15 | damage control

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



saat manusia sibuk mencari, hal tersebut terkadang membuat mereka lupa akan apa yang selama ini ada di depan mata.

sakit, amarah, dendam — penyakit hati tidak hanya membutakan, tetapi juga membelenggu.

satu-satunya jalan . . . adalah dengan menuntaskan segala rasa yang mengganjal. namun, muara seperti apakah yang sebenarnya mereka cari? akhir bahagia kah, atau justru kepuasan yang kekal?

"sangat disayangkan bahwa tidak ada barang bukti lain yang dapat membuktikan bahwa perundungan yang dilakukan pada tuan kim seungmin berafiliasi secara langsung dengan kemungkinan percobaan pembunuhan."

mendengar jawaban tersebut, chris membulatkan kedua matanya. "a-apa?"

"memang, tulisan di buku tulis dan perban kering itu mengindikasikan bahwa terjadi kekerasan terhadap korban," lanjut woojin setelah beberapa saat. "tetapi, tekstur tali sepatu yang hancur dan lama tertimbun tidak dapat memberikan bekas sidik jari yang akurat. sebagai seorang polisi, detektif — tidak sepantasnya kita mengambil kesimpulan tanpa mengecek fakta di lapangan."

"jadi maksud sunbae, kita hanya bisa mengonfirmasi kasus perundungannya saja, dan melupakan asumsi percobaan pembunuhan?" juyeon menaikkan alisnya tajam.

yang tertua hanya mengangguk lemah.

"kemudian, apakah pihak kepolisian akan menutup kasus ini?" chris mengusap wajahnya kasar.

"sayangnya begitu."

"ahhh!" laki-laki berwajah kebaratan itu bangkit dari meja pertemuan, berusaha menetralkan perasaannya yang berkecamuk. "bila dihadapkan pada situasi ini, maka sanksi seperti apa yang dapat diberikan kepada para pelaku?"

"meminta maaf langsung terhadap keluarga korban dan skorsing," dikte woojin sambil mengecek notes ponselnya. "mungkin, pihak sekolah akan memberi hukuman tambahan seperti membersihkan kamar mandi, program volunteer kemasyarakatan di akhir minggu dan lain sebagainya."

"aku tidak yakin. ayah hyunjin, kan, pemilik yayasan sekolah," juyeon menggelengkan kepala.

kalimat sang pihak ketiga begitu menusuk. menatap woojin seksama, chris menggigit bibirnya sebelum tersenyum getir.

"seberat apapun hukuman yang dilaksanakan, hal itu tidak akan pernah mampu menebus kemungkinan hilangnya nyawa seseorang."

"lalu, kalian mau apa?" sahut yang tertua. suaranya sedikit meninggi. "main hakim sendiri?"

"bukan begitu, sunbae—"

memasukkan ponselnya asal ke dalam saku, woojin beranjak menuju pintu keluar dan memejamkan kedua matanya sesaat. bagaimana mungkin semua usaha yang telah dikerahkan berakhir sia-sia?

mereka semua lelah.

mereka membutuhkan rehat lebih dari siapapun.

"—kita sudah mengusahakan yang terbaik, teman-teman. jangan menginvestasikan emosimu secara berlebihan dalam kasus ini, okay?"




P S Y C H O




di sisi lain, jeongin mengetukkan sebagian jemarinya dengan gusar.

telah terhitung beberapa hari sejak han jisung pergi menghilang tanpa kabar setelah membantu jeongin mencari bukti di sungai, dan ia yakin, hal tersebut memiliki hubungan dengan rahasia yang selama ini laki-laki itu sembunyikan darinya.


to: han jisung
dimana? kenapa tidak mengabariku?


jeongin mengambil gelas kosong dan mengisinya penuh dengan air dingin. sesekali ia menyesapnya, sembari menatap kearah ponsel yang tak kunjung memberi kabar. kemudian,

ting!

bak didatangi hantu, jeongin membuka kunci layar ponselnya dengan terburu-buru.


from: han jisung
temui aku di kafe seberang sekolah. ada suatu
hal yang belum kuceritakan padamu saat kita bertemu.


tanpa basa-basi, jeongin menyambar jaketnya yang tergantung di rak samping pintu dan berlari menuju stasiun MRT terdekat.




P S Y C H O




"jadi, apa yang ingin kau ceritakan?"

"tentang hubunganku dengan lee minho dan syarat bantuanku."

jeongin hampir tersedak isapan pertama lemonade-nya. apakah cerita yang selama ini ia ketahui belum sepenuhnya dijelaskan? atau bahkan, mungkin tidak sampai setengahnya?

"aku, minho dan hyunjin dulu sangat dekat. seperti yang telah kuceritakan, kami selalu bersama. hingga suatu saat, hyunjin tidak sengaja mengupingku dan minho yang sedang berbicara untuk terakhir kali — dimana aku menyatakan perasaanku padanya . . . lebih dari seorang teman."

laki-laki itu membuang muka.

"aku menyatakan perasaanku pada minho semalam sebelum ia mengakhiri hidupnya. aku akui pilihan tersebut memang salah — minho sedang berada di posisi dimana ia tidak sanggup memikirkan tentang cinta. kurasa, aku terlalu buta," hentinya sesaat, lalu tertawa pasrah. "maka dari itu, hyunjin mengambil kesempatan ini bukan hanya untuk menghancurkan minho, tetapi juga menghancurkan diriku."

"mengapa ia melakukan hal itu dirimu? apakah kau pernah melakukan kesalahan yang fatal?" jeongin menatap jisung bingung.

"karena setelah apa yang terjadi, aku tetap membela minho dan mina. ia merasa terkhianati oleh perilaku yang kutunjukkan. pikir laki-laki itu, dunia ini hanya berotasi disekitarnya," geleng sang remaja tak selera. "dengan mendorong minho untuk melakukan bunuh diri, ia yakin, bahwa hal tersebut akan membuatku juga ikut terpuruk. dan, ya . . . aku memang hancur. aku hancur sehancur-hancurnya.

"teman-teman barunya, felix dan changbin — jika kau perhatikan, mereka seperti robot. dibohongi, diatur, diancam, bahkan diiming-imingi. aku tidak tertarik berteman dengan orang seperti itu. sebuah pertemanan yang baik seharusnya berjalan secara dua arah, dan tanpa rasa terancam. bukannya saling menyakiti dan memanipulasi. aku memang jauh dari kata baik, tetapi setidaknya, aku masih punya akal untuk berpikir.

"singkat cerita, setelah kematian minho, kami sama sekali tidak bertegur sapa. seakan-akan kami tidak pernah sedekat nadi. aku marah. aku marah karena keegoisannya tak hanya menghancurkan hubungan persahabatan kami, tetapi juga melenyapkan nyawa salah satunya. pada akhirnya, hwang hyunjin adalah seorang psikopat."

jeongin meringis melihat obsidian jisung yang mulai berkaca-kaca. sosok remaja yang terlihat berandalan, tak punya takut dan tanpa beban, kini benar-benar berada di titik jenuhnya.

"sebelum minho mengakhiri hidupnya, ia berpesan padaku untuk terus menjaga mina untuknya. tidak sekalipun ia mengatakan bahwa ia juga mencintaiku, tetapi aku tidak mempermasalahkannya. sampai saat ini pun, aku masih mengunjungi kediaman keluarga lee setiap hari," jisung terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. "hingga baru-baru ini, hyunjin kembali menampakkan dirinya di hadapan mina. perempuan itu mengalami relapse yang hebat, bahkan jauh lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

hal ini membuatku sangat marah. aku ingin sekali menghancurkan hwang hyunjin, jeongin. aku tidak peduli jika aku harus menempuh jalan berliku hanya untuk melakukan hal itu. katakanlah aku seorang penjahat . . .  sesungguhnya, aku tak peduli. asalkan keparat tersebut mendapat ganjaran yang setimpal, aku rela menyeretnya menuju neraka dengan kedua tanganku sendiri."

suara perbincangan pengunjung yang menjadi saksi bisu percakapan mereka seketika membuyar. kepala jeongin berputar, hatinya sakit bukan main. musuh dalam selimut sibuk bergulat dengan pantulannya di kaca — terobsesi mencari sisi terbaiknya.

"kau tahu, kim jeongin . . . permintaan rahasia apa yang sebenarnya ingin aku ajukan padamu sebagai imbalan?"

jeongin menggelengkan kepala.

terkekeh, jisung mencondongkan tubuhnya. "an eye for an eye, a life for a life. aku ingin kau membunuh hwang hyunjin untukku."




P S Y C H O




menatap taman asri yang terhampar di hadapannya, nyonya hwang mendekatkan ponselnya pada telinga sambil menyesap segelas wine favorit di atas balkon. benar-benar sore yang indah.

kemudian, —click. panggilan tersambung.

"bagaimana hari ini?" tanyanya pada sang penerima. "apakah semuanya aman terkendali?"

"tentu saja, nyonya."

"kerja bagus. tak salah aku mempekerjakanmu untuk membersihkan kasus ini. sedikit lebih kompleks yang sebelumnya, ternyata. sesungguhnya, aku juga tidak menyangka."

"tidak akan ada hal buruk yang terjadi dengan anak anda. sebaiknya anda tidak perlu khawatir."

"baiklah," angguknya paham. "anakku masih muda, hidupnya masih panjang. ia tidak salah. bukankah kenakalan remaja adalah suatu hal yang wajar . . . tuan kim woojin?"













author's note:
[lapak sambat dipersilahkan]
jangan lupa vote & komennya, ya!
sangat ditunggu kritik & sarannya 🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro