16 | who will fix me now?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


⚠️ will challenge your emotions. sebagai rekomendasi, bisa dibaca sambil mendengar lagu
"drown" dari bring me the horizon.



kehidupan hwang hyunjin adalah sebuah ruangan yang gelap. amat, sangat gelap.

setelah berbasa-basi dengan kedua orangtuanya di ruang tamu, menampilkan senyum terbaiknya yang terkesan tulus, kini remaja sembilan belas tahun itu duduk di pinggiran tempat tidurnya, menundukkan kepala sembari memejamkan kedua mata.

memorinya akan kejadian hari itu kembali berputar layaknya sebuah film menegangkan tanpa akhir. dan untuk kali pertama dalam hidupnya — ia menangis. terisak, hingga terasa sesak di dada.


kim seungmin menatap deras sungai han dibawahnya dengan seksama. kemana arus kencangnya mengalir, dinginnya temperatur air saat bersentuhan langsung dengan kulit — pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menghantui pikirannya, memaksa untuk dijawab entah bagaimana caranya.

mungkin malam ini,

ia akan segera menemukannya.

melepas sepasang sepatu pemberian sang ibu sebagai hadiah karena mendapatkan ranking satu, seungmin menaruhnya dengan rapih di depan pagar pembatas yang memisahkannya dari terjangan air. kemudian, remaja berusia sembilan belas tahun itu mengambil telepon genggamnya dari saku jaket dan mengetikkan beberapa kata.



untuk: ibu
ibu, jangan menungguku. makan malamlah terlebih dulu dengan jeongin dan ayah. masih ada hal yang harus aku lakukan.

terkirim 19.35

untuk: ibu
aku menyayangi kalian.

terkirim 19.36


setelah memastikan bahwa kedua pesan tersebut telah terkirim, seungmin menaruh telepon genggamnya di samping jajaran sepatu dan mengambil napas dalam-dalam — menatap tajam sungai yang berjarak sepuluh meter dari dirinya, entah untuk alasan apa.

dan selanjutnya, yang terjadi adalah—

—byur!

seakan waktu berhenti, tubuh seungmin menghilang di antara amarah air yang menggebu, bersamaan dengan hujan lebat yang turun membasahi kota seoul.





tunggu, tunggu. bukan itu yang sebenarnya terjadi.

rewind. yang barusan ia ceritakan hanyalah skenario palsu yang dibuat pikirannya sendiri.





"jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?" hyunjin memutar bola matanya malas. "aku tidak memiliki banyak waktu."

malam itu, ia dan seungmin berjanji untuk bertemu di salah satu jembatan yang menghadap ke sungai han. tempat itu merupakan tempat favorit seungmin untuk menenangkan diri karena tidak lagi digunakan secara umum, sekaligus tempat paling menegangkan, dimana hyunjin kehilangan sahabat lamanya.

menatap obsidian sang lawan bicara, seungmin pun memulai percakapan. "mengapa kau melakukan itu?"

hyunjin tertawa.

"aku? melakukan apa?"

"menghasut lee minho untuk mengakhiri hidupnya."

segera, ia terdiam. "m-maksudmu?"

"kau lupa tempat kalian berdebat adalah rute pulang menuju rumahku?" seungmin menaikkan salah satu alisnya. "aku mendengar percakapan kalian, hwang hyunjin. bagaimana usahamu menghancurkan hidup lee minho dan adiknya demi keegoisan semata. aku benar-benar tak percaya."

tatapan hyunjin membelah tajam. dunianya berputar. semua yang terjadi seakan-akan adalah bagian dari yang fana.

"lalu?" ia berjalan mendekat. "kita sudah tidak dekat lagi, kim seungmin. kau lupa, kau yang menjauhiku lebih dulu— ah . . . minho, jisung, kau . . . mengapa semua orang memilih untuk meninggalkanku?"

"aku menjauh karena sifatmu," seungmin menghela napasnya. "namun apapun yang terjadi, kau tetaplah temanku. kau pernah menjadi bagian penting dalam hidupku. aku hanya tidak ingin ada hal buruk yang terjadi padamu."

geram, hyunjin membalikkan tubuhnya dan bergegas menuju tempat kendaraannya terparkir. suara sepatu yang bercumbu dengan sang aspal terdengar semakin agresif.

"menyingkir," laki-laki itu menghentikan langkahnya sesaat dan menoleh ke belakang. "kau bukan pendeta, kim seungmin. kau tak perlu repot-repot melakukan pekerjaannya."

seungmin menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan sifat keras kepala hyunjin yang mengakar erat.

kemudian, yang ditinggalkan segera berjalan cepat — mendekat — berusaha menggenggam tangan si acuh dengan harapan bahwa diri dan hatinya akan sedikit melunak.

"aku kesalahanmu dan minta maaf kepada keluarga lee!" teriak seungmin tak sabar. "setidaknya, tebuslah dosa-dosa yang telah kau lakukan sebelum hidupmu semakin runyam!"

kedua insan itu terus berlari. saling berkejaran, tidak sekalipun menghiraukan hembusan angin yang makin malam makin mencekik.

"aku bilang menyingkir—"

hyunjin menepis tangan seungmin kencang . . . terlalu kencang, hingga seungmin terbanting ke pinggir pagar pembatas jembatan dan kehilangan keseimbangan.

sial, pagar tersebut bertinggi rendah dan berkarat dengan ujung yang tajam. ia melupakan fakta bahwa tempat mereka berpijak sudah tidak lagi digunakan sebagai fasilitas bersama.

"—yah, kim seungmin!"

dan dalam hitungan detik,

tubuh laki-laki itu menghilang di antara tawa ombak yang membahana tanpa ampun.



P S Y C H O




beranjak dari tempat tidurnya, hyunjin mengambil sebuah jaket yang tersampir di nakas dan bergegas menuju sebuah tempat yang ia tidak pernah kuasa untuk datangi.




P S Y C H O




tubuh kim seungmin terkulai lemas di atas ranjang. matanya tertutup rapat, lukanya samar dan suara napasnya harus diwakilkan dengan suara monitor yang menyebalkan.

dan dihadapannya,

hyunjin berdiri. menatap figur temannya lekat-lekat, meskipun ia takkan bisa lari kemana.

obsidiannya terpatri pada selang-selang yang saling terkoneksi, kemudian beralih pada belasan alat dan berakhir dengan wajah tak berdaya. sepuluh menit hyunjin terdiam. menghirup manis bau disinfektan sebelum tuan dan nyonya kim kembali dari kegiatan makan malam mereka di kantin rumah sakit.

waktunya tidak lama lagi.

segera, ia tersenyum. tersenyum lebar hingga sosok hwang hyunjin yang sesungguhnya tergantikan oleh entah siapa yang meronta di dalam.

"yang tidak membunuhmu, bisa membuatmu ingin mati," laki-laki itu mendekat dan berbisik di telinga. "annyeong, seungmin-ah. ini aku, temanmu hwang hyunjin."















author's note:
halo semuanya! selamat idul fitri, mohon maaf
lahir dan batin. aku juga mau minta maaf kalau aku pernah buat salah sama kalian, atau mungkin bikin kalian gak nyaman, entah lewat buku-bukuku atau
hal yang pernah aku lakukan di personal. semoga kalian menikmati chapter ini ya! 🤗🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro