¤Dua Permata 7¤

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mereka duduk berhadapan di ruang tamu. Illina beserta ayah dan ibunya, di depannya dua perempuan yang datang dari portal.

Hening. Lebih hening dari gelapnya langit Negara Lignum.

Illina melirik ke sana ke mari. Merasa canggung. Namun, 4 orang dewasa di sisinya masih saling memandang.

Bagi Illina yang baru saja bertemu, perempuan berjubah merah sangat anggun. Menyiratkan aura ratu yang agung. Sorot matanya tak berpaling dari ayah Illina. Memancarkan teduh yang sarat akan kerinduan.

Sedangkan satunya, perempuan yang memiliki warna surai sama dengan Illina. Berhiaskan mahkota bunga. Tulang hidungnya paling tinggi di antara mereka. Bibirnya yang melengkung indah. Bertatapan dengan Arwa.

Mereka mengabaikan Illina yang ada di sana. Seolah Illina tidak nampak di permukaan. Bagaikan duduk di tengah-tengah sejoli yang sedang jatuh cinta.

"Ehm." Illina mengalihkan perhatian mereka. Lalu menatap mereka satu per satu. Terakhir, dia menatap ayahnya, meminta penjelasan.

Badir tersenyum, meraih tangan Illina dan menggenggamnya. Kemudian memperkenalkan siapa tamu mereka.

"Illina, beliau adalah Yang Mulia Ratu Lesha Avery. Pemimpin pulau Arcanum, yang berdiam di Istana Nerale. Sekaligus ibu dari ayah." Illina terkejut, matanya membulat. Jadi, perempuan agung itu adalah neneknya? Masih terlihat muda. Batin Illina.

"Illina, kamu bisa memanggil namaku saja." Ratu Lesha tersenyum lembut. Memandang Illina penuh kasih.

"Bukankah itu tidak sopan? Saya akan memanggil Ratu Lesha saja, bagaimana?" Illina membalas senyuman tak kalah manis.

"Baik, terserah padamu saja. Sepertinya, kita bisa menjadi teman." Illina menundukkan kepalanya dengan senyum lebar. Memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.

"Illina, yang mempunyai warna surai sama denganmu adalah Ratu Jazlyn Tana. Beliau kakak ibu. Peri air dari Naurea." Arwa memperkenalkan perempuan yang memakai jubah ungu. Sekaligus, sosok yang sepertinya Illina minati.

Binar mata Illina yang terus memandang Jazlyn terlihat cukup jelas. Mungkin, karena persamaan surai mereka. Bisa juga karena jubah yang dikenakan Jazlyn adalah warna kesukaan Illina.

"Yang Mulia Ratu Lesha, Ratu Jazlyn. Maaf, saya tidak mengenali kalian," ujar Illina sembari menundukkan kepalanya.

"Illina, kamu sangat cantik." Illina kian mengembangkan bibirnya mendengar pujian yang diutarakan Jazlyn.

"Kakak, jangan memujinya. Nanti dia besar kepala," ejek Arwa.

"Ibuuuuu." Illina melirik ibunya dengan sebal. Raut wajahnya berubah total.

Ruangan yang semula hening dan sedikit terasa tegang kini mulai mencair. Penjelasan-penjelasan pun dirangkai perlahan.

◇◇◇

Illina termenung di pembaringannya. Netranya menyala, mengulang adegan di ruang tamu.

Kata per kata yang terucap dari bibir 4 orang dewasa. Membuat hatinya bergejolak. Berusaha memproses kebenaran yang baru saja tiba di telinganya.

Dua perempuan bergelar ratu. Satunya, yang bernama Lesha mengaku sebagai ibu dari ayahnya. Satunya lagi, mengaku sebagai kakak dari ibunya. Kisah perjalanan ayah dan ibunya yang keluar dari istana. Serta Misteri gelang merah tua di pergelangan tangannya.

Otaknya tengah menyusun informasi satu per satu. Juga ribut bertanya, "Apakah benar ini adalah takdirku?"

Illina tak percaya. Dia, yang terlahir di dunia manusia. Jauh dari kehidupan seorang peri. Ditakdirkan sebagai pewaris terpilih.

Kini, di pergelangan tangannya sudah terukir dua permata kehidupan. Permata utama, Peony dan permata laut, Sunset Bells.

"Apakah ini kenyataan? Atau hanya mimpi?"

Bukankah, kekuatan para saudaranya yang hidup di Arcanum jauh lebih hebat? Mengapa dia yang sederhana bisa dipilih oleh dua permata?

Bahkan salah satunya adalah permata utama. Permata pengendali dari 3 permata lainnya. Permata yang apabila musnah, maka seluruh kehidupan di dunia ini lenyap.

"Apakah aku siap bertemu mereka?"

Bertemu para saudara. Berhadapan dengan masalah yang pelik. Mengembalikan mama baik ayahnya. Sekaligus mengemban tanggung jawab dua istana.

Kantuk menyerang Illina. Bersama pertanyaan-pertanyaan yang datang silih berganti. Matanya perlahan menutup.

Meninggalkan jawaban yang mengambang di udara. Menunggu hari esok untuk menyempurnakannya.



Hai, maaf, ya.. karena senin kemarin gak bisa update Illina. Ada beberapa kegiatan yang harus diselesaikan sampai gabisa pegang Illina.

Cielah, iyaaa. Emang sok sibuk aja. :)

Sebagai gantinya, besok aku update lagi. Tungguin, ya! 🥰

Terima kasih sudah membaca.
Salam hangat,
-Trialiya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro