¤Dua Permata 3¤

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Selamat Membaca~


Para raja dan ratu, serta pewaris Permata Rami dan Permata Green Daylily berkumpul di ruang pribadi milik Ratu Lesha Avery. Mereka saling diam, menunggu pelayan selesai menuangkan minuman di cangkir mereka. Suasana ruang serba putih itu sangat sunyi. Hanya terdengar suara air yang silih berganti mengisi cangkir mereka.

Selepas tetesan terakhir, teko air itu bergerak sendiri ke luar ruangan. Meninggalkan 6 peri yang hatinya berkecamuk. Ratu Lesha masih dengan ketenangannya, duduk anggun dengan senyum tipis memperhatikan mereka satu per satu. Ratu Jazlyn menatap kosong cangkir di depannya. Sedang yang lainnya saling melirik satu sama lain.

Ratu Lesha memperhatikan setiap pergerakan mereka dengan detail. Kali ini, tatapannya fokus pada Ratu Jazlyn. Sedari di ruang aula, Ratu Jazlyn terlihat berbeda. Raut wajahnya terlihat sangat kebingungan, tatapannya kosong, dan tidak memperhatikan sekitarnya dengan baik.

"Jazlyn?" Mendengar suara berat yang sarat akan ketegasan, Ratu Jazlyn pun mengangkat pandangannya. Dia menunggu Ratu Lesha melanjutkan ucapannya.

"Jazlyn, ada apa denganmu?" Ratu Jazlyn terlihat enggan untuk menjawab. Namun, dia tidak mengabaikan pertanyaan dari Yang Mulia Ratu Lesha.

Bibirnya beberapa kali terbuka lalu tertutup kembali. Matanya bergerak ke sana ke mari. Sampai akhirnya dia mengambil napas, menenangkan diri. Lalu menyampaikan apa yang diketahuinya secara perlahan.

"Ratu, semalam permata laut menyala sangat indah. Tidak seperti biasanya. Ada bagian yang terlepas. Sangat kecil, bulat sempurna. Saat saya mau mengambilnya, bagian itu menghilang. Esok paginya, saat ritual laut mau dimulai. Permata itu menghilang. Meninggalkan... meninggalkan seracik abu yang membentuk kalimat. Juga sebuah tiara dan aroma magis milik salah satu anggota keluarga Naurea."

Ratu Jazlyn yang merasa kesulitan menjelaskannya, memutuskan untuk mengeluarkan sihirnya. Membiarkan orang-orang di ruangan itu melihat sendiri apa yang terjadi di ruang Permata Sunset Bells.

Di sana, terbentuk layar bundar yang menampilkan ruangan tempat Permata Sunset Bells. Terdapat meja ukir persegi besar berwarna putih dengan sebuah meja kecil di atasnya. Meja kecil itu berwarna senja, seperti warna permata.

Permata Sunset Bells tidak ada di tempatnya. Melainkan tiara warna putih berbentuk lingkaran yang indah. Samping kanan tempat permata ada susunan huruf yang terbentuk dari abu. Bertuliskan, "Menyala di negeri asing adalah kutukan bagi dunia. Menyala di Arcanum adalah kesia-siaan." Juga kekuatan magis yang pekat mengelilingi ruangan.

Setelah layar sihir itu berakhir, Ratu Jazlyn menjelaskan dengan menatap Ratu Lesha penuh isyarat. "Tiara itu... tiara itu adalah tiara terakhir yang dipakainya sebelum pergi dari Arcanum. Aroma magisnya masih sama, begitu kuat dan menghanyutkan. Dia... dia adalah...," Ratu Jazlyn mengambil napas, menjeda ucapannya.

"Arwa Tana," lanjutnya dengan sangat pelan.


🦋🦋🦋
_________


Terang mulai berganti tenang. Terlihat elok di ufuk barat. Cahaya memancar bagai lukisan kehidupan. Memimpin damai dalam pelukan kegelapan. Ruang ternyaman mengistirahatkan badan dari kelelahan. Selepas seharian terhanyut dalam tanggung jawab memenuhi kebutuhan.

Pada puncak menara yang temaram. Seseorang tengah berdiri menatap kemegahan. Bangunan-bangunan magis memancarkan cahaya. Menghiasi malam yang kian meninggi, menyisakan rembulan.

Mahkota kepala tergerai hingga lutut. Warna hitam kecokelatan yang menambah kesan keanggunan. Tiara bulan sabit terhias di atasnya. Bersama rajutan kain biru muda menutup hingga telapak kaki. Wajahnya yang teduh berkarisma, terpancar keagungan. Telinga runcing dengan tubuh tingginya terlihat mengagumkan.

Dia adalah Ratu Lesha Avery, Ratu Nerale. Pemimpin istana utama dari 3 istana lainnya. Intuisi mengenali situasinya tak perlu diragukan. Dia telah memperkirakan kejadian ini dari belasan tahun yang lalu. Malam pertama ketika salah satu putra mahkota Nerale pergi dari istana.

Kala itu, ayahnya yang telah pergi ke Negeri Tanah Putih mendatanginya. Menyampaikan pesan yang pada akhirnya, hari ini, seluruh penjelasannya tersusun dengan rapi.

Jika dia salah mengambil keputusan. Penjelasan itu tidak akan berarti. Hanya meninggalkan cerita kenangan terburuk dalam sejarah peri. Apakah akhir dari petualangan yang seharusnya memberi kehidupan lebih layak untuk umat manusia akan berakhir?

"Kehidupan manusia harus tetap berjalan," gumamnya, yang masih bisa didengar oleh peri laut di belakangnya. Dia tidak bisa membiarkan kehidupan manusia berakhir. Dia akan melakukan segala cara, meski harus menghancurkan keluarganya sendiri.

"Arwa... di mana kalian? Apakah sayap yang kau tinggalkan di sini berkata benar?" Sorot matanya menajam, menatap bulan di lautan gemintang.

"Apa pendapatmu?" tanya Ratu Lesha pada peri yang duduk merenung itu.

"Sayap para peri tidak pernah berkata bohong, Ratu." Perempuan dengan rambut hitam keunguan itu menjawab pelan.

"Arwa, adalah adik saya. Saya mengenalnya dengan baik. Saya percaya dengan semua yang dikatakannya 23 tahun yang lalu," lanjutnya.

"Dulu, kamu tidak bisa mempertahankannya. Bagaimana dengan sekarang? Apakah kamu akan tetap diam di tengah seluruh keluargamu yang masih tidak mempercayainya?" Ratu Lesha kembali bertanya.

"Waktu itu saya tidak memiliki kekuatan penuh untuk melawan, meski saya sudah mewarisi takhta belasan tahun. Saya tidak punya kendali untuk mempertahan Arwa di saat ayah dan ibu buta mata, sama sekali tidak mau mendengar penjelasan. Juga kondisi Arcanum yang kacau."

Perempuan dengan gaun hijau itu mengembuskan napas beratnya lagi. Entah sudah yang ke berapa kalinya hari ini, tak terhitung. Netranya perlahan menatap sosok yang berdiri di belakang jendela.

Lalu kembali berkata, "Ayah dan ibu sudah berada di Negeri Tanah Putih dan tidak mau ikut campur lagi apa pun yang terjadi. Ratu, saya mempercayai Arwa. Saya percaya mereka tidak bersalah. Dan kabar sayap peri itu benar adanya. Bukan hanya tentang keberadaan mereka. Tetapi juga tentang kabar dua permata itu. Ke depannya, saya akan berdiri di depan mereka, membela mereka dengan berani."

Senyum terukir di bibir Sang Ratu. Hatinya cukup lega, melihat keberanian yang telah tumbuh dalam sosok peri air. Kali ini, dia juga tidak akan diam saja seperti belasan tahun lalu.

"Mari bertemu dengan mereka untuk menyelesaikan segala keburukan yang telah merajalela. Bawa pulang mereka ke rumahnya, Jazlyn."

🦋🦋🦋
_________

Kira-kira, di mana Peri Arwa berada?
Lalu, siapa nama salah satu putra mahkota Nerale?

Nantikan kisahanya setiap hari Sabtu! 🦋

Salam, TriaLiya_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro