🥀Terjebak🥀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


~Jika memang sudah ditakdirkan bersama, bersembunyi di lubang semut pun pasti tetap saja masih bisa bertemu~

****
Pilihan Zahra by Galuch Fema

Pagi ini cuaca sedang tidak bersahabat. Mendung gelap gulita menandakan hujan akan turun membasahi bumi. Rayhan kembali dengan tatapan datar dan muka dinginnya. Sifatnya yang acuh kembali menghinggapi dirinya tatkala memasuki kantor.

Laki-laki yang memakai jas hitam dengan dasi merah terlihat sangat marah ketika semalam hendak menelpon Zahra tetapi ternyata nomor yang diberikan bukan nomor milik Zahra. Saking marahnya ponsel yang mahal menjadi korban kekesalannya. Ia membanting ponselnya hingga tidak bisa di hidupkan kembali.

Ternyata membanting ponsel pun belum bisa meredakan emosi. Masih ada sesuatu yang membuat hatinya merasa kecewa karena telah dibohongi.

"Itu baru namanya Pak Rayhan, kita sudah menyapanya tetapi dia diam saja dan tidak ada tanggapan. Tidak seperti kemarin. Berarti benar kalau kemarin kesambet setan," kata Anggi kepada Anita yang masih berada di lobi.

"Betul banget," jawab Anita sambil mengangguk-angguk.

Sesampai di ruangan, Rayhan menelepon Ryan untuk segera menemui dirinya ke dalam ruangannya. Bahkan Rayhan mengancam Ryan harus datang ke ruangan ini dalam waktu kurang dari satu menit. Jika tidak, ia akan melarang untuk memakai mobilnya lagi.

"Agenda hari ini rapat di mana saja?" tanya Rayhan ketus dan tak memperhatikan kondisi sahabatnya yang sudah bercucuran keringat. Menaiki tangga dengan berlari benar-benar menguras tenaganya. Demi pinjaman mobil untuk berkencan dengan mahasiswa, ia harus berhasil melewati tantangan dalam satu menit. Untung saja ia sudah berada di ruangan ini hampir saja satu detik terlewat begitu saja.

Rayhan sengaja menjadikan Ryan sebagai sekretaris pribadi sekaligus pemegang jabatan Manager di kantornya. Rayhan tidak mau mengambil sekretaris seorang perempuan karena sudah berulang kali mereka melakukan pendekatan dengan dirinya.

"Sabar Pak Bos. Saya juga baru datang," jawab Ryan dengan napas tersengal, tangan kanan mengambil buku agenda di tasnya

"Jam 12 makan siang di Resto Manayo ketemu Pak Burhanudin pemilik perusahaan Aditama Grup."

"Ya sudah kamu pergi!" sahut Rayhan ketus.

"Ngusir nih?"

Rayhan diam saja tidak menanggapi sahabatnya. Kalau bukan teman sendiri sudah kena PHK karena tidak sopan dengan atasannya.

"Ray sekalian pinjam uang buat kencan nanti malam," pinta Ryan dengan nada tak bersalah.

"RYAN!!!!!"

Suara Rayhan menggema di ruangan sehingga membuat Ryan pergi kalang kabut.

"Kesambet setan apaan itu orang. Pagi-pagi udah teriak-teriak," kata Ryan sambil mengelus dadanya dengan detak jantung yang belum kembali normal setelah olah raga pagi naik tangga ditambah semprotan sarapan dari Rayhan.

🍃 🍃 🍃


Siang hari saat jam makan siang Rayhan menghadiri pertemuan dengan Pak Burhan. Memang acaranya tidak formal cuma sebatas silaturahmi saja. Tidak membahas masalah penting karena mereka sudah menjalin kerja sama yang cukup lama.

Acaranya cuma jamuan makan siang. Biasanya kalau untuk urusan formal, Rayhan akan menggunakan salah satu ruangan di hotelnya untuk pertemuan mereka. Mengingat Rayhan adalah tipe orang yang susah diajak rapat di tempat lain karena dirinya merasa nyaman di tempat dia sendiri.

Di resto yang sama, terlihat dua orang perempuan masuk dan memilih duduk di kursi dekat taman kecil. Saat itu Rayhan tak sengaja melihat kedatangan mereka berdua. Sayangnya, Rayhan saja yang bisa mengamati mereka berdua dibalik kaca, karena beda ruangan. Rayhan terus mengamati mereka yang sedang memilih menu makanan yang akan mereka santap.

"Yang biasa aja dong, Sin? Jangan mahal-mahal? Duit aku pas-pasan."

"Terserah aku dong yang makan," ucap Sinta yang tetap kekeh memesan menu makanan dengan harga yang lumayan fantastis.

"Mampus deh. Niat mau beli kuota internet malah buat bayar traktiran. Nanti malam bakal libur nonton drakor, " gerutu Zahra sambil menghitung sisa uang receh di dompetnya.

"Niat traktir gak sih kamu? Masa makan di tempat elite kaya seperti ini kamu bayarnya pakai uang recehan?" tanya Sinta dengan heran melihat kelakuan Zahra.

Sinta sendiri jadi ragu untuk makan. Namun sayangnya pesanannya sedang disiapkan oleh pelayan Restoran.

"Kirain kita makan nasi Padang. Kamu malah masuknya ke restoran mahal?"

"Bodo amat yang penting aku makan sekarang," kata Sinta yang sudah melahap makanan yang sudah disajikan di depannya. Paling tidak ia membawa uang cukup jika nanti uang Zahra kurang.

Di seberang ruangan Rayhan telah mengakhiri acara jamuan makan siangnya. Setelah tamu pergi, Rayhan berjalan pelan menuju meja di mana Zahra dan temannya sedang menikmati makanannya.

Mereka belum sadar tentang keberadaan laki-laki yang sudah berdiri tepat di belakang kursi Zahra. Sampai akhirnya Rayhan langsung duduk di sebelah perempuan itu dan langsung meminum minuman milik Zahra yang belum sempat diminum.

Mereka berdua sangat kaget melihat orang yang tiba-tiba langsung duduk di samping Zahra. Apalagi Sinta kaget bukan main melihat laki-laki yang secara tiba-tiba bergabung di meja mereka. Sinta terus mengamati laki-laki tersebut tapi tetap saja tidak mengenalnya karena memang sama sekali belum pernah bertemu.

Sedangkan Zahra ketakutan setengah mati karena telah membohongi Rayhan dengan memberikan nomor ponsel bukan miliknya. Sekarang Zahra tidak berani menatap netra seseorang yang sekarang sedang menatap dirinya.

"Siapa?" bisik Sinta sambil mengarahkan pandangannya sekilas ke arah laki-laki itu.

"Yang semalam telepon kamu! " balas Zahra dengan suara agak pelan tetapi cukup terdengar oleh telinga Rayhan.

Rayhan berdehem sambil mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Rayhan masih menikmati jus alpukat milik Zahra.

"Mampus kamu? Aku tidak ikut- ikutan," ucap Sinta jadi ikut khawatir nasib temannya.

Sinta terus memandangi wajah Rayhan, ia mengira jika laki-laki yang berada di samping Zahra bukan orang sembarangan terlihat dari tampilannya.

Sinta sendiri sudah tidak nafsu makan lagi karena ia menyadari kondisi sahabatnya sedang di ujung tanduk. Takutnya bakalan ada kejadian rame-rame di sini. Sinta juga menyadari Rayhan sepertinya sangat marah karena dibohongi Zahra, apalagi nada bicaranya sangat ketus ketika di telepon.

Tiba tiba pegawai Restoran menuju meja mereka dan menyerahkan bon tagihan makanan mereka. Zahra terbelalak kaget melihat total nominal makanan yang mereka pesan.

"Bisa ninggalin kartu BPJS tidak ya kalau uangnya kurang?"

Cukup lama Zahra berpikir dengan kedua terus memeluk dompetnya. Sedangkan Sinta sudah berinisiatif mengeluarkan dompet dari tas untuk mengambil uang hendak melengkapi kekurangan Zahra yang akan bayar.

Namun sayangnya, Rayhan sudah memberikan uang kepada petugas restoran. Zahra dan Sinta kaget bukan main dan selanjutnya mereka saling berpandangan sambil tersenyum lega. Setidaknya uang mereka masih aman di dompet masing-masing.

"Untung dia yang bayarin, kalau tidak pasti malu banget karena uangnya kurang," ucap Zahra dalam hati.

"Yee, tahu dibayarin tadi pesan yang banyak, " batin Sinta dengan kesal.

"Sehabis makan saya ada perlu sama teman kamu," ucap Rayhan dengan pandangan ke arah Sinta.

"Oh, tidak apa-apa. Bawa aja Om," ucap Sinta sambil menahan senyum.

Rayhan sedikit terperanjat kaget mendengar panggilan temannya Zahra. Kedua matanya melirik ke arah kaca di depannya. Mengamati setiap detail wajahnya apakah masih pantas jika melakukan pendekatan kepada perempuan seperti Zahra.

"Tidak apa-apa nih, saya bawa Zahra pergi?" ledek Rayhan sambil menatap Zahra yang sudah ketakutan setengah mati.

"Silakan, tidak apa-apa. Aduh!!!" teriak Sinta dengan kencang karena ada sesuatu yang mengenai kakinya dengan keras. Pandangan Sinta langsung tertuju pada pemilik tendangan maut.

"Terima kasih sudah di bayarin makanannya. Cuma mau mengingatkan jam masuk kantor satu jam lagi, takut telat soalnya bosnya galak," sambung Sinta melanjutkan lagi ucapannya yang tadi terpotong.

"Ya. Saya cuma minta waktunya sedikit, ada yang ingin saya bicarakan sekalian mau antar ke tempat kerja. Biar saya tahu dimana dia kerja," Sengaja Rayhan memberi penekanan dalam perkataannya.

"Oke. Terima kasih ya Om. Saya permisi dulu. Kapan-kapan ditunggu traktirannya lagi. Oh ya, jaga baik-baik Zahra jangan sampai lecet. Kasihan nanti tambah jelek malah tambah tidak laku-laku. Dia jomblo sejati," kata Sinta sambil meledek Zahra.

Reaksi Zahra cuma melotot kepada sahabatnya karena membuka aibnya di depan Rayhan.

"Tanpa kamu minta saya akan menjaga dia sebaik mungkin," kata Rayhan sambil menatap Zahra sambil tersenyum.

Zahra sendiri sampai mual setelah mendengar omongan Rayhan barusan.

"Mampus! Bye bye," bisik Sinta sambil pergi dengan tertawa cekikikan meninggalkan mereka berdua.

Zahra hanya berdiam diri dan menyesali perbuatannya karena telah mengangkat Sinta sebagai sahabatnya yang sudah membiarkan dirinya sendirian mengahadapi singa jantan yang tengah menatapnya tajam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro