Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejak kejadian waktu itu, Rehan mengambil alih mobil Vera dan juga dia bertugas untuk mengantar Vera ke kantornya setiap hari.

Pria itu selalu menyempatkan waktu untuk mengantar Vera. Walaupun, seperti yang kita tau Rehan masih disibukkan dengan Kuliah dan pekerjaan sampingannya.

Waktunya tidak cukup banyak untuk sekedar melakukan hal yang tidak berguna.

"Apa mau saya jemput nanti malam Mba?" tanya Rehan pada Vera.

Kini, Rehan dan Vera tengah berada di dalam mobil. Pagi ini Rehan mengantar Vera pergi bekerja dan setelah itu dia akan kembali ke rumah karena memang hari ini Rehan tidak memiliki jadwal apapun.

Kuliahnya tengah libur, begitu pula dengan pekerjaannya. Maka dari itu, Rehan ingin beristirahat di rumahnya hari ini.

"Saya baliknya siangan deh hari ini, kamu mau jemput?"

"Tumben siangan? Sekitaran jam berapa Mba. Jadi nanti saya enak jemput nya dan Mba enggak perlu nunggu lama buat saya jemput."

"Iya, saya hari ini cuman ada jadwal rapat sih. Mungkin jam dua lebih saya sudah selesai rapat."

Iya, Vera hari ini hanya memiliki jadwal rapat dengan beberapa kepala bagian departemen perusahaannya dan saat rapat nanti mereka akan membahas tentang produk baru yang akan dikeluarkan. Maka dari pada itu, Vera bisa pulang lebih cepat hari ini.

"Okay."

"Kamu enggak kuliah memangnya?" tanya Vera, biasanya Rehan akan memberi negosiasi waktu untuk penjemputan Vera karena kesibukan yang dia punya.

"Engga."

"Pekerjaan kamu?"

"Engga juga, hari ini saya ga ngapa-ngapain mba hehe."

"Baiklah, Jam dua ya nanti jemput saya ya atau nanti kalau rapat cepat selesai, saya akan hubungin kamu."

"Baiklah, Mba."

***

Diluar dugaan Vera, rapat yang seharusnya selesai pukul dua harus molor sampai pukul empat sore. Ada banyak hal yang perlu dibahas dan hal itu memakan waktu yang cukup banyak.

Rapat dimulai pukul satu siang dan sekarang pukul empat sore. Berarti rapat yang digelar sudah memakan waktu empat jam.

Biasanya, untuk rapat hanya menghabiskan waktu 1 jam. Tetapi, rapat kali ini berbeda.

Didalam hati Vera, dia sangat ingin memaki orang-orang yang ada didalam rapat tersebut karena menghancurkan jadwal yang telah dia rancang.

"Baik, untuk berkas yang saya terima akan saya baca kembali dan produk yang akan kita rilis sebaiknya diperbaiki karena yang saya lihat produk keluaran terbaru kita kurang diminati oleh pelanggan." Vera menahan ucapannya sembari berdiri dan mengganti slide presentasi yang ada dihadapannya dengan menggunakan laptop.

"Seperti yang tim desain katakan sebelumnya, packing yang awalnya menggunakan stiker ada baiknya menggunakan sablon sehingga produk semakin terlihat mewah dan menarik. Ada tambahan saran lagi?" tanya Vera sembari memperhatikan mereka yang ikut pada rapat kali ini. Tidak, tidak banyak karyawan yang ikut rapat hari ini. Hanya kepala departemen marketing, desain dan keuangan.

"Okay, karena sudah tidak ada yang ingin dibahas. Saya tutup rapat kali ini. Sore." Vera kembali duduk di kursinya dan mereka yang sebelumnya ikut rapat pun satu persatu mulai meninggalkan ruang rapat.

Vera mengambil nafas yang cukup panjang karena tubuhnya sedikit letih setelah rapat hari ini. Rapat selalu menjadi hal yang Vera benci, wanita yang menjabat sebagai CEO itu selalu sakit kepala sesaat setelah rapat dan hal itu cukup mengganggu baginya.

Lama Vera bertahan diruang rapat tersebut, otaknya perlu diistirahatkan terlebih dahulu walaupun sebenarnya dia bisa saja langsung pulang. Namun, dia harus menghubungi Rehan terlebih dahulu agar bisa menjemputnya.

"Boss, bangun." Guncangan hebat terasa ditubuh Vera, hal itu tentu berhasil membuat Vera sadar. Sebelumnya dia sudah nyaris masuk kedalam alam tidurnya. Namun sayang, sepertinya dia masih belum diizinkan untuk beristirahat dengan benar.

"Apaan sih, Ran," gerutu Vera pada Rani. Rani yang melihat hal itupun segera memukul pelan kepala Vera.

Tuk.

"Sadar, ini kamu tidur dimana!" ledek Rani, benar saja Vera dan Rani masih didalam ruang rapat.

Vera yang sebelumnya hanya ingin berusaha meredakan pusing di kepalanya itu pun tak sadar telah tertidur untuk beberapa saat di ruangan tersebut.

"Kalau mau tidur, di rumah aja Boss. Enggak takut apa ntar diliatin sama bawahan kamu."

Benar kata Rani, dia harus jaga imagenya didepan karyawannya bukan?.

***

Dengan malas Vera berpindah tempat menuju ruangannya. Selama perjalanan menuju ruangannya. Vera terus-terusan diperhatikan para Karyawannya. Namun, Vera tidak terganggu akan hal tersebut karena Vera sudah terbiasa mendapat tatapan dari para karyawannya.

Vera hanya ingin masuk kedalam ruangannya dan di sana dia akan menghubungi Rehan untuk menjemputnya.

Clek.

Pintu ruang kerjanya terbuka, Vera lah yang membuka ruangan tersebut. Namun, saat dia masuk. Dia cukup terkejut karena didalam ruangannya sudah ada Rehan yang tengah tertidur.

'loh, kenapa Rehan sudah ada disini, jangan-jangan'

Sebelum sempat Vera menduga, Rehan tiba-tiba terbangun dan menyapa Vera dengan senyuman khasnya.

Mata pria itu sedikit memerah dan rambutnya pun berantakan.

"Hai, Mba."

Vera tidak langsung menjawab sapaan Rehan, wanita itu langsung berjalan mendekat kearah Rehan dan duduk tepat di samping pria itu.

"Kamu kalau tidur yang cakepan dikit napa," gerutu Vera sembari merapikan rambut Rehan.

Rehan hanya dapat tersenyum saat tangan lembut Vera menyapa kepalanya.

"Hmm, kamu dari tadi disini?" tanya Vera dengan pelan. Sekarang sudah pukul empat sore dan jika Rehan datang pada pukul dua siang, berarti pria itu menunggunya hingga dua jam.

"Iya hehe." Pria itu masih bisa tertawa pada situasi saat ini, jika Vera berada diposisi Rehan. Dia pasti akan memaki dirinya sendiri.

"Beneran? Berarti kamu nunggu saya sampai dua jam dong."

Rehan mengangguk pasti sebagai jawaban dari pertanyaan Vera. "Iya, Mba. Tapi enggak papa kok, saya nyaman disini. Disini ada AC, terus juga ini sofanya lebih empuk dari kasur saya di rumah hehe."

Lagi-lagi senyuman Rehan berhasil membuat Vera bingung, kenapa bisa senyuman dan tawa Rehan menjadi angin segar bagi kehidupan monoton milik Vera.

"Ya sudah kalo gitu kita balik sekarang, kamu pasti capek."

Rehan menggeleng lucu saat berusaha menolak ucapan Vera. "Enggak kok, Mba. Saya enggak capek."

"Tetap saja-."

Telunjuk Rehan menahan ucapan Vera untuk keluar. "Sstt, saya nggak papa kok, Mba. Lagi pula, pasti Mba lebih capek dari saya kan. Hmm, gimana kalau kita jalan-jalan dulu sebelum pulang? Atau Mba mau makan gitu? Pasti Mba belum makan kan."

Saat ini Rehan seperti cenayang yang tau segala tentang Vera, emang sejak pagi wanita itu belum makan sehingga perutnya saat ini cukup sakit. Mungkin ini adalah salah satu penyebab kepala Vera ikut sakit.

"Gimana, Mba? Mau nggak?" tanya Rehan dengan penuh harapan.

"Boleh deh."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro