bukannya semalam Caesar yang menjaganya? Seingatnya, sampai ia tertidur kemarin Caesar kok yang ada.

"Kok kamu disini? Cesar mana?"

"Avi kepengen jagain Mas, jadi minta gantian sama Mas Caesar semalem."

Dendi ngga kuat. Ia benar-benar merutuki kebodohannya yang masih mau maju mundur menikahi perempuan ini.

Kaki, tangan, leher dan wajah Dendi ngga ada yang terlewat dari handuk hangat yang Dyvette pegang.

"Maaf ya Mas jadi musti kebangun, tadi Avi takut airnya keburu dingin."

Dendi mengangguk, memaklumi. Gila aja, belom jadi istri aja udah dirawat se-telaten ini? Gimana kalau nanti udah nikah coba.

"Makasih ya." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Dendi.

Dia bener-bener ngga kuat dipelakukan sebaik ini, padahal dulu kalau diingat-ingata kelakuannya jahatnya kaya setan ke perempuan yang kini tengah menatapnya dengan senyuman hangat. Dia inget gimana dulu ngatain isi otak perempuan ini yang begonya setengah mati.

"Mas tidur lagi ya."

Dendi menggeleng. "Mas kepengen ngobrol sama kamu, dari kemaren kita kurang ngobrol tau."

Dendi bisa melihat senyuman bahagia dari wajah tunangannya.

"Mas dapet salam dari orang kantor."

Dendi ngga bisa menahan tawanya. Dapet salam dari anak kantor yang diomongin di grup whatsapp yang ada dia di dalam grup itu. Tapi mungkin ngga ada yang sadar kalau dia gabung grup itu saking dia ngga pernah ngomong dari awal gabung, tapi dia selalu baca kok.

"Mas males ikutan nimbrung, ibu-ibu biasanya bawel, obrolannya ngga penting juga."

"Iya Mas, Avi juga ngga pernah nongol di grup itu."

Dendi tertawa, tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus rambut wanitanya. Betapa ia mengucap syukur dikirimkan perempuan sebaik ini dalam hidupnya.

"Kamu gimana nginep bareng Deana? Rewel ngga dia tidur ngga bareng Cesar?"

"Avi baru tau kalo kita seumuran, Mas."

Dendi mengerutkan kening. "Emang iya?"

"Iya, beda dua bulan – tuaan Deana sih."

Dendi mendengarkan cerita yang keluar dari mulut Dyvette dengan seksama. Yang ia tangkap ternyata istri sahabatnya ngga semanja itu. Sependengarannya juga, Dyvette seneng-seneng aja temenan sama Deana.

Bagus lah. Kan jadi ngga bikin dia ngerasa bersalah membiarkan Dyvette tidur bareng si Rewel Deana. Toh lebih baik dia tidur disana, daripada tidur di sofa kan.

Kalau Dendi tau semalam pacarnya ini dateng juga dia bakal minta tukeran. Biarin dia tidur di sofa sedangkan wanitanya tidur di kasur. Sayang aja, dia ngga tau.

"Mas kok bisa temenan sama Mas Caesar?"

Mengalirlah cerita dari mulut Dendi. Ia menceritakan bagaimana waktu kelas satu SMA dia adalah anak yang culun, yang cuma temenan sama buku – ngga sama orang. Dulu dia ngga mau temenan sama orang karena menurutnya teman-temanya pemalas dan ngga mau belajar.

Terus Caesar murid pindahan yang baru masuk kelas dua, bandel, hobinya tidur di kelas, tapi selalu ngerjain PR, tiap guru nanya dia bisa jawab. Dari situ dia mulai mengagumi sosok Caesar.

Dendi mulai mau temenan sama satu orang, si Caesar. Lama kelamaan dia mulai tertular bandelnya Caesar. Tapi menurutnya Caesar ngga membawa pengaruh buruk, karena dia cuma nakal di sekolah. Di rumah dia rajin belajar.

"Mas inget banget, dulu Caesar pernah ngomong, nakal boleh bego jangan, jadi kalo di sekolah kita bandel suka bolos pelajaran, di rumah kita pelajarin materi yang kita ngga ikutin."

"Mas Caesar sepinter itu?"

Dendi mengangguk. "Dulu waktu kuliah dia ngajakin Mas ikut organisasi, kepanitiaan sama lomba, Mas ngga mau, takut nilai semester jelek soalnya kata senior itu tuh nguras waktu, tenaga sama pikiran, rata-rata senior Mas IP-nya turun kalo jadi mahasiswa yang aktif."

"Mas kupu-kupu*) dong?"

Dendi mengangguk. "Tahun pertama iya, tapi lagi-lagi si Cesar ngebuktiin kalo jadi mahasiswa aktif itu ngga berarti IPnya turun."

Dan hal-hal seperti itulah yang membuat Dendi semakin mengaggumi sosok Caesar.

"Mereka menikah umur berapa sih, Mas, kok anak mereka udah gede?"

"Caesar nikah umur 21, Deana 18, Caesar ngebet sama Deana, tapi mereka punya anaknya lama kok, jarak tiga tahun ada kali."

Bertambah lagi hal yang membuat kekagumannya sama sahabatnya bertambah. Caesar berani nikah di usia yang sangat muda, berani mengambil keputusan dan tanggung jawab sebesar itu. Ngga kaya dirinya yang segala hal ditakutin.

"Oh iya, balik ke yang tadi, jadi pas Cesar ngajakin ikut lomba di tahun kedua, Mas ikut." Ini Dendi niatnya pamer ya. Kan akhirnya dia jadi mahasiswa yang aktif.

"Nilai Mas aman?"

Kenapa pertanyaan itu yang keluar sih? Kenapa ngga nanya 'gimana, seru ngga ikut lomba' atau 'menang apa ngga' atau 'pengalaman apa yang didapet', kenapa musti nanya nilai. Kan itu ngga bisa dibanggain.

"Engga, ancur nilainya, rata-rata C." Dendi tertawa. "Jadi kalo lomba tuh mulai latihan jam empat sore sampe jam empat pagi, terus kelas lagi jam delapan, Mas ngga kuat, jadi sering bolos tapi selalu ditipsenin sama Caesar – tapi tetep aja Mas ngga ngerti pelajarannya, jadi pas ujian jelek."

"Mas Caesar nilainya aman?"

Dendi mengangguk, sedikit iri sebenarnya. "Caesar mah gila otak sama staminanya, bingung kenapa dia bisa tidur cuma tiga jam terus seger seharian."

"Karena gue dikasih waktu istirahat, istirahat bener, ngga ngebokep kaya lo."

Dendi menoleh dan melotot pada Caesar yang datang dengan Deana disebelahnya sambil cekikikan.

Dendi melirik ke Dyvette yang mukanya berubah jadi tegang.

"Sar! Anjrit lah!"

*) kupu-kupu = kuliah pulang-kuliah pulang

Hal tergokil apa yang kalian lakuin bareng sahabat kalian?

Dear Dendi ...

Dear Dyvette...

08/09/2019
Ta💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro