17 | facade underneath

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




"annyeong, seungmin-ah. ini aku, temanmu hwang hyunjin."

hyunjin bergerak mendekat, semakin mengikis jarak, hingga suara pintu yang terbuka di belakang mereka membuatnya berdiri tegap dengan lihainya. tidak ada lagi tatapan tajam yang diiringi seringai penuh arti. kini, hanya ada senyuman manis dan obsidian yang menguncup layaknya bulan sabit.

"k-kau?" ibu seungmin menatap hyunjin keheranan. panggilannya terbata-bata.

"selamat malam, bibi dan paman," ia membungkuk penuh hormat. "maaf karena masuk ke ruang rawat seungmin dengan lancang. awalnya aku mengetuk pintu, namun ternyata tidak ada yang menunggu di dalam."

menghiraukan sapanya, tuan kim berjalan mendekat sebelum berhenti di samping sang anak. "apa yang membawamu kemari, tuan hwang?"

"a-aku," hyunjin menghela napasnya berat, sebelum menggelengkan kepala. "aku ingin memohon ampun secara langsung, paman. sesungguhnya, aku merasa sangat bersalah setelah apa yang telah terjadi."

nyonya kim hanya terdiam.

"kurasa, permainanku terlalu kekanak-kanakan. aku tak menyangka jika seungmin sampai berniat untuk mengakhiri hidupnya. bagaimanapun juga . . . kami pernah berteman cukup dekat. aku memang pantas mendapat hukuman yang setimpal."

"belum tentu seungmin melakukan bunuh—" kata-kata nyonya kim segera terpotong ketika sang suami memberi sinyal untuk tidak melanjutkan.

"—kau adalah pelaku pertama yang datang meminta maaf," lanjut tuan kim. "kalau boleh jujur, sejujurnya kami kecewa dengan apa yang telah kalian lakukan. ya, orang tua mana yang sanggup melihat anaknya dirisak sedemikian rupa?"

hyunjin menunduk, nafasnya lirih.

"tapi, perlu paman acungkan keberanianmu. semoga saja, setelah seungmin sadar nanti, kau masih berani untuk meminta maaf lagi di hadapannya. karena dia, adalah orang yang paling pantas untuk menerimanya dibanding kami."

"terima kasih," hyunjin membungkuk sembilan puluh derajat. "terima kasih. pasti akan kulakukan, paman. kalian dapat memegang janjiku."

menegapkan rubuhnya, mata siswa itu kini terkunci pada milik yang perempuan. terdapat sesuatu yang keduanya tak mampu artikan, tetapi pada akhirnya, mereka memilih untuk saling melepaskan.

"sudah malam, kau bisa pulang," balas nyonya kim tanpa selera setelah menaruh barang bawaannya di atas meja.

hyunjin mengangguk setuju.

"kalau begitu, aku pamit pergi dulu, paman dan bibi. terima kasih karena masih bersedia untuk menerima maafku," bungkuknya sekali lagi sebelum beranjak keluar.


sret.

memastikan jika pintu telah tertutup rapat, hyunjin melangkahkan kaki menuju elevator terdekat dan mengarahkan jemarinya di atas panah turun. tetapi sebelum dua lempengan metal itu bertemu,

seringai hyunjin kembali.

entah siapa yang mengambil alih.




P S Y C H O




masih berada di tempat yang sama, jeongin hampir tersedak salivanya sendiri setelah jisung menjelaskan bentuk imbalan yang ia inginkan.

"m-maksudmu?" yang lebih muda mengulum bawah bibirnya ragu. "aku, membunuh hwang hyunjin?"

"apakah aku terlihat main-main dengan ucapanku barusan?"

"t-tentu saja tidak," jeongin menunduk kaku. "aku memang membenci hwang hyunjin dengan seluruh jiwa raga yang kumiliki, tetapi membunuhnya . . . kurasa aku tak sanggup."

"kenapa, kim jeongin? kau takut?" jisung tertawa meremehkan.

"bukan, bukan itu," gelengnya cepat, membuat alis sang lawan bicara terangkat bingung.

"lalu?"

"pernahkah kau berpikir jika kematian hanya akan menjadi kemewahan bagi mereka yang berdosa?" ia membuang wajahnya ke arah jendela. "pisau, pistol, apapun itu — tidak ada satu jenis senjata pun yang mampu mengembalikan keadaan kakakku, dan juga lee minho. apakah menurutmu, mereka berdua akan senang ketika mengetahui perbuatan apa yang telah kita lakukan?"

jisung menghela nafasnya pasrah. sesungguhnya dua manik itu ingin berpaling, namun hati dan logikanya justru semakin terdistorsi.

karena pada akhirnya, mereka mengerti.

satu-satunya hal yang dapat menghentikan lingkaran setan ini bukan lagi kematian, tetapi keadilan.

"aku bukan hwang hyunjin, begitu pula denganmu. jadi, seperti aku memikirkan kakakku, pikirkan juga apa yang sebenarnya benar-benar minho inginkan, han jisung," jeongin kini menatapnya lekat. tetesan air mata terjatuh dari pipinya. "itu, jika kau memang ingin membalas dendam atas namanya."




P S Y C H O




"sunbaenim," panggil juyeon yang sedang berjalan menuju kubikel chris sembari membawa minuman hangat. yang lebih tua hanya menatapnya sekilas, sebelum kembali (berpura-pura) menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

"ada apa?"

"kau . . . benar-benar akan melepaskan kasus bunuh diri kim seungmin?" tanyanya setelah mengamankan posisi setengah duduk di atas meja.

terdiam, chris menghentikan kegiatannya sebelum menyenderkan kepala dan memejamkan mata. "kau pikir aku punya pilihan lain?"

"hm, tentu saja."

laki-laki itu mengernyitkan dahinya.

menatap seniornya bangga, juyeon mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan membuka aplikasi perekam suara. kemudian, setelah menemukan file yang telah ia sembunyikan secara hati-hati, dengan segera polisi tersebut memencet tombol play.



▶️

kala itu, lee juyeon baru saja mengeluarkan sebuah kotak rokok dari dalam saku. sebelum kembali dari istirahat makan siang, laki-laki berusia dua puluhan awal itu sudah bertekad untuk sedikit melepas penat yang masih bergumul di kepala.

namun, sebelum berhasil menyulut nikotin tersebut,
ia terlebih dulu melihat kim woojin yang mengendap
ke belakang gedung sembari menelepon orang yang terlihat penting.

"ada yang bisa kubantu, nyonya hwang?"

hwang. nama itu terkesan familiar.

juyeon mengusap tengkuknya canggung, kemudian berjalan mendekat dan menyembunyikan dirinya di samping mesin minuman. sepertinya, ia mengenal sebuah keluarga bermarga hwang yang belum lama
ini berkepentingan dengan pihak polisi.

"tentu saja, nyonya."

.
.
.

"tidak akan ada hal buruk yang terjadi dengan anak anda. sebaiknya anda tidak perlu khawatir."

sekelebat, kedua mata juyeon membulat sempurna.

keluarga hwang hyunjin!

.
.
.

"nyonya, anda mengetahui betul bagaimana kinerja saya dalam menyelesaikan kasus kematian lee minho. sampai detik ini, tak ada satu orang pun yang pernah berusaha untuk membukanya kembali, termasuk chris bang sekalipun. saya yakin, hal yang sama juga akan berlaku dengan kasus kim seungmin."





rekaman itu berhenti.

chris menatap juyeon horor sebelum membereskan barang-barangnya dan beranjak menuju pintu keluar.  hal yang saat ini harus ia lakukan, adalah kembali ke tempat dimana petaka ini bermuara dan menemukan jawaban yang selama ini tersimpan rapat.

"sunbae, tunggu! kau mau kemana?!" panggil yang lebih muda panik, sebelum berlari menyusul dengan nafas yang terengah-engah.

"menurutmu kemana lagi?" chris menaikkan alisnya yakin. "ayo, waktunya kita mencari keadilan."















author's note:

halo... hehehe... sejauh ini, gimana ceritanya
menurut kacamata kalian? kritik dan saran akan sangat aku apresiasi 🧡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro