[01. Secret Gift] Tales of the Heavenly Lake - Kirishima Eijiro

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Secret Gift Project

Tales of the Heavenly Lake

Secret gift for InoueKasu
Pair: Kirishima Eijiro x fem! Reader

Story written by Kazaremegamine_

.
.
.

Sepasang kaki melangkah. Menyusuri deretan rerumputan yang tumbuh segar di malam hari. Entah sudah berapa lama ia melangkah dan jika boleh jujur, ia tidak tahu di mana dirinya berada. Udara dingin yang telah menemani sejak awal, semakin erat memeluk dirinya. Sebuah jubah usang yang ia pakai benar-benar tak ada gunanya.

Langkah kaki memendek, bahunya naik-turun dengan cepat, dan napasnya tersengal. Memutuskan untuk tetap melanjutkan langkah, ia bergerak maju dan membuka sekumpulan ilalang tinggi yang menghalangi jalannya. Di balik sana, ia dapat melihat sebuah danau yang besar. Cahaya bulan terpantul dengan elok di atas permukaannya yang tenang. Ia duduk bersimpuh di tepi danau. Mencelupkan tangannya ke dalam air dan merasakan sensasi yang sangat menyegarkan.

Tanpa ragu, ia meminum air danau tersebut. Seketika, rasa haus yang sangat mencekiknya sejak tadi, hilang tak bersisa. Setelah puas melepas dahaga, dirinya baru tersadarkan akan satu hal. Tempat apa ini?

Kedua netranya yang jernih menyisir daerah sekitar danau dengan teliti. Namun, yang ia dapatkan hanyalah pemandangan tepi danau pada umumnya. Hanya saja, entah mengapa ia merasa tempat ini begitu indah. Belum pernah ia melihat tempat seindah dan setenang ini. Walaupun pepohonan di balik semak-semak di seberang sana terlihat gelap, ia sama sekali tidak merasa takut.

Matanya bergerak cepat, menoleh ke sana dan kemari. Refleks, ia mengambil batang kayu di dekatnya ketika ia menyadari sebuah suara mencurigakan. Ia menggenggam erat batang kayu tersebut, dan bersiap untuk apapun yang akan muncul nantinya. Sesekali ia merapalkan dalam hati kata-kata yang menenangkan, meskipun di saat yang bersamaan ia merasa pasrah jika memang harus berakhir di sini.

Permukaan danau yang terpantul cahaya bulan mulai beriak. Padahal tak ada angin yang berembus sama sekali. Kewaspadaan gadis itu meningkat. Dalam duduknya, ia bergerak mundur secara tak sadar.

Riak air semakin besar dan tiba-tiba saja sesuatu muncul dalam air tersebut. Menyebabkan air terpercik ke sekelilingnya. Dengan sigap, tangan gadis itu menutupi wajahnya. Hal yang terjadi selanjutnya adalah gendang telinganya diselimuti oleh suara yang lembut. Ketika ia membuka mata, ia dapat melihat sesosok yang sedang melayang di atas permukaan danau. Ya, melayang. Membuat dirinya terkejut.

"Apakah kau tersesat, Nona?" Adalah suara lembut yang tadi menyelimuti gendang telinganya.

Gadis itu bergeming. Masih menatap sesosok manusia rupawan yang melayang di atas danau. Tunggu, apakah ia manusia?

Sosok itu bergerak mendekat, membuat gadis itu mundur dengan refleks. "Oh, jangan takut." Sosok tersebut berbicara. Jika gadis itu perhatikan lagi, sepertinya ia laki-laki. Suara dan postur tubuhnya pun mendukung.

"S-Siapa?" Tenggorokannya bagai terikat. Membuat suara yang keluar menjadi tercekat.

Laki-laki itu melayang mendekat. Tepat di sebelah sang gadis. Pakaiannya yang menyerupai pakaian Romawi kuno melambai pelan. Begitu pun dengan rambutnya yang jatuh di atas dahi, terlihat begitu halus.

"Aku Kirishima Eijiro. Penjaga tempat ini." Lembut. Suara lembut itu terdengar kembali.

Sang gadis sedikit tersentak kala menyadari sesuatu. Ia pun mencoba berdiri dan memperkenalkan diri. "S-Saya (Surname) (Name). Saya tersesat dan tiba di tempat ini."

"Oh, gadis yang malang. Sudahkah kau merasakan air ini? Airnya terasa sangat segar," kata laki-laki itu sembari mendekati (Name).

"Sudah dan benar. Airnya sangat menyegarkan." (Name) menjawab. "Aku ... baru mengetahui ada tempat seperti ini," katanya lagi seraya melihat ke depannya. Danau sudah kembali tenang seperti tadi. Pantulan cahaya bulan pun masih terlihat indah.

Kirishima mengikuti ke mana gadis itu memandang. Ia pun tersenyum. "Tempat ini adalah tempat yang spesial. Jika kau sampai bisa tiba di sini, maka kau memang ditakdirkan untuk berada di sini," jelasnya.

Dapat terlihat tatapan kagum yang (Name) berikan. Ia benar-benar senang bisa menemukan tempat ini. Ketika pantulan cahaya bulan mulai memudar, ia pun menyadarinya. Sang mentari mulai ambil bagian, menerangi bumi di segala penjuru.

Pagi akan segera menyambut dan dirinya harus kembali secepatnya.

"A-Aku harus kembali, tetapi aku tidak tahu harus ke mana." (Name) berucap, menyuarakan kekhawatirannya.

Kirishima tersenyum simpul, tangannya terangkat dan menunjuk ke sebelah kiri danau. "Di sana akan ada jalan setapak. Jika kau terus mengikutinya, maka kau akan tiba di desa."

(Name) mengangguk paham. Ia membuka mulutnya, tetapi tak lama kemudian ia menutupnya lagi. Membukanya lagi dan kali berucap, "Terimakasih."

Gadis itu tersenyum kecil dan dibalas anggukan oleh Kirishima. (Name) mulai berjalan ke arah yang ditunjuk oleh laki-laki itu. Namun, sebelum ia keluar dari tempat itu ia berbalik.

"Bolehkah aku kembali ke tempat ini?" Pada akhirnya, ia mengutarakan pertanyaannya sedari tadi.

Kirishima mengangguk senang lalu menjawab, "Tentu saja. Kau bisa berjalan ke arah utara dan akan menemukan tempat ini."

(Name) mengangguk dan kembali berucap terimakasih sebelum akhirnya ia berjalan keluar dari area danau. Laki-laki itu benar, di depan sana ia dapat melihat jalan setapak. Ia harus secepatnya kembali ke rumah sebelum langit benar-benar menjadi terang. Ia tidak tahu apa yang akan bibinya lakukan padanya jika menemukan (Name) tak ada di sana.

Sementara Kirishima memerhatikan kepergian tamunya, ia kembali tersenyum. Setelahnya, ia berjalan mendekati danau dan masuk ke dalamnya. Menyatu dengan air danau yang jernih.

"Pertemuan yang ditakdirkan."

~

Lagi-lagi laki-laki itu benar. Ia terus berjalan ke arah utara dan ia menemukan dirinya kembali ke tempat kemarin.

Malam yang hening. Namun, mampu memberikan perasaan menenangkan. Ia kembali ke titik di mana ia tiba pertama kali kemarin.

Melihat sekitar, ia tak menemukan laki-laki berambut merah yang ia jumpai kemarin. Apakah aku boleh meminum air danau ini lagi? Airnya sungguh menyegarkan.

Kali ini, (Name) memerhatikan ke dalam dasar danau yang luput dari perhatiannya kemarin. Banyak ikan-ikan yang dapat ia lihat. Gadis itu berpikir, mungkin danau ini sedikit dalam.

Gelombang kecil tercipta, dengan pusat danau yang mulai beriak. (Name) memerhatikan dengan jelas, sesosok laki-laki yang keluar dari sana seperti kemarin.

"Oh, kau benar-benar datang." Laki-laki itu muncul, kemudian menepi ke sebelah (Name).

(Name) sedikit berjalan mundur. Rupanya ia masih terkejut dengan kemunculan laki-laki itu. Siapapun pasti akan sulit mempercayai hal yang baru saja ia lihat, 'kan?

"Iya, aku menyukai tempat ini." (Name) menjawab dengan senyum. Matanya terlihat seperti bulan yang akan meninggalkan fase purnama.

Kirishima balas tersenyum dan membalas, "Tidak ada yang tidak akan menyukai tempat ini. Kau boleh kembali setiap saat, tetapi malam hari lah saat yang paling indah dan tenang seperti ini."

(Name) mengangguk, setuju dengan perkataan Kirishima. Ia juga senang telah diizinkan untuk sering mengunjungi tempat ini. Ini akan sangat berguna ketika ia sedang ingin kabur dari rumah.

Melihat kembali ke dalam air, rasanya ia ingin menceburkan diri ke sana. Pasti rasanya akan sangat menyegarkan. Namun, jelas ia tidak bisa. Ia tidak ingin terkena flu. Maka, ia pun berjongkok dan mencelupkan tangan ke dalam air. Rasa segarnya seolah merambat ke seluruh tubuh. Benar-benar luar biasa.

Kirishima pun ikut terduduk di sebelah (Name). Mereka berbincang-bincang hal kecil sepanjang malam, sampai waktu (Name) harus meninggalkan tempat itu kembali. Namun, mereka tak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Sebab, (Name) akan datang keesokan harinya. Keesokan hari dan keesokan harinya lagi.

(Name) selalu datang di tengah malam dan kembali di sepertiga malam. Bahkan, terkadang ia juga menetap sampai langit menunjukkan semburat merahnya. Namun, kali ini berbeda. Gadis itu datang sebelum tengah malam. Di waktu di mana bulan sabit terbit.

Ia membuka tudung jubahnya. Udara malam akhir-akhir ini turun drastis. Tetapi anehnya, ia tetap merasa hangat di sekitar danau ini.

Kirishima muncul dari tengah danau seperti biasa. Kali ini, (Name) telah terbiasa dengan kemunculannya. Ingin sekali gadis itu bertanya mengenai laki-laki tersebut. Namun, ia urungkan karena merasa tidak sopan. Lagipula, ia adalah penjaga tempat ini. Pasti ia memiliki banyak rahasia penting.

"Kau datang lebih cepat," kata Kirishima yang tengah berjalan di atas permukaan air.

"Ah, iya. Aku memiliki waktu luang," jawab (Name) menghindari tatapan mata Kirishima. Ia benar-benar tidak ingin Kirishima tahu bahwa ia kabur dari rumah bibinya. Lagipula, siapa yang tidak akan kabur jika terus diperlakukan kasar?

"Kau mau mencobanya?" (Name) mengangkat kepala dan menemukan Kirishima sedang mengulurkan tangannya. "Cobalah mencelupkan kakimu. Itu akan menyegarkan pikiran."

Sedikit ragu, dan pada akhirnya (Name) mencelupkan kakinya ke dalam air. Benar katanya, terasa lebih sejuk dibanding mencelupkan tangan.

"Bagaimana air ini bisa sesejuk ini? Aku akan sangat senang jika dapat tinggal di sini." (Name) mengangkat sedikit rok panjangnya. Ia pun berjalan-jalan kecil di tepi danau.

Tidak dalam dan dasarnya pun bukan lumpur. Juga bukan sesuatu yang dapat melukai kaki. Ia dapat melihat ikan-ikan kecil yang menjauh kala ia melangkahkan kaki.

"Kau boleh tinggal di sini jika mau," ujar Kirishima.

"Benarkah?"

"Ya. Apa kau tahu jika ini adalah danau suci?" (Name) sedikit terkejut mendengarnya. Rasanya ia telah melakukan hal tidak sopan di danau ini. "Ini adalah Danau Surga. Danau yang terbentuk dari tetesan air surga. Dahulu, bumi sangat kering. Sehingga Dewa meneteskan sedikit air kehidupan. Itulah mengapa area sekitar danau sangat subur." Kirishima menjelaskan. Laki-laki itu masih berjalan-jalan di atas permukaan air.

(Name) baru mengetahui kisah tersebut. Rasanya masuk akal jika tempat ini begitu indah. Ia juga sangat bersyukur bisa menemukan tempat ini.

"Aku beruntung bisa menemukan tempat secantik ini." Kaki-kaki gadis itu masih melangkah. Sesekali tangannya pun ikut bermain dengan air.

"Ya, sangat beruntung."

Kirishima berdiri di tengah danau. Tempat di mana ia biasa menampakkan diri. Kain-kain yang menyelimuti tubuhnya bergerak pelan. Rasanya angin bergerak sedikit lebih cepat. Rambutnya yang ke bawah, sedikit menutupi pandangannya. Menutupi pandangan lembut yang ia tujukan pada gadis di hadapannya.

"Kau mau pergi ke tempat yang lebih indah? Tempat di mana kau tidak akan merasakan kesulitan sama sekali." Kirishima berujar dengan lembut.

(Name) mengalihkan perhatiannya pada suara lembut tersebut. Jika boleh jujur, ia sangat ingin pergi ke sana. Ke mana pun asal ia dapat pergi dari rumah bibinya. Namun, entah mengapa keraguan menyelimuti dirinya.

Hening. Hanya terdengar suara pohon yang bersinggungan dengan pohon lain. Angin menyelimuti tempat itu dengan lembut. Membelai setiap bagian wajah yang memerah karena dingin.

Tiba-tiba saja, tercium aroma wewangian. (Name) mengetahui aroma ini. Ini aroma yang sama seperti saat ia sedang melewati ladang lavender. Begitu lembut dan menenangkan.

"Jadi, kau mau pergi?" Kirishima kembali bertanya. Tangannya terulur, menunggu untuk digapai.

Ragu dalam hati masih bertumpuk. Hatinya ingin sekali menggapai uluran tangan tersebut. Perlahan tapi pasti, kakinya berjalan mendekati Kirishima berada. Seolah terbuai oleh barisan keelokkan yang tersaji, ia tak menyadari jika air telah mencapai perutnya.

"(Name), kemarilah." Gadis itu mengulurkan tangannya, berusaha menggapai tangan Kirishima.

(Name) memilih untuk mempercayai laki-laki itu. Karena selama ini, Kirishima selalu mengatakan kebenaran. Dirinya pun dapat membuktikan langsung setelahnya.

Sedikit lagi tangan mereka bertemu, tiba-tiba saja kaki (Name) terperosok karena tidak lagi merasakan adanya pijakan. Menyebabkan seluruh tubuhnya masuk ke dalam air.

Di tengah sisa kesadarannya, gadis itu berusaha mencapai permukaan guna mengambil napas. Tangannya bergerak meraih udara kosong. Netranya yang sempat melihat laki-laki bersurai merah itu tampak memohon. Namun, laki-laki itu tetap bergeming di posisinya.

Setelah sekian lama pergulatannya di air, gadis itu akhirnya menyerah. Pandangannya mulai mengabur. Hal tersisa yang dapat ia dengar adalah riak air yang mulai tenang. Dan sekilas, ia dapat melihat penjaga danau itu tersenyum.

"Kau datang di saat yang tepat, (Name)" Kirishima berujar sembari memainkan air dengan tangannya. "Waktu di mana bulan sabit terbit, waktu di saat bunga Spring Bell mekar."

Tangannya terangkat, membuat air dari danau juga terangkat. Mengikuti gerakan tangannya yang lembut. "Aromanya menyerupai lavender, harum dan lembut. Aroma yang dapat memikat."

Kakinya melangkah menuju tempat jatuhnya gadis manusia itu. Terdapat seberkas cahaya biru yang muncul, tanda yang mengisyaratkan bahwa tugasnya telah selesai.

"Memikat pikiran."

Laki-laki itu kembali mengayunkan tangannya. Pusaran air timbul dari bawah kakinya. "Kau cantik. Namun, tempat ini lebih cantik." Tangannya masih terus bergerak, pusaran air yang tercipta semakin besar. "Setiap yang cantik, memiliki pengorbanan besar di baliknya. Aku harus kembali. Terimakasih telah membantu pekerjaanku."

"Aku akan memanggil penjaga–maksudku makhluk suci lain."

Dirinya telah sepenuhnya terselimuti oleh pusaran air besar. Dalam sekejap, pusaran air tersebut hilang beserta dirinya. Bersamaan dengan hal itu, muncul sesosok yang lain. Bersurai pirang, bernetra merah. Dialah makhluk suci selanjutnya yang akan menjadi penjaga danau ini.

Bagaimana pun, makhluk suci hanya mengatakan kebenaran.

𝗙 ɪ ɴ

©2022, Megamine Kazare

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro